Mohammad Fakhrudin
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Penerapan Kaidah Berbahasa dalam Percakapan Berbahasa Indonesia Fakhrudin, Mohammad
Journal of Language Learning and Research (JOLLAR) Vol 1 No 1 (2017)
Publisher : Department of Indonesian Language Education, Graduate School, University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kaidah berbahasa yang diterapkan dalam percakapan berbahasa Indonesia terdiri atas kaidah linguistis, kaidah sosiolinguistis, kaidah pragmatis, dan kaidah psikolinguistis,  tetapi penerapannya berkaitan dengan komponen percakapan, yang di antaranya adalah (1) partisipan, (2) maksud, dan (3) instrumen. Partisipan yang bersikap tidak formal dan mempunyai hubungan akrab dan hangat, menerapkan kaidah linguistis, tetapi tidak terikat ketat. Sementara itu, partisipan yang bersikap formal, mempunyai hubungan kurang akrab dan kurang hangat, menerapkan kaidah linguistis secara ketat. Lazimnya, secara linguistis, bahasa Indonesia yang digunakan oleh partisipan yang demikian memiliki ciri kebakuan fonologis, morfologis, struktur sintaktis, dan semantis, bahkan kewacanaan. Dalam percakapan berbahasa Indonesia, prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan juga diterapkan. Bertindak tutur tidak langsung merupakan salah satu cara yang digunakan oleh partisipan untuk menyampaikan maksud secara santun. Dalam hal tertentu, ada perbedaan kaidah yang diterapkan dalam percakapan bersemuka dari percakapan melalui telepon. Ada tuturan yang khusus hanya digunakan untuk membuka dan/menutup percakapan bersemuka, tetapi tidak digunakan untuk membuka dan/atau menutup percakapan melalaui telepon. Ada tuturan yang lazim difungsikan untuk melakukan klarifikasi dalam percakapan melalui telepon, tetapi tidak demikian halnya untuk melakukan klarifikasi dalam percakapan bersemuka.
PERSEPSI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA DAN KOMITMEN AFEKTIF ORGANISASI GURU SMK DI KABUPATEN KEBUMEN Sholeh, Khabib; Sukirno, Sukirno; Fakhrudin, Mohammad
Edukasi: Jurnal Penelitian dan Artikel Pendidikan Vol 9 No 2 (2017): Vol. 9 No. 2 Desember 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.873 KB) | DOI: 10.31603/edukasi.v9i2.1799

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru terhadap minat belajar siswa dengan komitmen afektif profesi pada guru SMK Negri di Kabupaten. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan skala likert sebagai alat untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini digunakan statistik korelasi product moment dengan bantuan SPSS versi 16.0 for windows. Hasil analisis data dengan metode analisis product moment pearson menunjukkan koefisiensi korelasi antara variabel persepsi terhadap minat belajar dengan komitmen afektif organisasi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap minat belajar dengan komitmen afektif terhadap organisasi yang ditunjukkan oleh angka koefisisen korelasi r = 0,370 dengan peluang kesalahan p = 0,010 (p < 0,01). Tidak adanya tanda negatif pada skor korelasi tersebut menunjukkan bahwa makin positif persepsi guru terhadap minat belajar siswa maka akan semakin tinggi pula komitmen afektif terhadap organisasi yang ditunjukkan para guru. Berdasarkan  hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapat bahwa sumbangan efektif (R Squared) adalah sebesar 13,7%. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi guru terhadap minat belajar siswa memberikan kontribusi sebesar 13,7% terhadap komitmen afektif organisasi pada guru.
PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM FILM ADA SURGA DI RUMAHMU SUTRADARA ADITYA GUMAY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMK Anik Arifah; Mohammad Fakhrudin; Umi Faizah
SURYA BAHTERA Vol 5, No 48 (2017): Jurnal Surya Bahtera
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.402 KB)

