Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MEMBANGUN KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN COMMUNITY MELAYU DI MESKOM BENGKALIS MELALUI SENI KOMPANG Nilawati, Nilawati; Nursyirwan, Nursyirwan; Minawati, Rosta
Bercadik Vol 1, No 1 (2013): Bercadik | Diskursus Budaya Lokal
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.465 KB)

Abstract

ABSTRAK :Penulisan seni kompang ini menjadi penting dan berarti bagi pengkajian kebudayaan Melayu. Tujuan kajian adalah melirik kebudayaan dan kepribadian masyarakat Melayu melalui; melirik bila kompang dipandang sebagai budaya masyarakat Melayu; menyampaikan kompang berada dalam posisi strata; mengapresasi interpretasi keberadaan kompang; dan menggambarkan pemahaman kompang sebagai musik tradisional. Penulisan ini bertujuan pula untuk: mengungkap konsep ikon budaya melayu dalam kompang; menyampaikan bentuk-bentuk ikon budaya melayu yang dapat dilahirkan dalam penyajian kompang; menjelaskan appresiasi masyarakat Meskom terhadap perubahan dan kebertahanan kreativitas ekspresi seni kompang. Metode dalam penelitian untuk menuju karya tulis ilmiah maupun jurnal bersifat kualitatif dan kuantatif, melalui pendekatan pengkajian etnografi, etnomusikologi dan antropologi meliputi interpretasi atas ikon, dan representasi budaya kompang di Meskom Bengkalis. Terkait pelaksanaan penelitian ditempuh dengan beberapa tahapan antara lain: persiapan; pengumpulan data lapangan (penelitian); pengolahan data (kerja laboratorium); dan penyusunan laporan. Secara umum hasil penelitian dapat dikatakan bahwa: interpretasi tradisi kompang pada community Meskom- Bengkalis tradisi mereka adalah produk dari suatu masyarakat tradisional. Tradisi itu terbentuk melalui proses panjang melalui kebiasaan turun-temurun oleh sekelompok masyarakat yang berada di wilayah Meskom-Bengkalis. Strata atau posisi kompang pada community Meskom-Bengkalis tergolong ke dalam kelompok folk art (seni untuk rakyat), dan mass art (seni untuk massa), dalam bahasa umum, musik kompang berasal dari rakyat, diperankan oleh rakyat, diperuntukkan bagi rakyat.Kata Kunci: Seni Kompang, Kebudayaan, Kepribadian, Community Melayu, Meskom-Bengkalis.
Kontestasi pendidikan keislaman dan pendidikan umum: persepsi masyarakat tentang sumber kekuatan mobilitas sosial di kabupaten bone Nursyirwan Nursyirwan
EKSPOSE Vol 19, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30863/ekspose.v1i1.834

Abstract

This study examines community perceptions about the ability of Islamic educational institutions and graduate competencies in driving social change vertically in Bone Regency, South Sulawesi. Islamic education is considered powerless in encouraging progress and giving graduates a future. This descriptive qualitative study found a different fact where the misperception about the ability of Islamic education was widespread. Observations and interviews show that religious education institutions have been actively involved in providing policy perspectives in the regions and Islamic education graduates have proven to play an active role not only in the religious field but also in various fields of community and government life. The ability of graduates of Islamic educational institutions even outperformed graduates of non-religious educational institutions because religious graduates have competence in the religious and general fields as well. The results of this study suggest the need for popularization of Islamic educational institutions in the community and intensification of communication with the community so that the existence and progress of Islamic education institutions can be represented according to their position and role in society.Penelitian ini mengkaji persepsi masyarakat tentang kemampuan lembaga pendidikan keislaman dan kompetensi lulusan dalam mendorong perubahan sosial secara vertikal di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Pendidikan keislaman dianggap tidak berdaya dalam mendorong kemajuan dan memberi masa depan pada lulusan. Penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif ini menemukan fakta yang berbeda di mana mispersepsi tentang kemampuan pendidikan keislaman terjadi secara meluas. Hasil pengamatan dan wawancara memperlihatkan bahwa lembaga pendidikan keagamaan telah terlibat secara aktif dalam memberikan perspektif kebijakan di daerah dan lulusan pendidikan keislaman terbukti berperan aktif tidak hanya dalam bidang keagamaan tetapi juga dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat dan pemerintahan. Kemampuan lulusan lembaga pendidikan keislaman bahkan mengungguli lulusan lembaga pendidikan non-keagamaan karena lulusan keagamaan memiliki kompetensi dalam bidang keagamaan dan umum sekaligus. Hasil penelitian ini menyarankan perlunya popularisasi lembaga pendidikan keislaman di dalam masyarakat dan intensifikasi komunikasi dengan masyarakat agar keberadaan dan kiprah lembaga pendidikan keislaman dapat direpresentasikan sesuai dengan posisi dan peran dalam masyarakat.
EKRANISASI NOVEL KE FILM SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 DENGAN KAJIAN INTERTEKS Siti Fadilla; Sulaiman Juned; Nursyirwan Nursyirwan
Widyaparwa Vol 46, No 2 (2018)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.637 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v46i2.172

