Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PELATIHAN PRODUKSI DODOL BERBASIS NANGKA DI DESA TRITIS YOGYAKARTA Cempaka, Laras; Asiah, Nurul
Indonesian Journal of Social Responsibility Vol. 1 No. 01 (2019): June 2019
Publisher : LPkM Universitas Bakrie

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36782/ijsr.v1i01.6

Abstract

Desa Tritis, Purwobinangun, Pakem, Sleman merupakan salah satu desa di kota Yogyakarta yang memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah. Desa tersebut memiliki potensi hasil kebun berupa buah nangka yang cukup melimpah, namun dengan harga jual yang sangat murah. Dodol nangka merupakan salah satu produk pangan olahan yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan nilai ekonomis buah nangka. Pada program pengabdian masyarakat kali ini, masyarakat diberi pelatihan pengembangan produk dodol nangka yang diberi inovasi dengan penambahan kacang sebagai isian dan dengan membuat desain kemasan yang berbeda dengan produk dodol yang umum beredar dipasaran. Adanya pelatihan olahan pangan berbasis nangka dan inovasi pengembangan produknya, diharapkan mampu memberdayakan potensi sumberdaya dan masyarakat Desa Tritis. Lebih jauh, produk ini diharapkan mampu menjadi salah satu produk pangan oleh oleh khas Yogyakarta, sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian warga.
PELATIHAN PEMBUATAN YOGHURT DARI SUSU BUBUK INSTAN FULL CREAM PADA IBU-IBU KOTA PELANGI DI PANCORAN, JAKARTA SELATAN Cempaka, Laras; Asiah, Nurul
Indonesian Journal of Social Responsibility Vol. 2 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : LPkM Universitas Bakrie

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36782/ijsr.v2i1.25

Abstract

Yoghurt merupakan minuman berbahan baku susu yang difermentasikan oleh bakteri asam laktat. Umumnya susu yang digunakan adalah susu segar. Yoghurt menjadi produk minuman yang dipilih karena rasanya yang khas dan khasiat yang dimilikinya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pelatihan pembuatan yoghurt dari bahan baku susu yang mudah didapat yaitu susu bubuk instan full cream kepada Ibu-Ibu UKM Kota Pelangi. Yoghurt yang dibuat dari susu bubuk ini dilakukan dengan dua tahap yaitu penyampaian materi dan praktek simulasi pembuatan yoghurtnya. Pelatihan dengan pengamatan secara observatif ini dilaksanakan di salah satu rumah anggota UKM Kota Pelangi di wilayah Pancoran, Jakarta Selatan. Sampel yoghurt yang sudah jadi kemudian dikreasikan dengan toping dan perisa yang berbeda. Pembuatan yoghurt dilakukan bersama susu yang sudah ditambah kultur bakteri lalu diinkubasi dalam waktu 12-14 jam. Selain membekali peserta dari sisi kemampuan pengolahan, pengetahuan tentang proses fermentasi dan aspek mikrobiologi yang baik juga perlu dipahami, agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Para peserta antusias dalam menyimak pemaparan dari sejumlah pemateri. Dalam praktek simulasi, peserta membuat yoghurt dan mengkreasikannya dengan aneka rasa maupun toping yang dibuat semenarik mungkin. Kesan dari para peserta, yoghurt yang dibuat dari susu bubuk ini tetap memiliki rasa yang enak dan tekstur yang sesuai. Pelatihan semacam ini sangat baik sekali dilakukan pada daerah yang memiliki keterbatasan sumber daya bahan baku untuk diolah menjadi aneka pangan olahan.
PELATIHAN PEMBUATAN YOGHURT DARI SUSU BUBUK INSTAN FULL CREAM PADA IBU-IBU KOTA PELANGI DI PANCORAN, JAKARTA SELATAN Cempaka, Laras; Asiah, Nurul
Indonesian Journal of Social Responsibility Vol. 2 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : LPkM Universitas Bakrie

