Claim Missing Document
Check
Articles

POTENSI LANSKAPKAWASAN PERKAMPUNGAN TLOGOMAS KOTA MALANG Kota, Wilhelmina Medho; Sutoyo, Sutoyo; Astutik, Astutik
Fakultas Pertanian Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.32 KB)

Abstract

Green open spaceis dominated by plants which are producers of oxygen (O2) and the ecology cycle stabilizer. Green open space function sustain ecology as balance to city ecosystem.Developmentof the city with uncontrolled population growth tends to change the natural landscape thereby reducing the area of green open space. Green open space is reduced to reduce environmental qualities city residents. Therefore, it takes the role of goverment and increase comfortable and aesthetic area. The study aims ; 1) to knowthe type and amount of vegetation, 2) to know the layout of vegetation,3) to createcool environment and free by air pollution in Tlogomas. The method used was a survey. Results showed Tlogomas Village Lowokwaru Malang City has the potential to support the creation of green open space. The type of vegetation totaling 55 types of vegetation are trees and shrubs. The dominant vegetation types is Bougenvil especlobilisi, Araceae, Orcidaceae, Aglaonema sp, Ceysaltheheum sp, Acaliphamicriphila, Euphorbia, rosa sp, Jasminum sp, Bonsai, and Araceae. The structureof landscape plants that served the aesthetic function of mass, continue, and linier along the way by using a variation of canopy shape, color, and texture of the leaves. The structuring plants grown horizontally along the way and the continuous linear shape. While plant height varied vertically to create an atmosphere of diversity
PENGGUNAAN MEDIA TUMBUH dan Benzyl Adenine (BA) PADA MULTIPLIKASI ANGGREK Dendrobium INDONESIA RAYA SECARA IN VITRO APPLICATION OF MEDIA ,and Benzyl Adenine (BA) FOR MULTIPLICATION Dendrobium INDONESIA RAYA IN VITRO br Butar butar, Ester Windhayanti; Astutik, Astutik; Adisarwanto, Titis
Fakultas Pertanian Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.051 KB)

Abstract

Anggrek jenis Dendrobium telah dibudidayakan secara luas dan menguasai lebih dari 50% bisnis anggrek .Disisi lain biji anggrek tidak memiliki endosperm sebagai cadangan makanan, sehingga untuk perkecambahannya dibutuhkan nutrisi yang berfungsi untuk pertumbuhan biji. Tujuan penelitian untuk mendapatkan media dasar dan konsentrasi Benzyl Adenine (BA) yang optimal untuk kecepatan tumbuh dan pertumbuhan tunas. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktor yaitu F1: ½ VW, VW, ½ MS dan MS dan F2: BA 0,5 ppm, BA 1,0 ppm, dan BA 1,5 ppm.dan diulang 3 kali, masing-masing perlakuan ada 5 botol kultur. Eksplan yang digunakan adalah protocorm like bodies (PLB) Dendrobium Indonesia Raya. Parameter yang diamati : saat mucul tunas, jumlah tunas, presentase eksplan hidup dan presentase kontaminasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi. Media ½ MS+BA 0,5 ppm menunjukkan pertumbuhan tunas yang cepat walaupun tidak beda dengan media VW + BA 0,5 ppm, media VW+BA 1,0 ppm, media ½ VW+BA 0,5 ppm dan media MS+BA 0,5 ppm Selain itu media ½ MS+BA 0,5 pmm menghasilkan jumlah tunas terbanyak. Kesimpulannya bahwa media + hormon terbaik untuk pertumbuhan eksplan anggrek adalah ½ MS dengan penambahan BA 0,5 ppm
APLIKASI BERBAGAI AUKSIN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN VEGETATIF ANGGREK DENDROBIUM PASCA AKLIMATISASI Asih, Asih; Astutik, Astutik; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dendrobium is one of the most popular types of ornamental plants in the community. The study aims to determine the type of auxin hormones and the right concentration to stimulate the vegetative growth of Dendrobium. The study was conducted at Jalan Tlogomas green house, Lowokwaru Subdistrict, Malang. Research for 3 months (February-May 2018). Research using a completely randomized design (CRD) factorial 2 factors, namely: Factor I is the type of Auxin (H), namely: H1 = hormones NAA (Naphthalene Acetic Acid) H2 = hormones IAA (Indoleacetic Acid) and H3 = hormones IBA (Indolebutynic Acid) Factors II is Concentration (K), namely: K0 = 0 ppm (control) K1 = 50 ppm (mg / l) K2 = 100 ppm (mg / l) and K3 = 150 ppm (mg / l). Parameters of observation include growing new shoots, increasing the number of leaves, increasing the length of the leaves, increasing the width of the leaves and the percentage of life%. The results showed that there were