Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

IDENTIFIKASI PERSEBARAN AIR LINDI MENGGUNAKAN METODE VERY LOW FREQUENCY ELECTROMACNETIC (VLF-EM) DI TPA PUUWATU, KOTA KENDARI David Satria; Erzam S. Hasan; Al Rubaiyn; La Ode Ngkoimani
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 3, No 02 (2021): Edisi Agustus JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Leachate which is a liquid released from waste due to biological degradation processes. If the leachate flow is allowed to flow to the surface of the soil, it will have negative effects on the surrounding environment. One of the geophysical methods that can be used to detect leachate distribution patterns is the VLF-EM (Very Low Frequency-Electromagnetic) method. The VLF-EM (Very Low Frequency-Electromagnetic) method is a geophysical method that utilizes electromagnetic principles using a low frequency radio wave source of 10-30 kHz. The research location is in TPA Puawatu, Kendari City. The analysis was carried out by looking at the 2D cross section of the flow density gained from the data processing. Qualitative interpretation can be carried out by the method developed by Karous-Hjelt with the producing of a 2-dimensional cross section with current density parameters. The high current density value can be identified as the most conductive anomaly. The direction of leachate distribution in the Puuwatu TPA tends to flow from the north of the TPA to the south of the TPA, which indicates that many swamps in the South of the TPA have been contaminated with leachate.
IDENTIFIKASI ZONA SESAR BERDASARKAN ANALISIS DATA ANOMALI MEDAN MAGNET DI DAERAH LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Asma Asma; La hamimu; Al Rubaiyn; Suryawan Asvar
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 3, No 02 (2021): Edisi Agustus JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilakukan didaerah Lainea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara yang bertujuan untuk membuat peta pola anomali reduksi ke kutub yang mencirikan keberadaan struktur sesar berdasarkan data geomagnetik. Jumlah data sebanyak  97 titik dengan  jarak 400-100 meter menggunakan PPM tipe GSM-19. Koreksi yang dilakukan berupa koreksi harian, koreksi IGRF, koreksi kelelahan alat selanjutnya dilakukan reduksi ke kutub, kontinuasi ke atas dan filter derivative. Filter derivative yang digunakan yaitu vertical derivative orde satu, vertical derivative orde dua, total horizontal derivative, dan tilt derivative. Pola anomali tinggi-rendah pada peta hasil reduksi ke kutub memilki rentang nilai intensitas magnet -207,7 nT hingga 129,4 nT dengan perbedaan warna yang mencolok  menandakan keterdapatan sesar didaerah penelitian. Dari kombinasi keempat filter derivative yang digunakan, menunjukkan adanya satu sesar yang terkonfirmasi sesuai dengan keempat hasil filter yang berarah baratdaya-timurlaut dan dua sesar yang terkonfirmasi oleh tiga filter yaitu vertical derivative orde satu dan vertical derivative orde dua serta tilt derivative yang berarah baratlaut-tenggara dan utara-selatan.Kata Kunci: Geomagnetik, Anomali Tinggi Rendah, Filter Derivative, Struktur SesarABSTRACTThis research was conducted in Lainea, South Konawe Regency, Southeast Sulawesi with the aim of making a map of the reduction anomaly pattern to the poles which characterizes the presence of fault structures based on geomagnetic data. The amount of data is 97 points with a distance of 400-100 meters using GSM-19 type PPM. Corrections made in the form of diurnal correction, IGRF correction, drift correction, then  reduction to the poles, upward continuation and derivative filter. The derivative filters used are first-order vertical derivatives, second-order vertical derivatives, total horizontal derivatives, and tilt derivatives. The high-low anomaly pattern on the map resulting from the reduction to the poles has a magnetic intensity value range of -207.7 nT to 129.4 nT with a striking color difference indicating the presence of a fault in the study area. From the combination of the four derivative filters used, it shows that there is one confirmed fault according to the four filter results with a southwest-northeast direction and two faults confirmed by three filters, namely the first order vertical derivative and second order vertical derivative and the tilt derivative trending northwest-southeast. and north-south.Keywords: Geomagnetic, High Low Anomaly, Derivative Filter, Fault Structure
IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN GRAVITASI GGMPLUS DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Ainun Ayu Utami subhan; La Hamimu; Al Rubaiyn
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 4, No 01 (2022): Edisi April JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Data gravitasi citra satelit GGMplus merupakan data yang menyediakan peta medan gravitasi terkomputerisasi dengan resolusi antar titik  yaitu 220 m sehingga baik dalam penentuan struktur bawah permukaan. Telah dilakukan penelitian pengukuran medan gravitasi untuk mengetahui pola persebaran anomaly Bouguer dan mengidentifikasi struktur geologi di daerah Kabupaten Konawe Selatan khususnya pada daerah Pamandati. Pengukuran data medan gravitasi menggunakan data gravitasi citra satelit GGMPlus (Global Gravity Model Plus). Pengolahan data dilakukan menggunakan Software Oasis Mountaj. Koreksi yang dilakukan berupa koreksi Bouguer, koreksi terrain, proyeksi pada bidang datar, analisis spektrum, pemisahan anomali regional dan residual menggunakan metode Moving Average dan pemodelan struktur bawah permukaan. Hasil anomali Bouguer lengkap dan anomali lokal menunjukkan pola persebaran anomali dari Barat Laut-Tenggara, yang relatif sama dengan dengan arah struktur di daerah penelitian. Berdasarkan hasil pemodelan peta anomali residual mengindikasikan adanya intrusi batuan beku di bagian Tenggara daerah penelitian. Intrusi pertama terletak pada kedalaman ±800 meter, dan intrusi kedua terletak pada kedalaman ±1200.