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36782/ijsr.v2i1.25

Abstract

Yoghurt merupakan minuman berbahan baku susu yang difermentasikan oleh bakteri asam laktat. Umumnya susu yang digunakan adalah susu segar. Yoghurt menjadi produk minuman yang dipilih karena rasanya yang khas dan khasiat yang dimilikinya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pelatihan pembuatan yoghurt dari bahan baku susu yang mudah didapat yaitu susu bubuk instan full cream kepada Ibu-Ibu UKM Kota Pelangi. Yoghurt yang dibuat dari susu bubuk ini dilakukan dengan dua tahap yaitu penyampaian materi dan praktek simulasi pembuatan yoghurtnya. Pelatihan dengan pengamatan secara observatif ini dilaksanakan di salah satu rumah anggota UKM Kota Pelangi di wilayah Pancoran, Jakarta Selatan. Sampel yoghurt yang sudah jadi kemudian dikreasikan dengan toping dan perisa yang berbeda. Pembuatan yoghurt dilakukan bersama susu yang sudah ditambah kultur bakteri lalu diinkubasi dalam waktu 12-14 jam. Selain membekali peserta dari sisi kemampuan pengolahan, pengetahuan tentang proses fermentasi dan aspek mikrobiologi yang baik juga perlu dipahami, agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Para peserta antusias dalam menyimak pemaparan dari sejumlah pemateri. Dalam praktek simulasi, peserta membuat yoghurt dan mengkreasikannya dengan aneka rasa maupun toping yang dibuat semenarik mungkin. Kesan dari para peserta, yoghurt yang dibuat dari susu bubuk ini tetap memiliki rasa yang enak dan tekstur yang sesuai. Pelatihan semacam ini sangat baik sekali dilakukan pada daerah yang memiliki keterbatasan sumber daya bahan baku untuk diolah menjadi aneka pangan olahan.
Pengaruh Variasi Kecepatan Agitasi pada Produksi Β-Glukan dari Saccharomyces cerevisiae Laras Cempaka
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 8, No 1 (2015): Al-Kauniyah Jurnal Biologi
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v8i1.2701

Abstract

β-glucan is very interesting to study because of a variety of benefits that it provides. Saccharomyces cerevisiae is a unicellular yeast which has a β-glucan component of the biggest in the cell wall. This study aimed to describe the effect of agitation speed on the production of β-glucan from S. cerevisiae. Agitation speed plays an important role in cell growth. This research used agitation speed at 80 rpm, 120 rpm and 200 rpm. The research design used was a completely randomized design with three replications. During the fermentation in sixteen hours, several parameters were examined including cell number, pH, glucose and protein of the medium and the crude β-glucan. β-glucan extraction procedures done by adding NaOH 2% solution to the fermented product. Then, the supernatant was neutralized with acetic acid solution. To get the crude deposits of β-glucan, ethanol 96% was added in volume as three times of the supernatant. Production of β-glucan was increas along with the growth of the cell.Data analysis was performed using one way ANOVA test followed by LSD analysis. Production of β-glucan increases with cell growth. pH value, the concentration of carbon source and nitrogen source on the substrate decreased during the fermentation process. β-glucan production also increased as the rising of agitation speed from the 80 rpm until 200 rpm. Rate of β-glucan production in 80 rpm, 120 rpm and 200 rpm were 18.19 μgL-1/ hour, 40.42 μgL-1/ hour, 44.03 μgL-1/ hour, respectively. Based on the experiment results, the most optimum agitation speed for beta-glucan were respectively 200 rpm with beta-glucan content reached 1624.44 µg/L.
KARAKTERISTIK SENSORI DAN ANALISIS MIKROBA TEMPE SEGAR BERANEKA RASA Laras Cempaka; Mitha Anggraeni Widyana; Rizki Maryam Astuti
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknologi Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/jiphp.v4i1.4633