interactions between types of auxin and concentration on the number of leaves (aged 6-12 weeks). Hormones that are more suitable to stimulate Dendrobium growth are IBA 100 ppm with an increase in the number of leaves by 1.78. IBA hormone is more suitable to stimulate Dendrobium growth characterized by the fastest growth of shoots, increase in leaf length (1.18 cm) and optimal auxin concentration is between 50-100 ppm. Dendrobium merupakan salah satu jenis tanaman hias yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis hormon auksin dan konsentrasi yang tepat untuk memacu pertumbuhan vegetatif Dendrobium. Penelitian dilaksanakan di green house Jalan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru, Malang. Penelitian selama 3 bulan (Februari-Mei 2018). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 2 faktor yaitu: Faktor I adalah jenis Auksin (H) yaitu: H1= hormon NAA (Naphthalene Acetic Acid) H2 = hormon IAA (Indoleacetic Acid) dan H3 = hormon IBA (Indolebutynic Acid) Faktor II adalah Konsentrasi (K) yaitu: K0 = 0 ppm (kontrol) K1 = 50 ppm (mg/l) K2 = 100 ppm (mg/l) dan K3 = 150 ppm (mg/l). Parameter pengamatan meliputi saat tumbuh tunas baru, pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang daun, pertambahan lebar daun dan presentase hidup %. Hasil penelitian menunjukan terdapat interaksi antar jenis auksin dan konsentrasi terhadap pertambahan jumlah daun (umur 6 - 12 minggu). Hormon yang lebih sesuai untuk memacu pertumbuhan Dendrobium adalah IBA 100 ppm dengan pertambahan jumlah daun sebesar 1,78. Hormon IBA lebih sesuai untuk memacu pertumbuhan Dendrobium ditandai dengan saat tumbuh tunas paling cepat, pertambahan panjang daun (1,18 cm) dan konsentrasi auksin yang optimal adalah antara 50-100 ppm.
APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH SAYURAN PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKCOY (Brasicca Rapa L.) DAN SAWI HIJAU (Brasicca Juncea L.) Astutik, Astutik; Sutoyo, Sutoyo; Kleor, Fransesko Rudianto
Fakultas Pertanian Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to find out the interaction between the dose of liquid organic fertilizer given to the growth and production of mustard pakcoy and mustard greens. The study was conducted at the Green House Integrated Field Laboratory of Tribhuwana Tunggadewi University, Malang City for 3 months. The study used a Completely Randomized Design with 12 combinations of treatments and 3 replications consisting of two factors, namely: Factor I consisted of 2 varieties namely mustard pakcoy and mustard green and Factor II namely the dosage of Liquid Organic Fertilizer consisting of: 0 ml / L water / plant, 150 ml / L water / plant, 300 ml / L water / plant, 450 ml / L water / plant, 600 ml / L water / plant and 750 ml / L water / plant. Observation variables of plant height, number of leaves, leaf area, fresh weight per plant, fresh weight per ha. The results of the study concluded that there was no interaction between the mustard plant type and the POC dose of vegetable waste which is given. POC dosage of vegetable waste up to 750 ml / L of water does not affect the growth and yield of mustard plants. Growth and yield of mustard greens plants are higher than that of mustard pakcoy with a yield of mustard green plants 41.35 t.ha-1 and mustard pakcoy 33.83 t.ha-1 ¬. Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara dosis pupuk organik cair yang diberikan pada pertumbuhan dan produksi tanaman sawi pakcoy dan sawi hijau. Penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Kota Malang selama 3 bulan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 12 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan yang terdiri dari dua faktor yaitu : Faktor I terdiri dari 2 varietas yaitu Sawi Pakcoy dan Sawi Hijau dan Faktor II yaitu dosis Pupuk Organik Cair yang terdiri dari : 0 ml/L air/tanaman, 150 ml/L air/tanaman, 300 ml/L air/tanaman, 450 ml/L air/tanaman, 600 ml/L air/tanaman dan 750 ml/L air/tanaman. Variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot segar per tanaman, bobot segar per ha. Hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis tanaman sawi dan dosis POC limbah sayuran yang diberikan. Dosis POC limbah sayuran sampai dengan 750 ml/L air tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau lebih tinggi dibandingkan sawi pakcoy dengan hasil tanaman sawi hijau 41,35 t.ha-1 dan sawi pakcoy 33,83 t.ha-1¬.
