Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Pengukuran tingkat kelelahan kerja teller bank menggunakan Bourdon Wiersma test Ade Sri Mariawati; Lely Herlina; Ayu Fitriyani; Ani Umyati
Journal Industrial Servicess Vol 7, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v7i2.14432

Abstract

PT Bank X cabang Cilegon merupakan bank milik pemerintah daerah. Bagi perusahaan yang bergerak dibidang jasa, pelayanan merupakan hal yang penting, tak terkecuali bagi PT Bank X. Demi memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah, para karyawan terutama teller memiliki tanggung jawab yang besar. Teller harus memiliki tingkat ketelitian dan kecepatan yang tinggi serta harus senantiasa bersikap ramah dalam melayani para nasabah. Namun saat melakukan pekerjaannya, teller dapat mengalami kesalahan sebagai akibat adanya kelelahan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dirasakan oleh teller bank dengan menggunakan metode Bourdan Wiersma. Bourdon Wiersma adalah metode pengukuran beban kerja secara objektif untuk mengetahui tingkat pembebanan secara mental pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian, kecepatan dan konstansi yang tinggi maupun untuk pekerjaan yang bersifat monoton. Terdapat tiga aspek yang dihitung yaitu tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi. Interpretasi metode Bourdon Wiersma menggunakan nilai weighted score yang merupakan tabel norma standar pada Bourdan Wiersma test. Hasil perhitungan pada kelima teller bank menunjukkan bahwa teller yang memiliki kelelahan kerja pada tingkat kecepatan, ketelitian, dan konstansi dengan tingkat signifikansi kelelahan tertinggi adalah teller 4. Berdasarkan weighted score sebelum dan sesudah bekerja, interpretasi kelelahan kerja berada pada kategori tingkat kelelahan ringan hingga lelah berat dengan nilai weighted score nya adalah 9 sampai 11 untuk kategori kelelahan ringan dan 0 sampai 6 untuk kategori kelelahan berat.
Penentuan prosedur dan waktu baku untuk proses produksi guna standarisasi bagi IKM bahan pangan di Kabupaten Lebak (studi kasus : IKM roti) Ani Umyati; Andita Nurhikmawati; Ade Sri Mariawati
Journal Industrial Servicess Vol 7, No 1 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v7i1.12392

Abstract

IKM Jaya Roti merupakan sebuah usaha yang bergerak dalam industri makanan yang berdiri pada tahun 2014, jenis roti yang diproduksi meliputi roti goreng rasa cokelat, roti dengan isian selai rasa stroberi, cokelat, kelapa, keju, moka dan martabak rasa stroberi, namun pada saat ini IKM Jaya Roti tidak memproduksi martabak. Dalam kondisi normal jumlah produksi Jaya Roti setiap harinya rata-rata mencapai 15.000 bungkus per hari, sedangkan untuk kondisi saat ini hanya memproduksi roti sebanyak 10.000 bungkus per hari hal ini disebabkan kurangnya permintaan dari pelanggan karena Jaya Roti biasa mendistribusikan produknya ke warung, agen, kantin sekolah.  Berdasarkan hasil wawancara, IKM Jaya Roti juga belum memiliki prosedur dan waktu standar untuk setiap proses pekerjaan sehingga belum adanya acuan waktu untuk pekerja, dengan tidak adanya waktu standar ini tidak dapat mengukur kemampuan maksimal pekerja pada saat melakukan tugasnya pada masing-masing stasiun kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses produksi roti di IKM ini terdiri dari 7 operasi, yaitu pengadonan (5 elemen aktivitas), pengembangan adonan, pencetakan (4 elemen aktivitas), pembuatan selai (5 elemen aktivitas), pemanggangan/penggorengan (4 elemen aktivitas), dan pengemasan (3 elemen aktivitas. Sedangkan waktu standar untuk proses produksi roti panggang adalah selama 272,85 menit.
Penilaian Beban Kerja Karyawan Unit Mikro Bank Menggunakan Metode NASA TLX Novi Aris Sasongko; Ade Sri Mariawati; Ani Umyati
Jurnal Teknik Industri Untirta VOL. 5 NO. 1 MARET 2017
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.692 KB)