Koreksi Distorsi Topografi Data Gravitasi Menggunakan Metode Taylor dan Metode Ekuivalen Titik Massa Al Rubaiyn; Jamhir Safani; Wa Ode Nurfadilah
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 1, No 02 (2019): Edisi Agustus JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Koreksi distorsi topografi merupakan upaya membawa nilai medan gravitasi yang terpapar ditopografi ke suatu ketinggian bidang tertentu. Koreksi penting ini penting dilakukan untuk mecegah kesalahan dalam interpretasi data medan potensial dan penentuan sumber anomali. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan ulasan koreksi data topografi dan penerapannya pada data lapangan. Data yang digunakan merupakan data citra GGMplus beresolusi tinggi Pulau Kabaena. Koreksi topografi yang digunakan adalah metode ekuivalen titik massa yang dibuat dalam bahasa Matlab dan metode Taylor yang dibuat dalam bahasa Fortran. Hasil proyeksi menunjukan bahwa metode Taylor membutuhkan waktu komputasi kontinuasi lebih cepat dan efisien namun kurang memberikan hasil yang proyeksi medan gravitasi smooth dibandingkan metode ekuivalen titik massa. Metode Taylor cocok untuk daerah dengan topografi yang tidak terlalu bervariasi. Metode ekuivalen titik massa kurang efektif pada daerah dengan kecuraman yang tinggi. 
INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO MENGGUNAKAN DATA GRAVITASI CITRA SATELIT GGMPLUS Salmon Rapang; La Hamimu; Al Rubaiyn
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 3, No 03 (2021): Edisi Desember JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakCitra satelit yang mampu memetakan anomali gravitasi dengan cakupan yang luas, cepat, dan gratis. Data gravitasi citra satelit GGMPlus spasi titik pengukuran 220 meter. Penggunaan data citra gravitasi telah dimanfaatkan dalam penelitian ini untuk memodelkan struktur bawah permukaan daerah panas bumi lombongo kabupaten Bone Bolango. Data yang diperoleh dari citra satelit berupa data anomali udara bebas dan data topografi. Selanjutnya dilakukan koreksi Bouguer dan koreksi medan dengan memasukkan nilai densitas rata – rata 2,67 gr/cm3 menggunakan metode Nettleton Analitik. Anomali Bouguer Lengkap pada topografi diproyeksikan pada bidang datar dengan ketinggian rata – rata 416 meter. Pemisahan anomali dengan menggunakan moving average. Berdasarkan pemodelan yang dibuat, penampang A-A’ terdapat 6 lapisan yaitu endapan danau, Batuan gunungapi pinogu, Diorit bone, Batuan gunungapi bilungala, Formasi tinombo fasies sedimen, Formasi tinombo fasies gunungapi. Sedangkan penampang B-B’  terdapat 7 lapisan yaitu Endapan danau dengan nilai densitas 1,9 gr/cm3, Batuan gunungapi pinogu dengan densitas 2,4 gr/cm3, Diorit bone densitas 2,6 gr/cm3, Anggota batugamping formasi tapadaka dengan densitas 2,68 gr/cm3, Batuan gunungapi bilungala densitas 2,71 gr/cm3, Formasi tinombo fasies sedimen 2,8 gr/cm3, Formasi tinombo fasies gunungapi 2,99 gr/cm3. Munculnya mata air panas di duga di kontrol oleh sesar mendatar yang berada di daerah panas bumi lombongo.Kata kunci: Citra Satelit, GGMPlus, Panas Bumi, Anomali Bouguer, Pemodelan 2D Abstract. Satellite imagery capable of mapping gravitational anomalies with wide, fast, and free coverage. Gravity data from GGMPlus satellite imagery with a