APLIKASI AUKSIN IAA (Indole Acetic Acid) DAN PUPUK DAUN PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF ANGGREK Phaleonopsis Setyawan, Jhon Charles David; Astutik, Astutik; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One effort to accelerate the growth of Phaleonopsis orchids can be done by giving IAA hormone and leaf fertilization. The study aimed to determine the effect of the concentration of IAA (Indole Acetic Acid) and type of leaf fertilizer on the vegetative growth of Phaleonopsis orchids. The experiment was carried out in the Green House, Tlogomas Village, Lowokwaru Subdistrict, Malang Regency from December 2016 to March 2017. The experiment was conducted using factorial Completely Randomized Design (RAL) consisting of 2 factors and 4 replications. The first factor was, IAA concentration: controls 0 ppm (I0), 100 ppm (I1), 200 ppm (I2), and 300 ppm (I3). The second factor was the type of leaf fertilizer, they were Gandasil D (P1) and Growmore (P2) with the same concentration of 2 g/L with once a week treatment. The variables observed included: when shoots appeared, leaf length, number of leaves, leaf width and percentage of living plants. Observations were made 7 times, they weer at 2, 4, 6, 8, 10, 12, and 16 weeks since the treatment. Variables observed included buds appearing, leaf length, leaf width, and life percentage. Analysis of the research data was tested using Analysis of Variance (ANOVA), if there was a real effect then it was followed by a LSD test (the Smallest Significant Difference) level of 5%. The results showed that there was no effect of IAA concentration and type of leaf fertilizer on shoots but there was an interaction between IAA concentration and type of leaf fertilizer on the percentage of Phalaenopsis orchid plants. The IAA concentration affects the increase in the length and width of the leaves, while leaf fertilizer influences the increase in the number of leaves. The best growth of Phalaenopsis orchids was obtained at 300 ppm IAA with 0.76 cm long plant growth while leaf width increase up to 16 weeks at 300 ppm IAA was not different from 200 ppm IAA with 0.47 cm leaf width increase. Growmore had an effect on the growth of Phaleonopsis orchids better than Gandasil D and it could be seen from the increase of leaves number into 3 leaves. Salah satu upaya untuk mempercepat pertumbuhan anggrek Phaleonopsis dapat dilakukan dengan pemberian hormon IAA dan pemupukan daun. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi IAA (Indole Acetic Acid) dan jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Phaleonopsis. Percobaan dilaksanakan di Green House, Desa Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kabupaten Malang pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial terdiri dari 2 faktor dan 4 kali ulangan. Faktor pertama yaitu, konsentrasi IAA : kontrol 0 ppm (I0), 100 ppm (I1), 200 ppm (I2), dan 300 ppm (I3). Faktor kedua berupa jenis pupuk daun, yaitu Gandasil D (P1) dan Growmore (P2) dengan konsentrasi yang sama yaitu 2 g/L dengan pemberian 1 minggu sekali. Variabel yang diamati meliputi : saat muncul tunas, panjang daun, jumlah daun, lebar daun dan persentase tanaman hidup. Pengamatan dilakukan sebanyak 7 kali yaitu pada minggu ke-2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 16 sejak perlakuan. Variabel yang diamati meliputi saat muncul tunas, panjang daun, lebar daun, dan persentase hidup. Analisis data hasil penelitian diuji menggunakan Analisis of Varians (Anova), apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi IAA dan jenis pupuk daun terhadap saat muncul tunas tetapi ada interaksi konsentrasi IAA dan jenis pupuk daun terhadap