Abstract

Unit Mikro kredit merupakan lembaga keuangan yang sedang berkembang dan memerlukan Sumber daya manusia yang mampu memberikan kinerja yang baik. Kegiatan yang saat ini berjalan adalah penyedian dana usaha untuk para pedagang kecil menengah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui skor beban kerja pada setiap level jabatan dan mengetahui faktor-faktor yang paling mempengaruh level jabatan terhadap beban kerja yang dialami oleh karyawan di setiap unit mikro kredit. Penelitian ini dilaksanakan di 3 (tiga) unit mikro bank antara lain unit mikro Bank BRI, unit Mikro BJB dan Unit Mikro Bukopin. Subyek penelitian ini adalah seluruh karyawan yang ada dalam unit tersebut. Beban kerja yang di ukur adalah beban kerja mental. Beban kerja mental diukur dengan menggunakan metode NASA TLX. Metode ini memuat enam indikator yaitu kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, performansi, usaha, tingkat frustasi. berdasarkan hasil analisis NASA TLX, karyawan yang menerima beban mental tertinggi ada pada 1 level jabatan yang sama yaitu, Branch manager, kepala unit dan manager unit dengan masing masing memperoleh nilai beban kerja sebesar 82.00 ; 82.67 dan 80.33 yang termasuk dalam kategori beban kerja sangat tinggi
Perancangan Ruang Menyusui yang Ergonomis dengan Metode Rasional Rohma Nurmala; Ja'far Salim; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 1 No. 2 Juli 2013
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.932 KB)

Abstract

Rumah sakit umum yang ada saat ini masih banyak yang belum menyediakan ruang khusus menyusui.  Dalam rangka mendukung pemberian Air Susu Ekslusif (ASI) setiap rumah sakit diwajibkan memiliki ruang dan fasilitas pendukung pemberian ASI. Salah satu fasilitas yang perlu ada dalam ruang menyusui yaitu  kursi. Kursi untuk menyusui yang ada saat ini belum menggunakan prinsip ergonomi dan anthropometri dalam perancangannya sehingga membuat ibu dan bayi merasa  kurang nyaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang kursi pada ruang menyusui agar memberikan rasa nyaman pada ibu dan bayi saat proses menyusui. Peneliti mencoba merancang kursi dengan menggunakan metode rasional. Metode rasional menitik beratkan sebuah perancangan terstruktur berdasarkan costumer need. Sehingga input, penggunaan dan hasil dari rancangan ini adalah berpusatkan kepada pengguna dengan kata lain perancangan ini berdasarkan human center design. Kuesioner disebarkan kepada 36 responden yang kemudian dilakukuan uji validitas dan reliabilitas.setelah dilakukan pengolahan data dengan metode rasional dari tahap awal hingga tahap akhir maka diperoleh tujuan utama yaitu merancang kursi yang dapat memberikan rasa nyaman pada ibu menyusui, dengan alternatif terpilih yaitu desain kursi untuk perorangan, memiliki sandaran, bentuk sandaran lurus,memiliki penyangga tangan, dan bahan kursi dari kayu solid berlapis busa.
Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel UmuDengan Pendekatan Job Safety Analysis Brian Hadi Winiarto; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 1 No. 1 Maret 2013
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.109 KB)