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) penerapan prinsip-prinsip kesantunan dalam bernegosiasi yang terdapat pada film Ada Surga di Rumahmu dan (2) skenario pembelajaran teks negosiasi dengan media film Ada Surga di Rumahmu di kelas X SMK. Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.Objek penelitian ini adalah penerapan prinsip-prinsip kesantunan menurut Leech dalam bernegosiasi pada film yang berjudul Ada Surga di Rumahmu.Sumber data penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang terdapat dalam film Ada Surga di Rumahmu karya Aditya Gumay. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, teknik simak, dan teknik catat.Instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan kartu pencatat data.Analisis data dilakukan dengan metode padan pragmatik.Hasil analisis data disajikan dengan teknik penyajian informal. Hasil dari penelitian ini terdiri dari dua simpulan, meliputi (1) tuturan-tuturan yang berupa penerapan prinsip kesantunan dalam film Ada Surga di Rumahmu ditinjau dari 3 skala kesantunan berada pada tingkatan yang bervariasi antara tingkatan kesatu hingga keempat, tetapi lebih banyak pada tingkatan ketiga sehingga tuturan-tuturan tersebut termasuk tuturan yang santun; dan (2) skenario pembelajaran teks negosiasi dengan media film Ada Surga di Rumahmu meliputi (a) peserta didik menyimak penjelasan dari guru mengenai materi struktur teks negosiasi, kaidah kebahasaan teks negosiasi, dan interpretasi makna teks negosiasi; (b) peserta didik mengamati film Ada Surga di Rumahmu dengan beberapa adegan negosiasi; (c) peserta didik menganalisis dan mendiskusikan struktur teks, kaidah kebahasaan teks negosiasi, dan makna dari kegiatan negosiasi pada adegan tertentu yang terdapat dalam film Ada Surga di Rumahmu; (d) peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain menanggapi dengan santun; (e) peserta didik bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan evaluasi; dan (f) peserta didik menyimak penguatan materi dari guru.Kata kunci: prinsip kesantunan, teks negosiasi
WACANA “HIKMAH” DALAM SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA Mohammad Fakhrudin
p-ISSN 2356-0576
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.063 KB) | DOI: 10.37729/btr.v1i02.3494

Abstract

ABSTRACT: This research aims at describing (1) the structure of “Hikmah” discourse and (2) the themes discussed and the way of discussing ones. Qualitative and descriptive approaches are utilized in this research. The techniques of collecting data used here are observation  and literature review. The data are noted on data noting-form. The research instrument used to provide the data is the researcher himself, equiped by the data-noting form. Then, the forms are saved in the hard disk. Next, the data are analyzed using content-analysis technique. The results of data-analysis are discussed using informal technique. Based on the data and the discussion, it is concluded that (1) the structure of “Hikmah” discourse generally consist of title, introduction, content, and closing. Most of the titles in the articles function to inform clearly the topik being disscussed. The introduction contains some interesting stories, such as the story of Nabi, sahabat,  or common people who hase peculiarity; the quotes from the meaning of Alquran or Hadis; opinion of ulama, and experts, or the explanation of important problem being disscussed in the article. Furthermore, the content part of the article contains the discussion of problem. Generally, the quotes taken from several verses of Alquran or Hadis, opinion and/or action of well-kown ulama and/or expert, or writers themselves. The closing part commonly contains the message or the hope of the writers. Then, the next conclusion is that the themes are various. The ways the writers discussed the themes are also comprehensive. Keywords: discourse structure, discourse theme, “Hikmah” discourse ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) struktur wacana “Hikmah” dan (2) tema yang dibahas dan cara membahasnya. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dan deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik observasi dan studi pustaka. Data itu dicatat dalam form pencatat data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dilengkapi dengan form pencatat data. Form pencatat data disimpan dalam hard disk. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi. Hasil analisis selanjutnya disajikan dengan teknik informal. Berdasarkan data dan pembahasannya, penelitian ini disimpulkan (1) struktur wacana rubrik “Hikmah” umumnya terdiri atas judul, bagian pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup. Sebagian besar judul tulisan pada rubrik itu berfungsi memberikan informasi secara jelas mengenai masalah yang dibahas. Bagian pendahuluan berisi kisah menarik, baik kisah Nabi, sahabat, maupun orang biasa yang mempunyai keluarbiasaan; kutipan makna ayat Alquran atau Hadis; pendapat ulama, pendapat pakar, atau paparan masalah penting yang akan dibahas. Bagian inti wacana berisi pembahasan masalah. Pada bagian ini disajikan kutipan ayat dan/atau Hadis, pendapat dan/atau tindakan ulama masyhur dan/atau pakar atau pendapat penulis sendiri. Bagian penutup umumnya berisi pesan atau harapan penulis. (2) Tema-tema yang dibahas sangat variatif. Cara penulis membahas tema itu sangat komprehensif. Kata kunci: struktur wacana, tema wacana, wacana “Hikmah”
FUNGSI ESTETIS BAHASA INDONESIA DALAM WACANA CERPEN EMAK INGIN NAIK HAJI KARYA ASMA NADIA Mohammad Fakhrudin
p-ISSN 2356-0576
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.719 KB) | DOI: 10.37729/btr.v1i01.3490