persentase tanaman hidup anggrek Phalaenopsis. Konsentrasi IAA berpengaruh terhadap pertambahan panjang dan lebar daun, sedangkan pupuk daun berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun. Pertumbuhan anggrek Phalaenopsis terbaik diperoleh pada pemberian IAA 300 ppm dengan pertambahan panjang daun 0,76 cm sedangkan pertambahan lebar daun sampai dengan umur 16 minggu pada pemberian IAA 300 ppm tidak berbeda dengan pemberian IAA 200 ppm dengan pertambahan lebar daun 0,47 cm. Growmore berpengaruh pada pertumbuhan anggrek Phaleonopsis lebih baik dibanding dengan Gandasil D yang ditunjukan oleh pertambahan jumlah daun yang lebih banyak yakni 3 helai daun.
APLIKASI PUPUK UREA DAN ZA UNTUK PERTUMBUHAN BIBIT CABE JAMU (Piper retrofractum Vahl.) Khairuddin, Khairuddin; Adisarwanto, Titis; Astutik, Astutik
Fakultas Pertanian Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Chili herbal nursery (Piper retrofractum Vahl.) Is a business opportunity that is quite promising because the demand for dried chili herbs is increasing and the production of traditional medicines or herbal medicines is not only consumed by the domestic community but also by foreign consumers. The nursery of herbal chilli plants in Indonesia is relatively low compared to its production potential. Urea and ZA fertilizers are two types of nitrogen-containing fertilizers (N). Part of the plant, nitrogen is one of the macro nutrients needed for its development. Plants need nitrogen for growth, especially in the vegetative phase where leaves, stems and branches grow. Nitrogen also plays a role in the formation of leaf green matter or chlorophyll, a component in leaves that plays a role in photosynthesis. The research was conducted at the Green House which was located on Jalan Tlagawarna Blog D Landungsari, Lowokwaru Subdistrict, Malang Regency. The study was conducted from March 2018 to June 2018. This study used factorial Randomized Block Design (RBD) consisting of 3 replications, the treatment factor in this study consisted of (2) factors, namely: Factor I was Type of fertilizer (P) consisting from 2 levels, namely: P1 = (Urea Fertilizer), P2 = (ZA Fertilizer). Factor II is Fertilizer dose (D) consisting of 3 levels, namely: D0 = 0 kg/ha-1 (Control), D1 = 50 kg/ha-1, D2 = 100 kg/ha-1 and D3 = 150 kg/ha-1. The observations were: plant height increase, number of leaves, increase in leaf area, increase in number of branches, stem diameter, wet weight of biomass and root wet weight, dry weight of biomass and dry weight of roots. The results of this study concluded that there was an interaction between fertilizer type and fertilizer dosage on parameters of plant height increase at age (4 weeks), increasing number of leaves at age (2, 6 and 8 weeks), leaf area at age (2 and 6 weeks), increase in number of branches at age (4 weeks), stem diameter at age (2 weeks) and dry weight of root dry weight. Fertilizers can be fertilized at a dosage of 50-100 kg/ha-1 in chili herbal medicine. Urea fertilizer is more suitable for nursery chilli herbs compared to ZA fertilizer Pembibitan cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan suatu peluang usaha yang cukup memberikan harapan karena permintaan cabe jamu kering semakin meningkat dan tenyata produksi obat atau jamu tradisional tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri tetapi juga oleh konsumen luar negeri. Pembibitan tanaman cabe jamu di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan potensi produksinya. Pupuk Urea dan ZA adalah dua jenis pupuk yang mengandung nitrogen (N). Bagian tanaman, nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan untuk perkembangannya. Tumbuhan membutuhkan