Abstract

This research to describe and discuss the changes and processes intertext fundamental ekranisasi of the novel to film Surga Yang Tak Dirindukan 2. The adaptation of the novel to the film raises some significant changes. The results of the author's interpretation of the novel with Director resulted in a difference in the way the different point of view. The process of ekranisasi the novel to film Surga Yang Tak Dirindukan 2 seen aspect of penciutan, additions, and changes. With plots, characters, and the setting in the novel to the film. The method of this research is qualitative deskriprif. The research in the form of the novel and film Surga Yang Tak Dirindukan 2. The results of this study indicate that the change of character, plot, and background covering shrinkage, addition and change varies. The process of change is the result of the novel accranation to the movie Surga Yang Tak Dirindukan 2.Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan membahas perubahan interteks yang mendasar dari novel ke film Surga Yang Tak Dirindukan 2. Adaptasi  novel ke film menimbulkan beberapa perubahan yang signifikan. Hasil interpretasi penulis novel dengan sutradara mengakibatkan perbedaan cara pandang yang berbeda. Proses ekranisasi novel ke film Surga Yang Tak Dirindukan 2 dilihat dari aspek penciutan, penambahan, serta perubahan bervariasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menganalisis melalui studi kepustakaan. Data Penelitian ini berupa novel dan film Surga Yang Tak Dirindukan 2. Teknik analisis data dilakukan dengan mengindentifikasi dan menemukan data yang meliputi unsur intrinsik pada novel dan film. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa adanya perubahan tokoh, alur, dan latar yang meliputi penciutan, penambahan serta perubahan bervariasi. Proses perubahan tersebut akibat dari ekranisasi novel ke film Surga Yang Tak Dirindukan 2.
Implementasi Mode Hexatonic Scale Pada Musik Tradisional Sirompak (Implementation of Hexatonic Scale Mode in Traditional Sirompak Music) Indra Guslian; Irwan Irwan; Nursyirwan Nursyirwan
MUSICA : Journal of Music Vol 3, No 1 (2023): MUSICA : JOURNAL OF MUSIC
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/musica.v3i1.3511

Abstract

Penggarapan Musik Sirompak For Orchestra And Minangkabau Tradition adalah komposisi yang berangkat dari unsur musikal pada kesenian tradisional Kanagarian Taeh Kabupaten Lima Puluh Kota. Kesenian tersebut telah bertransformasi dari ritual magis menuju kesenian tradisional masyarakat Kanagarian Taeh. Unsur musikal kesenian tradisional tersebut ialah dendang dan saluang sirompak. Metode penciptaan komposisi terdiri atas empat tahap, diantaranya; persiapan, perancangan, perwujudan, dan penyajian. Tahap persiapan penciptaan diantaranya; observasi, studi pustaka, dan wawncara. Informasi yang diperoleh kemudian dirancang pada tahap perancangan. Perwujudan penciptaan komposisi ini terbagi atas beberapa tahap; transkripsi, penulisan score, orkestrasi, dan latihan praktik intrumen dalam formasi orkestra. Hasil penciptaan komposisi musik “Penggarapan Musik Sirompak For Orchestra And Minangkabau Tradition” adalah komposisi bentuk bebas dua bagian (biner). Pada setiap bagian terdiri dari periode A-B-C, dan terdiri dari beberapa sectional sebagai unit penyusun struktur komposisi. Tanda waktu yang digunakan adalah adagio, dan moderato pada tanda biarama 4/4. Harmoni yang diterapkan ialah bagian part I (in D minor) dan part I (in G minor). Penempatan dendang pada paduan suara, adalah wujud melestarikan kebudayaan pada suatu masyarakat.Kata kunci: Dendang, Sirompak, Dan Bentuk Biner ABSTRACTThe creationof Sirompak Music for Orchestraand Minangkabau Traditionis a composition that departs from musical elements in the traditional arts of Kanagarian Taeh, Fifty City District. The art has transformed from a magical ritual to the traditional arts of the Kanagarian Taeh people. The musical elements of the setraditional arts are the singing and the sirompak saluang. The composition creation method consists off ourstages, including; preparation, design, embodiment, andpresentation. The preparation stage of creation includes; observation, literature study, and interviews. The information obtained is then design edat the design stage. The embodiment of the creation of this composition is divided into several stages; transcription, score writing, orchestration, and instrument practice exercises in orchestral formations. The result of the creation of the musical composition "The Composition of Sirompak Music For Orchestra And Minangkabau Tradition" is a two-part (binary) free-form composition. Each section consists of periods A-B-C, and consists of several sectionals as structural units of composition. The time signature used is the adagio, and the moderato is the 4/4 monastic sign. The harmony applied is part I (in D minor) and part I (in G minor). Placement of singing in the choiris a form of preserving culture in a society.Keywords: Incident; Program Music; Multimedia Music; Sound fx; Virtual Sound Technology.