measurement point of 220 meters. The use of gravity image data has been utilized in this study to model the subsurface structure of the Lombongo geothermal area, Bone Bolango district. Data obtained from satellite images in the form of free air anomaly data and topographic data. Furthermore, Bouguer correction and field correction were performed by entering an average density value of 2.67 gr/cm3 using the Analytical Nettleton method. The complete Bouguer anomaly on the topography is projected on a flat plane with an average height of 416 meters. Separation of anomalies using moving averages. Based on the modeling, there are 6 layers in the A-A' cross section, namely lake sediment, Pinogu volcanic rock, Diorite bone, Bilungala volcanic rock, sedimentary facies tinombo formation, and volcanic facies tinombo formation. While the cross section B-B' contains 7 layers, namely lake sediment with a density value of 1.9 gr/cm3, Pinogu volcanic rock with a density of 2.4 gr/cm3, Diorite bone density of 2.6 gr/cm3, limestone members of the tapadaka formation with a. density 2.68 gr/cm3, Bilungala volcanic rock density 2.71 gr/cm3, sedimentary facies Tinombo formation 2.8 gr/cm3, Tinombo formation volcanic facies 2.99 gr/cm3. The emergence of hot springs is thought to be controlled by a horizontal fault in the Lombongo geothermal area.keywords : Satelitte Imagery, GGMPlus, Geothermal, Anomaly Bouguer, Modeling 2D.
PEMODELAN 2D CEKUNGAN SAMPARA KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA DARI DATA ANOMALI MEDAN GRAVITASI CITRA GGMPLUS Tian Aprilia Aksa Mahadi; Jamhir Safani; Al Rubaiyn
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 2, No 03 (2020): Edisi Desember JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Data gravitasi citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data gravitasi citra GGMplus ( Global Gravity Model Plus ), karena GGMplus mempunyai kelebihan dalam hal resolusi yaitu ~200 meter dibandingkan dengan satelit gravitasi lain untuk mengetahui pola anomali gravitasi yang ada pada daerah Sampara Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Data yang digunakan  berupa data gravity disturbance yang berupa data free air anomaly yang kemudian dilakukan koreksi Bouguer serta koreksi terrain untuk mendapatkan anomali Bouguer lengkap. Kemudian dilakukan proyeksi kebidang datar dengan menggunakan deret Taylor, kontinuasi ke atas dan pemodelan. Hasil anomali bouguer dan residu memiliki trens yang sama yaitu berupa pegunungan disepanjang lajur utara sampai selatan. Dari hasil pemodelan yang dilakukan, model penampang 2D yang didapat disetiap lintasan berbeda-beda, dimana untuk lintasan A-A’ terdapat 5 lapisan yang terdiri dari Formasi Mekongga, Formasi Pompangeo, Kompleks Ultrabasa, Formasi Alangga dan Aluvium. Sedangkan untuk Lintasan B-B’,terdapat 5 lapisan yang terdiri dari Formasi Mekongga, Kompleks Ultramafik, Formasi Langkowala, Formasi Alangga dan Aluvium. Densitas yang didapat yaitu 1.9 gram/cm3 untuk formasi Aluvium,2.27  gram/cm3 untuk formasi Alangga, 2.27 gram/cm3 untuk formasi Langkowala, 2.46 gram/cm3 untuk formasi Ultramafik, 2.35 gram/cm3 untuk komplek Pompangeo dan 2.46 gram/cm3 untuk formasi Mekongga.Kata kunci: Citra Satelit, Cekungan Sampara, Anomali Gravitasi, Pemodelan.