nitrogen untuk pertumbuhannya terutama pada fase vegetatif dimana terjadi pertumbuhan daun, batang dan cabang. Nitrogen juga berperan dalam pembentukan zat hijau daun atau klorofil, komponen pada daun yang berperan dalam fotosintesis. Penelitian dilaksanakan di Green House yang bertempat di Jalan Tlagawarna Blog D Landungsari Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan mulai Bulan Maret 2018 sampai dengan bulan Juni 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 3 ulangan, faktor perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari (2) faktor yaitu : Faktor I adalah Jenis pupuk (P) terdiri dari 2 taraf, yaitu : P1 = (Pupuk Urea), P2 = (Pupuk ZA). Faktor II adalah dosis Pupuk (D) terdiri dari 3 taraf, yaitu : D0 = 0 kg/ha-1 (Kontrol), D1 = 50 kg/ha-1, D2 = 100 kg/ha-1 dan D3 = 150 kg/ha-1. Adapun yang diamati yaitu : pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan luas daun, pertambahan Jumlah cabang, Diameter batang, berat basah Biomassa dan berat basah akar, berat kering Biomassa dan berat kering akar. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara jenis pupuk dan dosis pupuk terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman pada umur (4 minggu), pertambahan jumlah daun pada umur (2, 6 dan 8 minggu), luas daun pada umur (2 dan 6 minggu), pertambahan jumlah cabang pada umur (4 minggu), diameter batang pada umur (2 minggu) dan berat basah berat kering akar. Pada pembibitan cabe jamu dapat dilakukan pemupukan dengan dosis 50-100 kg/ha-1. Pupuk Urea lebih sesuai untuk pembibitan cabe jamu dibandingkan dengan pupuk ZA.
Standar Pelayanan Medis Nasional sebagai Bentuk Pembatasan Otonomi Profesi Medis Astutik, Astutik
Halu Oleo Law Review Vol 1, No 2 (2017): Halu Oleo Law Review: Volume 1 Issue 2
Publisher : Halu Oleo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.95 KB) | DOI: 10.33561/holrev.v1i2.3645

Abstract

Pada dasarnya hubungan dokter-pasien adalah hubungan kontraktual sebagai upaya untuk mencari solusi terbaik bagi kesembuhan pasien yang dikenal dengan “ Transaksi Terapeutik”. Agar hubungan antara dokter dan pasien berjalan dengan baik, maka para pihak dibebani dengan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Namun demikian, tidak jarang atau sering terjadi adanya kerugian yang diderita oleh pasien akibat diabaikannya aturan-aturan yang telah ditetapkan di bidang medis, salah satunya adalah tidak dipenuhinya standar pelayanan medis. Dari latar belakang tersebut tulisan ini akan menganalisis dasar pertimbangan ditetapkannya standar pelayanan medis nasional dan apakah dibentuknya standar pelayanan medis nasional dapat mencegah terjadinya kelalaian medis yang merugikan pasien. Dasar pertimbangan ditetapkannya standar pelayanan medis nasional adalah untuk memenuhi hak atas kesehatan masyarakat dan meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat Indonesia. Hak atas kesehatan ini telah dijamin oleh UUD RI 1945, UU No. 29 Tahun 2004 tentang Profesi Kedokteran, UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan peraturan lain yang terkait, termasuk telah diakomodir oleh berbagai konvensi Internasional. Seorang dokter yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan, sekalipun di satu pihak mempunyai otonomi profesi, namun di lain pihak kemandirian tersebut perlu dibatasi dengan berbagai aturan mulai dari aturan intern berupa kode etik profesi, standar profesi dan standar pelayanan medis maupun aturan-aturan hukum. Standar pelayanan medis ini merupakan hukum yang mengikat para pihak yang berprofesi di bidang kesehatan, yaitu untuk mengatur pelayanan kesehatan dan mencegah terjadinya kelalaian staf medis dalam melakukan tindakan medis.