Abstract

PT.Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit listrik tenaga uap terbesar di Indonesia. PT.Indonesia Power mempunyai bagian pemeliharaan salah satunya untuk unit 1-4 yang didalamnya terdapat bengkel umum unit 1-4. Bengkel umum unit 1-4 memiliki beberapa aktivitas yaitu mengelas listrik, membubut, menggerinda, cutting, penggurdian dan lain-lain. Berdasarkan wawancara aktivitas las listrik di bengkel umum unit 1-4 memiliki jumlah kecelakaan kerja lebih banyak dibandingkan aktivitas lainya. Untuk itu diperlukan identifikasi potensi bahaya, penilaian risiko serta pengendaliannya. Latar belakang dari penelitian ini adalah pada bengkel umum unit 1-4 tidak memiliki Job Safety Analysis (JSA) pada setiap aktivitas. Aktivitas pengelasan pada bengkel umum unit 1-4 dilakukan diberbagai tempat seperti pengelasan di ruang terbuka, ruang tertutup dan ditempat ketinggian. Pada aktivitas pengelasan di tempat terbuka dilakukan setiap hari sedangkan pada aktivitas pengelasan di ruang tertutup atau ketinggian dilakukan tidak setiap hari dan jarang terjadi dikarenakan dilakukan apabila terdapat masalah dan gangguan mesin. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan dampak bahaya dari aktivitas pengelasan, menilai risiko dari bahaya aktivitas pengelasan yang memiliki tingkat risiko/peringkat risiko tertinggi, dan menentukan cara pengendalian bahaya pada aktivitas pengelasan tempat terbuka, pengelasan tempat tertutup dan pengelasan di tempat ketinggian yang dilakukan bengkel umum unit 14. Dalam penelitian ini menggunakan metode Job Safety Analysis untuk mengidentifikasi potensi bahaya pengelasan listrik, penilaian risiko serta pengendaliannya. Hasil dari penelitian ini didapat potensi bahaya yang memiliki tingkat resiko/peringkat risiko tertinggi adalah Terkena sinar ultraviolet dan infra merah, Asap pengelasan terhirup pekerja, Percikan api mengenai benda yang mudah terbakar atau mengenai tabung, terdapat kandungan gas hidrogen di area pengelasan tempat tertutup dan ketinggian, Terjatuh/terpeleset dari ketinggian, potensi bahaya ini tergolong risiko tinggi, potensi bahaya lainya dari aktivitas pengelasan adalah Tersengat listrik, Terbakar ketubuh pekerja (terkena percikan api las), pekerja mengalami panas dalam ruangan tertutup, Terbentur/tertimpa material, Tertusuk material yang tajam, Tangan terjepit, Terjatuh, Terpukul palu terak, Tergores material tajam, Terhirup debu material, Tangan terkena logam panas, Terkena serpihan api saat gerinda, Terkena pecahan geram pada putaran gerinda. Dampak bahaya yang akan terjadi adalah Merusak mata dan kulit, Gangguan pernapasan, Menimbulkan ledakan atau kebakaran, kematian, Cidera/pingsan, Luka bakar pada tubuh pekerja, dehidrasi, Luka gores pada tangan, Luka bakar. Pengendalian yang dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian yaitu engineering control, administrative control dan personal protective equuipment (APD).
Pengaruh Intensitas Pencahayaan Terhadap Kelelahan Fisik Operator Pada Simulasi Handscarfing Andhika Kurniawan; Yayan Harry Yadi; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 1 No. 2 Juli 2013
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.742 KB)

Abstract

Pekerjaan handscarfing merupakan pekerjaan beresiko tinggi karena dapat mengakibatkan stress yang disebabkan oleh beberapa faktor khususnya lingkungan fisik ruangan kerja tersebut. Lingkungan fisik terdiri dari beberapa faktor diantaranya pencahayaan ruangan kerja. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan fisik, dengan mengamati respon objektif dari denyut nadi dan handgrip serta respon subjektif dari skala borg. Pada penelitian ini dilakukan simulasi pekerjaan handscarfing code 1 dengan perlakuan berupa pengaturan pencahayaan menggunakan dua kondisi yaitu eksisting pencahayaan ruangan tersebut dan pencahayaan standar berdasarkan aturan Kepmenkes RI No.1405/MENKES/SK/X1/2002 sebesar 200 lux serta penambahan lampu GoLite. Simulasi dilakukan pada 12 orang mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan pencahayaan eksisting sebesar 66,06 lux. Intensitas pencahayaan eksisting ini <NAB pencahayaan untuk pekerjaan handscarfing berdasarkan Kepmenkes yang dapat berakibat pada cepatnya kelelahan yang dialami responden. Perbandingan respon responden setelah dilakukan pengkondisian pencahayaan berdasarkan Kepmenkes dan penambahan lampu GoLite dibandingkan kondisi eksisting pencahayaan ruangan simulasi adalah denyut nadi menurun 12,53%, handgrip menurun 25% dan skala borg menurun 16,2%. Dilakukan juga pengujian statistik guna memperkuat analisa perbedaan dari dua kondisi, dimana hasilnya tiap faktor respon fisiologis nilai sig.(2-tailed)<0,05, yang berarti H0 ditolak artinya ada perbedaan antara respon responden pada simulasi dari dua kondisi yang berarti ada pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan.
Analisa Tingkat Keandalan Operator Inside Welding dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique Saida Masitoh; Yayan Harry Yadi; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 1 No. 3 September 2013
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.683 KB)