Abstract

Tempe merupakan produk fermentasi yang umumnya terbuat dari kacang kedelai. Formulasi terhadap bahan baku dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai fungsional dan mutu sensorinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dominan dan analisis mikroba pada tempe dengan bahan baku yang divariasikan. Pada penelitian ini menggunakan empat jenis tempe, yaitu tempe kedelai kuning (154), tempe dengan campuran kacang kedelai kuning, kacang kedelai hitam, kacang koro, kacang hijau (581), tempe kedelai kuning dengan penambahan kayu manis (943), dan tempe dengan campuran kacang kedelai kuning, kacang kedelai hitam, kacang koro, keju Gouda (489). Analisis karakteristik sensori dilakukan dengan metode Projective Mapping. Seluruh sampel diuji terhadap 75 orang panelis tidak terlatih. Principal Component Analysis dan WordItOut digunakan untuk mendapatkan konfigurasi posisi dan karakteristik dominan tempe. Analisis koliform menggunakan metode Most Probable Number. Jumlah mikroba pada tempe dianalisis dengan metode Angka Lempeng Total. Hasil analisis biplot menunjukkan bahwa 154 dan 943 berada pada satu kuadran, sedangkan 581 berada pada kuadran yang sama dengan 489. Karakteristik dominan pada tempe 154 adalah aroma tempe segar, warna putih kekuningan, rasa hambar, tekstur padat, pada tempe 581 aroma asam, warna putih kehijauan, rasa asam, tekstur padat, pada 943 aroma kacang-kacangan, warna putih kehijauan, rasa hambar, tekstur padat dan pada tempe 489 adalah aroma asam, warna putih kehijauan, rasa asam, tekstur padat. Seluruh sampel tempe tidak mengandung mikroba koliform. Seluruh sampel menunjukkan jumlah mikroba yang tinggi kemungkinan karena tingginya pertumbuhan kapang dan bakteri probiotik.
Sensory Evaluation And Yield Value of Vco Produced By Various Culture Nurul Asiah; Laras Cempaka; Tiara Maulidini
Agricultural Science Vol. 2 No. 1 (2018): September
Publisher : Faculty of Agriculture, Merdeka University Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa yang diolah dari kelapa segar dengan atau tanpa pemanasan dan tidak melalui proses pemurnian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan sensory dan nilai rendemen VCO yang diproduksi dengan metode fermentasi menggunakan berbagai kultur mikroorganisme (Saccharomyces cerevisiae, Lactobacillus plantarum dan Rhizopus oligosporus). Ketiga jenis kultur tersebut dicampurkan ke dalam krim sebanyak 5% (v/v), kemudian dilakukan proses fermentasi pada suhu 35oC selama 24 jam. VCO hasil fermentasi berwarna bening, memiliki aroma khas kelapa, dan memiliki rasa yang hambar. Dari uji sensori secara hedonik, secara keseluruhan panelis memberi nilai lebih dari 3. Rendemen VCO berkisar antara 22.01—25.74%. Perbedaan penggunaan jenis mikroba tidak berpengaruh secara signifikan (p>0,05) terhadap hasil rendemen dan hasil uji organoleptik dari VCO yang dihasilkan.
Proximate Composition, Total Phenolic Content, and Sensory Analysis of Rice Bran Tempeh Cempaka, Laras; Eliza, Naila; Ardiansyah, Ardiansyah; Handoko, Dody D.; Astuti, Rizki Maryam
Makara Journal of Science
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tempeh is a fermented food prepared using the rawmaterials of soybean fermented by Rhizopus sp. This traditional food is fairly highly consumed in Indonesia. Soybean, which is the primary raw material used in the processing of tempeh, is still being imported due to its insufficient production in Indonesia. Rice bran can be used as a substitute forsoybeans in tempeh processing to add to its (health) benefit. Rice bran has good nutritional value as it contains a high total content of phenolic compounds, dietary fiber, fat, and the amino acid lysine. Thus, rice bran provides anopportunity to use it as a product with functional properties. This study was conducted to determine the proximate characteristics, the total phenolic content (TPC), and the sensory properties of tempeh with the addition of rice bran, chitosan, andgluconodelta-lactone (GDL). The addition of chitosan was used as a source of prebiotic, and GDL was required to accelerate the fermentation process. The chemical characteristics (protein, fat, and water content), the TPC, and the sensory properties (color, aroma, texture, and overall acceptability) of rice bran tempeh were analyzed. Results showed that the tempeh sample with the addition of 20% (w/w) rice bran showed the best sensory analysis. It consisted of 57.23% of water content, 37.42% of protein content, 19.72% of fat content, and 83.98 mg GAE/100 g of TPC.
Studi Meta-analisis: Pengaruh Penambahan Kultur Starter pada Profil Fermentasi, Mikroorganisme, dan Metabolit Hasil Fermentasi Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Nafila Chaerunnisa Misbakh; Laras Cempaka; Wahyudi David; Nurul Asiah
Jurnal Agro Industri Perkebunan Volume 10 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jaip.v10i2.2545