APLIKASI GA3 (GIBERELIN) DAN GANDASIL B PADA PERTUMBUHAN GENERATIF PHALAENOPSIS HIBRIDA Marini, Koleta; Astutik, Astutik; Sumiati, Astri
Fakultas Pertanian Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Efforts to speed up generative phalaenopsis hybrids can be done with the application of hormone GA3 and Gandasil B fertilizer. The study aimed to determine the effect of the hormone GA3 and Gandasil B fertilizer on the growth of hybrid Phalaenopsis orchids. The study was conducted at Green house Jalan Tlogomas Kec. Lowokwaru, Malang City, for 5 months. The study was carried out using factorial complete randomized design (CRD) with 2 factors. Factor I: concentration of GA3 (gibirelin) consists of 3 KO levels = without GA3 (control) K1 = 100 ppm K2 = 200 ppm Factor II: Gandasil B Fertilization Frequency P1 = 1 x / week P2 = 2x / week. The variables observed include: when buds appear, leaf length, leaf width and root length. There is an interaction between GA3 concentration and Gandasil B frequency on the number of leaves (age 6 weeks), leaf length (age 2-4) and leaf width (age 8 weeks), GA3 hormone concentration affects when new shoots appear. Phalaenopsis hybrid, has an effect on GA3 100 ppm and Gandasil B fertilization 1 times / week with an increase in the number of leaves 0.94, the increase in leaf length 1.69 cm and an increase in leaf width of 1.10 cm. The results showed that there were Phalaenopsis hybrids, affecting GA3 100 ppm and Gandasil B fertilization 1 time / week. Upaya mepercepat masa generatif Phalaenopsis hibrida, dapat dilakukan dengan aplikasi hormon GA3 dan pupuk Gandasil B. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh hormon GA3 dan pupuk Gandasil B terhadap pertumbuhan anggrek Phalaenopsis hibrida. Penelitian dilaksanakan di Green house Jalan Tlogomas Kec. Lowokwaru, Kota Malang, selama 5 bulan. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor I: konsentrasi GA3 (gibirelin) terdiri dari 3 level KO = tanpa GA3 (kontrol) K1 = 100 ppm K2 = 200 ppm Factor II: Frekwensi Pemupukan Gandasil B P1 = 1 x / minggu P2 = 2 x / minggu. Variabel yang diamati meliputi: saat muncul tunas, panjang daun, lebar daun dan panjang akar. Terdapat interaksi antara konsentrasi GA3 dan Frekwensi Gandasil B terhadap pertambahan jumlah daun (umur 6 minggu), pertambahan panjang daun (umur 2-4) dan pertambahan lebar daun (umur 8 minggu), Konsentrasi hormon GA3 berpengaruh pada saat muncul tunas baru. Phalaenopsis hibrida, berpengaruh pada GA3 100 ppm dan pemupukan Gandasil B 1 kali/minggu dengan Pertambahan jumlah daun 0.94, pertambahanpanjang daun 1.69 cm dan pertambahan lebar daun 1.10 cm.
PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN DOSIS PETROGANIK TERHADAP HASIL SAWI PAKCOY (Brassica rapa L.) PADA SISTEM VERTIKULTUR Jehani, Hironimus; Astutik, Astutik; Sutoyo, Sutoyo
Fakultas Pertanian Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Verticultural systems can provide a more economic growth environment especially in land use and maintenance stages. The study aimed to determine the best combination between the addition of husk charcoal and petroganic fertilizer application to the growth and yield of pakchoy mustard plants. The study used a factorial randomized block design consisting of two factors, namely: Factor I is the composition of rice husk charcoal (A) consisting of: A0 = Soil 15 kg + 15 kg bokashi + 0 kg husk charcoal (control), A1 = 13 kg soil + 13 kg bokashi + 4 kg husk charcoal and A2 = Land 11 kg + bokashi 11 kg + 8 kg husk charcoal. Factor II is the dose of petroganic fertilizer (P) which consists of: P1 = 1 g.tan-1 and P2 = 2 g.tan-1. Variables observed included plant height (cm), number of leaves (strands), leaf area (cm2), fresh weight of plants (g) and dry weight of plants (g). The results of the data were analyzed statistically using the F test, to compare the two treatment averages carried out further tests with the Smallest Significant Difference test (LSD) level of 5%. there was no interaction between husk charcoal and petroganic doses on the growth and production of mustard pakchoy. Separately the amount of husk charcoal affects the growth of plant height, leaf area and crop production, while the petroganic dose affects the growth of height and number of leaves, but does not affect the production of pakchoy mustard. The best growth and production of Pakchoy mustard is found in 8 kg / paralon husk charcoal planting media with a leaf area of 44.89 cm age 6 MST and not different from 4 kg / paralon, while the best fresh weight production is 344.61 g / plant. The best growth of Pakchoy mustard was obtained on 2 g / plant petroganic fertilization on the number of leaves aged 6 MST as many as 9.63 strands, while not affecting plant production. Sistem vertikultur dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih ekonomis terutama dalam penggunaan lahan dan tahap pemeliharaanya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kombinasi yang terbaik antara penambahan arang sekam dan pemupukan pupuk petroganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakchoy. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu : Faktor I adalah komposisi arang sekam padi (A) terdiri dari : A0 = Tanah 15 kg + bokashi 15 kg + arang sekam 0 kg (kontrol), A1 = Tanah 13 kg + bokashi 13 kg + arang sekam 4 kg dan A2 = Tanah 11 kg + bokashi 11 kg + arang sekam 8 kg. Faktor II adalah dosis pupuk petroganik (P) yang terdiri dari : P1 = 1 g.tan-1 dan P2 = 2 g.tan-1. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2), berat segar tanaman (g) dan berat kering tanaman (g). Data hasil dianalisis secara statistik menggunakan uji F, untuk membandingkan dua rata-rata perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Tidak terdapat interaksi antara arang sekam dan dosis petroganik terhadap pertumbuhan dan produksi sawi pakchoy. Secara terpisah takaran arang sekam berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, luas daun dan produksi tanaman, sedangkan dosis petroganik berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah daun, namun tidak berpengaruh terhadap produksi sawi pakchoy. Pertumbuhan dan produksi sawi pakchoy terbaik terdapat pada media tanam arang sekam 8 kg/paralon dengan luas daun 44,89 cm umur 6 MST dan tidak berbeda dengan 4 kg/paralon, sedangkan produksi berat segar terbaik sebesar 344,61 g/tanaman. Pertumbuhan sawi pakchoy terbaik diperoleh pada pemupukan petroganik 2 g/tanaman terhadap jumlah daun umur 6 MST sebanyak 9,63 helai, sedangkan tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman.
PEMANFAATAN ARANG SEKAM SEBAGAI CAMPURAN MEDIA VERTIKULTUR VERTIKAL DAN PUPUK PETROGANIK PADA PERTUMBUHAN SELADA KERITING MERAH (Lactuca sativa var. crispa) Harsin, Tersianus; Astutik, Astutik; Karamina, Hidayati