Abstract

PT. X merupakan salah satu perusahaan penghasil pipa baja las terbesar di Indonesia. Dalam proses produksi pipa gas API 5L X 60M khususnya bagian welding, sebesar 11,35%  produk yang dihasilkan masih mengalami cacat. salah satu penyebab utama terjadinya cacat pada produk adalah akibat kesalahan manusia dalam proses pengendalian mesin, yaitu bagian inside welding. Penelitian ini bertujuan untuk  mengidentifikasi jenis kesalahan operator pada bagian inside welding, mengukur tingkat keandalan operator, menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakandalan operator, dan memberikan usulan perbaikan untuk meningkatkan keandalan operator. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Human Error Assessment and Reduction Technique yang digunakan untuk mengukur besarnya keandalan operator.Tahap awal yang dilakukan pada metode ini adalah membuat task analisis, kedua mengidentifikasi dan mengklasifikasikan human error, mengkategorikansetiap item pekerjaan dengan Generic Task Type (GTT), memilih faktor Error Producing Conditions (EPC),menentukan nilai proporsi effect dari EPC, menghitung total nilai Assessed Effect (AE), menentukan nilai Human Error Probability (HEP), dan terakhir adalah menghitung nilai keandalan operator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keandalan operator pada bagian inside welding sebesar 0,025. Hasil tersebut menunjukkan keandalan yang rendah sehingga perlu dilakukan perbaikan sistem kerja dengan memberikan pelatihan dengan metode on the job training, memberikan fan exhaust pada bagian inside welding, mengganti mesin motor listrik dengan yang baru, serta melakukan maintenance pada mesin secara berkala.
Pengaruh Pencahayaan Terhadap Beban Kerja Mental di Area Kerja Scroll Cu Rio Widarobi; Yayan Harry Yadi; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 1 No. 3 September 2013
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.584 KB)

Abstract

PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan pelat timah terbesar di Indonesia. Departemen scroll cut ini merupakan bagian pemotongan pelat sesuai dengan pola yang diinginkan oleh konsumen PT. XYZ. Pada penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu pada pencahayaan eksisting dan pencahayaan yang sesuai SNI 03-6575-2001 sebesar 200 – 500 lux. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pencahayaan dan beban kerja mental, merancang pencahayaan dan mengetahui pengaruh pencahayaan terhadap beban kerja mental di area kerja scroll cut PT. XYZ. Jumlah responden sebanyak 4 orang sesuai dengan jumlah operator scroll cut PT. XYZ. Alat ukur yang digunakan adalah lux meter dan kuisioner subjektif NASA-TLX. Pada observasi awal di dapatkan nilai intensitas cahaya sebesar 132,6 lux. Nilai tersebut kurang dari NAB berdasarkan SNI 03-6575-2001 sehingga menyebabkan beban kerja mental yang dirasakan oleh operator agak berat. Perbandingan beban kerja mental setelah dilakukan perbaikan pencahayaan berdasarkan SNI 03-6575-200 dengan kondisi eksisting pencahayaan area kerja scroll cut PT. XYZ adalah beban kerja mental turun. Perbaikan pencahayaan pada area kerja I dan area kerja II dengan penambahan lampu sebanyak 2 buah lampu pada masing-masing area. Kemudian melakukan uji statistik dengan uji berpasangan untuk memperkuat analisa perbedaan dari dua kondisi tersebut, dimana hasilnya beban kerja mental nilai sig.(2-tailed)<0,05, yang berarti H0 ditolak artinya ada perbedaan antara beban kerja mental operator pada dua kondisi yang berarti ada pengaruh pencahayaan terhadap beban kerja mental.
Model Hubungan Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Dengan Metode SEM Niken Empina Putri; Muhammad Adha Ilhami; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 1 No. 2 Juli 2013
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.401 KB)