PENDUGAAN INTRUSI BATUAN BEKU BERDASARKAN PEMODELAN 2D DATA GEOMAGNETIK DAERAH LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Nurfadhilah Fahda; La Hamimu; Al Rubaiyn; Suryawan Asvar
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 4, No 01 (2022): Edisi April JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daerah lainea berada di lingkungan metamorf derajat rendah dan tidak ditemukan adanya batuan intrusi di lapangan, namun adanya manifestasi bertemperatur cukup tinggi, mineral illite dan terbentuknya mineralisasi sekitar manifestasi menunjukan kemungkinan sumber panas berasal dari aktivitas batuan plutonik yang tidak muncul ke permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intrusi Batuan Beku dari hasil anomali regional pemodelan 2D. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan koreksi harian, koreksi IGRF, koreksi drift, reduksi ke kutub (RTP), analisis spectrum, kontinuasi ke atas dan pemodelan 2D. Hasil pemodelan 2D terdapat Batuan Beku dengan nilai suseptibilitas 0.09 SI terdapat pada kedalaman ±877 m, dimana Batuan Beku mengintrusi Satuan Metamorf (Trm)
Pengembangan Algoritma Genetika Untuk Inversi Data Gravitasi Al Rubaiyn; Jamhir Safani; La Hamimu
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 1, No 01 (2019): Edisi April JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Inversi data gravitasi untuk interpretasi 2D struktur bawah permukaan merupakan proses penting dalam pemodelan anomali medan gravitasi. Metode algoritma genetika (AG) telah dikembangkan untuk inversi data gravitasi. Teknik optimasi ini memadukan konsep genetika biologi dengan fungsi optimasi yang bertujuan untuk memaksimumkan fungsi fitness melalui proses evolusi buatan. Pengujian akurasi metode ini dilakukan dengan menggunakan medan gravitasi sintetik dari dua model. Hasil inversi menunjukan model inversi sesuai dengan model sintetik dengan nilai kesalahan rata-rata untuk solusi terbaik dibawah 9,62 x10-4. Untuk inversi dengan panjang string 1 bit mampu memodelkan anomali homogen benda/struktur bawah permukaan. Anomali dengan densitas bervariasi mampu dimodelkan dengan sangat akurat melalui inversi algoritma genetika untuk  panjang string 8 bit
PERBANDINGAN INVERSI DATA VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PROGREES DAN IP2WIN Al Rubaiyn
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 4, No 03 (2022): Edisi Desember JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurusan Teknik Geofisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56099/jrgi.v4i03.29526

Abstract

Pemodelan inversi data Vertical Electrical Sounding (VES)  dengan konfigurasi schlumberger bertujuan untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan bumi 1D melalui model variasi resistivitas secara vertikal terhadap kedalaman. Proses pemodelan inversi ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam pencitraan geofisika dari suatu data VES. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keakurasian software Progress dan software IPI2Win dalam inversi data VES. Pengujian data menggunakan data sintetik untuk model tipe kurva H, tipe K dan tipe HK yang ditambahkan noise sebesar 10%. Hasil inversi kurva Vertical Electrical Sounding (VES) tipe H dan tipe HK dapat dimodelkan baik dengan software IPI2Win dibandingkan dengan software Progress. Inversi dengan software Progress sangat bergantung pada tebakan model awal. Keberadaan anomali rendah dan tinggi bawah permukaan dari kurva VES dapat dipetakan dengan menggunakan software IPI2Win dan Progress
INVERSI DATA GRAVITASI MENGGUNAKAN SIMULATED ANNEALING Asrin Asrin; La Hamimu; Al Rubaiyn
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 4, No 03 (2022): Edisi Desember JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurusan Teknik Geofisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56099/jrgi.v4i03.28711

Abstract

Inversi data gravitasi penting untuk dilakukan untuk mengetahui model bawah permukaan bumi berdasarkan data anomali medan gravitasi. Inversi data gravitasi dapat dilakukan dengan pendekatan global, Salah satu metode inversi dengan pendekatan global adalah metode simulated annealing (SA). Metode SA ini didasarkan pada analogi proses termodinamika pembentukan kristal suatu substansi. Perkembangannya terinspirasi oleh proses pendinginan logam, dimana struktur kristal energi minimum yang teratur berkembang di dalam logam saat didinginkan secara perlahan dari keadaan panas. Data yang digunakan merupakan data sintetik hasil dari forward modeling untuk menguji keakurasian metode SA. Hasil inversi SA dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah inversi gravitasi dan menunjukkan hasil model inversi yang sesuai dengan model sintetik. Hasil uji coba dengan 2 jenis model sintetik yaitu model persegi dan model patahan menunjukkan nilai misfit estimasi anomali medan gravitasi 2,8 x10-4 mGal untuk model persegi dan 1,7 x 10-4 mGal untuk model patahan. Solusi inversi SA dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pembatasan ruang pencarian dan penentuan model tebakan awal.