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research was carried out in Lowokwaru, Malang, calculated from December 2016 until March 2017. Research objectives: to know the husks charcoal suitable measure as mixed media vertical and vertikultur doses of fertilizer petroganik against growth and Red curly lettuce crops. Methods used: Random Design Group (RAK) consists of two (2) factor that is: adalaharang I Factors husk (A) consist of: A0 (0 kg), A1 (4 kg) and A2 (8 kg). Factor II is petroganik fertilizer doses (P) consisting of: P1 (1 g. tan-1) and P2 (2 g. tan-1). The observed variables include: number of leaves, plant Height, leaf fresh Weight, total plant dry Weight, and total plant. The results of this research show that: there is a real interaction between a combination fertilizer with petroganik husks charcoal against high crop parameters (cm) at the age of 1, 2, 3 and 5 weeks, the number of leaves (strands) aged 1 week, and broad leaves (cm2) at the age of 2 weeks After planting. Red curly lettuce best growth was obtained at the treatment (A1) and the average total area of leaves i.e. 4.87 cm2 up to 2 weeks after planting. Curly lettuce crops earn on best treatment (A1) with a total fresh weight average total plant i.e. 15.05 g. tan-1, but not unlike the treatment (A0) with the average fresh weight of total plant i.e. 13.78 Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, terhitung sejak Desember 2016 sampai dengan Maret 2017. Tujuan penelitian: untuk mengetahui takaran arang sekam yang cocok sebagai campuran media vertikultur vertikal dan dosis pupuk petroganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada keriting merah. Metode yang digunakan: Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari dua (2) faktor yaitu :Faktor I adalaharang sekam (A) terdiri dari : A0 (0 kg), A1 (4 kg) dan A2(8 kg). Faktor II adalah dosis pupuk petroganik (P) yang terdiri dari : P1(1 g.tan-1) dan P2(2 g.tan-1). Variabel yang diamati meliputi : Tinggi tanaman, Jumlah daun, Luas daun, Bobot segar total tanaman dan Bobot kering total tanaman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : Terdapat interaksi yang nyata antara kombinasi arang sekam dengan pupuk petroganik terhadap parameter tinggi tanaman (cm) pada umur 1, 2, 3 dan 5 minggu, jumlah daun (helai) umur 1 minggu, dan luas daun (cm2) pada umur 2 minggu setelah tanam. Pertumbuhan selada keriting merah terbaik diperoleh pada perlakuan (A1) dengan rata-rata total luas daun yaitu 4,87 cm2 sampai umur 2 minggu setelah tanam. Hasil tanaman selada keriting terbaik di peroleh pada perlakuan (A1) dengan total rata-rata berat segar total tanaman yaitu 15,05 g.tan-1, namun tidak berbeda dengan perlakuan(A0) dengan rata-rata berat segar total tanaman yaitu 13.78
Co-Authors A. F., Elisabeth A.A. Ketut Agung Cahyawan W Aceng, Kasianus Ahmad Zubaidi Ama, Karolus Asan Boli Amir Hamzah Andari, An An Andi Warisno Anshori, M Afif Asih Asih, Asih Asri Dewi, Asri Astri Sumiati Bambang Siswanto Cahyani, Prilian Daryaswanti, Daryaswanti Dato, Yasintus Dema, Marlince May Dhone, Emiliyani Meo Ebu, Liberti Edyson Indawan Elikardo, Elikardo Emma Lilianti, Emma Ester Windhayanti br Butar butar, Ester Windhayanti Fahrur Rozi Febianingsih, Febianingsih Geraldine, Agatha Hadim, Tomas Didimus Harsin, Tersianus Hidayah, Dewi Nurul Hidayati Karamina I Made Indra Agastya Iswandika, Ferra Caca Jamhari Jamhari Jehani, Hironimus Julcarnain B, Herman Julianto, Reza Prakoso Dwi Jumadi Jumadi Jusmani, Jusmani Kleor, Fransesko Rudianto Komariyah, Eni Malo, Yulita Marini, Koleta Masni, Teresia Maria Mau, Lazarus Jata Maulana, Eko Mei Indrawati, Mei Muryadi Muryadi, Muryadi Naikofi, Maria Grasela T. Natalia Tinoncy Waro Ndua Nusa, Karolus Pemilu Nopiyanti Nopiyanti, Nopiyanti Nurul Hidayah, Dewi Raga, Yohanes Aryanto Ricky Indri Hapsari Santoso, Apri Setyawan, Jhon Charles David Siti Nurhayati Sombo, Yusvina Sulistyadewi, Sulistyadewi Sumardi, Apolonius Sumiati, Astri Sumiati, Astri Sumiati, Astri Suryanto, Bradhiansyah Tri Susilo Ribut Anggarbeni, Susilo Ribut Sutoyo Sutoyo Sutoyo Sutoyo Sutoyo Taufik Iskandar Titis Adisarwanto, Titis Wahyu Fikrinda Widowati Wilhelmina Medho Kota, Wilhelmina Medho Winarto, Bambang Zainol Arifin Zainol Arifin Zakiyah BZ Zunaidi, Mahbub