Abstract

 PT. Krakatau Engineering (KE) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang EPC (Engineering, Procurement & Construction). Pada perusahaan kontruksi, kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja (K3L) sangatlah diperlukan demi menjamin keselamatan karyawan, untuk itu maka PT. KE membuat program-program mengenai K3L guna untuk mencegah kecelakaan. PT. KE pun telah mendapat sertifikasi mengenai K3L yaitu SMK3 (Sistem Manajemen K3), OHSAS 18001, ISO 14001:2004. PT. KE berharap dengan adanya program-program mengenai K3L dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui model hubungan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) terhadap produktivitas, dan menganalisis pengaruh hubungan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) terhadap produktivitas. Objek penelitian dilakukan pada perusahaan Engineering, Procurement & Construction (EPC) yaitu di PT. Krakatau Engineering (KE). Data yang digunakan berasal dari data kuesioner karyawan di office PT. KE sejumlah 100 responden, yang kemudian data direkap dengan perangkat lunak SPSS 16.0 dan Lisrel 8.30 untuk mengolah data secara statistic dengan metode Structural Equation Modeling (SEM). Sehingga berdasarkan pengolahan data dan analisis maka dapat disimpulkan bahwa variabel lingkungan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja sebesar 0.77 dan 0.64. kesehatan dan keselamatan kerja mempengaruhi secara langsung produktivitas sebesar 0.42 dan 0.48.
Perancangan Alat Bantu Alih Baring Pasien Stroke dengan Metode Rasional Nur Fadila; Lovely Lady; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol.5 No.3 November 2017
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.621 KB)

Abstract

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Kelumpuhan yang terjadi pada pasien stroke mengakibatkan pasien mengalami bedrest total sehingga beresiko terjadinya ulkus dekubitus. Semakin tidak dilakukan alih baring maka kejadian dekubitus semakin tinggi, untuk mencegah terjadinya dekubitus perlu pengobatan dan perawatan intensif. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah bagaimana merancang alat bantu alih baring yang ditujukan bagi pasien dengan penyakit stroke. Alat bantu alih baring didesain dengan menggunakan metode rasional. Metode rasional menitikberatkan sebuah perancangan terstruktur berdasarkan customer needs, sehingga diharapkan alat bantu ini memenuhi kebutuhan untuk perawatan pasien stroke. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kenyamanan serta keamanan bagi pasien stroke menjadi prioritas yang utama yang dipilih oleh para responden. Hasil perancangan alat bantu alih baring untuk pasien stroke menggunakan metode rasional adalah memiliki ukuran lebar korset sebesar 32 cm pada size S, 38 cm pada size M dan 43 cm pada size L. Ukuran lebar pundak korset sebesar 14 cm pada size S, 15 cm pada size M dan 16 cm pada size L. Ukuran tinggi korset sebesar 54 cm pada size S, 59 cm pada size M dan 64 cm pada size L. Ukuran lingkar sabuk sebesar 80 cm pada size S, 83 cm pada size M dan 87cm pada size L. Serta ukuran lebar handle sebesar 22 cm, ukuran diameter handle sebesar 5 cm dan ukuran lebar sabuk sebesar 10 cm. Sumber energi utama yaitu berasal dari tubuh manusia.