Abstract

Fermentation of cocoa beans can produce flavour precursors and colour changes in chocolate. Generally, this process is carried out for 5-7 days without adding starter culture. Adding a starter culture is considered to improve the quality of cocoa beans and shorten the fermentation time. The purpose of this study was to compare the starter cultures used in the cocoa bean fermentation process through a meta-analysis approach. Twenty-four related articles have been screened from the initial number of 110 articles. There are five starter cultures and six parameters that can be processed by Confidence Interval (CI) analysis. Calculating p and I2 values ​​using STATA software was performed to see variations between studies and test the significance of their effects during the fermentation process through p values. The variation test between studies showed that the profiles of lactic acid bacteria (LAB) and acetic acid bacteria (AAB) were heterogeneous. While the yeast profile, levels of lactic acid, acetic acid and pH between studies are homogeneous. The results of the study showed that the addition of starter culture will affect the levels of yeast profile (ES: 0.470; 95% CI: 0.371 to 0.569; p = 0.0); LAB profile (ES: 0.747; 95% CI: 0.600 to 0.894; p = 0,0); AAB profile (ES: 0.808; 95% CI: 0.663 to 0.953; p = 0.0); lactic acid (ES: -0.003; 95% CI: -0.162 to 0.156; p = 0.039); acetic acid (ES: 0.189; 95% CI: 0.01 to 0.368; p = 0.039) and pH (ES: 0.109; 95% CI: 0.001 to 0.218; p = 0.049). Using pure starter cultures can increase the number of microbes of the type added and increase metabolic activity by showing a decrease in acetic acid levels in cocoa beans at the end of the fermentation process. However, no changes were seen in pH or lactic acid levels.
Pendugaan Umur Simpan Produk Ready To Drink (RTD) Bunga Telang dengan Evaluasi Sensori menggunakan Survival Analysis Muhammad Iqbal Ramadhan; Sylvia Oktavia Kusumawardani; Ardiansyah -; Laras Cempaka; Nurul Asiah; Rizki Maryam Astuti; Wahyudi David
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 39, No 2 (2022)
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v39i2.6847

Abstract

Bunga telang memiliki pigmen antosianin yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna pada makanan dan minuman. Ready To Drink (RTD) bunga telang terbuat dari campuran air, gula dan biji chia serta bunga telang (Clitoria Ternatea) dengan rasa jeruk nipis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan umur simpan produk RTD bunga telang dengan menggunakan evaluasi sensori, survival analysis. Lima puluh orang panelis melakukan pengujian pada setiap 3 hari hingga 15 hari dengan suhu simpan produk 4, 27 dan 37°C. Parameter yang digunakan adalah uji sensori, analisis total mikroba dan kapang, pengukuran pH, warna dan total padatan terlarut (TPT). Pada penelitian ini, umur simpan produk pada suhu 4, 27 dan 37°C memberikan hasil berbeda yaitu 6, 4 dan 3 hari. Total mikroba pada hari ke-6 pada suhu 4°C telah melewati batas maksimum, sementara suhu 27 dan 37°C pada hari ke-3, sedangkan total kapang khamir telah melewati batas maksimum pada hari ke-6. Nilai pH pada ketiga suhu berada pada kisaran nilai 3,19 hingga 3,51. Nilai ∆E* pada suhu 4 dan 27°C berada pada kisaran 2,0-3,0 yaitu sedikit terlihat, sedangkan 37°C terdapat nilai yang melebihi 3,0 yaitu terlihat dengan baik. Nilai TPT mengalami penurunan tetapi tidak berbeda nyata. Suhu 4°C merupakan kondisi penyimpanan optimum dibandingkan suhu lainnya.
Karakterisasi Fisiko-Kimia Biji dan Kulit Ari Kacang Bogor Asal Jampang-Sukabumi Jawa Barat Rizki Maryam Astuti; Nurheni Sri Palupi; Maggy Thenawidjaja Suhartono; Hanifah Nuryani Lioe; Eni Kusumaningtyas; Laras Cempaka
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 33 No. 2 (2022): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6066/jtip.2022.33.2.178

Abstract

The traditional cultivation and limited use of bambara groundnut (Vigna subterranea) seed and coat have encouraged the development of this commodity. The aim of this research was to characterize the seed and coat of bambara groundnut from Jampang, Kab. Sukabumi, West Java. Analysis on bambara groundnut seed including proximate analysis, in vitro protein digestibility, starch content, and dietary fiber, as well as analysis on its coat including anthocyanin, total phenolic, antioxidant activity, phytic acid and tannin, were examined in this study. The results showed that bambara groundnut seed from Jampang-Sukabumi contained 16.53% proteins, 3.04% ash, 7.83% fats and 55.22% carbohydrates in dry basis (db). The carbohydrates consisted of starch 52.71% and dietary fiber 7.47% (db). The protein had an in vitro protein digestibility of 41.65% db. The purple seed coat contained of 1.51% anthocyanin, 25.85 mg/g total phenolic content (as gallic acid equivalent), antioxidant activity at 82.75% inhibition of free radical DPPH, 6.37 mg/g phytic acid, and 96.79 mg/g tannin (as tannic acid equivalent) in dry basis. The relatively high content of tannin and antioxidant activity but very low phytic acid content, make the bambara seed coat a potential source for tannin, meanwhile the bambara groundnut is potential as a nutrition source.