Abstract

Abstract: This research aims at describing the estetical function of Bahasa in a short story discourse entitled Emak Ingin Naik Haji (EINH) by Asma Nadia. This research uses qualitative and descriptive approaches. The data are collected using observation technique, that is reading rigorously the Bahasa used in EINH, either in form of narration or in form of characters’ conversation. The narration and conversation suitable with the problem in this research are noted in a data-noting form. The instrument used to provide the data is the researcher himself, equiped by the data-noting form. The data-noting form is saved in the hard disc. Next, the data are analyzed using content-analysis technique, that is the technique used to interpret the content. The results of data-analysis are discussed using informal technique. According to this research, it can be concluded the the Bahasa used in EINH has got estetical function that works efectively as (1) the wrapping of story’s theme and message, (2) the mean to tell the reader how eager Emak to perform hajj, (3) the mean to describe Zein’s feeling toword Emak, (4) the mean to tell the occurance/situation, (5) the mean to illustrate the characters’ personalities, (6) the mean to illustrate the setting to sum up, there is a harmony of Bahasa with its functions, both as the mean to deliver the meaning and as the mean to create estetic. Keyword: bahasa variety, estetical value, estetical function of bahasa   Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan fungsi estetis bahasa Indonesia dalam wacana cerpen Emak Ingin Naik Haji (EINH) karya Asma Nadia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, yakni dengan membaca secara cermat bahasa Indonesia yang digunakan dalam EINH, baik yang berupa narasi maupun percakapan para tokoh cerita. Narasi dan percakapan yang sesuai dengan masalah yang diteliti dicatat dalam form pencatat data. Instrumen yang digunakan untuk penyediaan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dilengkapi dengan form pencatat data. Form pencatat data disimpan dalam hard disk. Selanjutnya, data tersebut dianalisis dengan teknik analisis isi. Hasil analisis data dipaparkan dengan teknik informal. Dalam penelitian ini disimpulkan bahasa Indonesia dalam EINH berfungsi estetis secara efektif sebagai (1) pembungkus tema dan amanat, (2) media bercerita tentang keinginan Emak yang luar biasa hebatnya untuk naik haji, (3) media bercerita tentang perasaan Zein terhadap Emak, (4) media bercerita tentang peristiwa/ keadaan, (5) media untuk menggambarkan watak tokoh cerita, dan (6) media untuk menggambarkan latar. Ada keharmonisan fungsi bahasa Indonesia sebagai media penyampai makna dan sebagai media pencipta keindahan.   Kata kunci: ragam bahasa Indonesia, nilai estetis, fungsi estetis bahasa Indonesia
REALISASI FONEM VOKAL BAHASA INDONESIA Mohammad Fakhrudin; Bagiya Bagiya
p-ISSN 2356-0576
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.252 KB) | DOI: 10.37729/btr.v4i8.4158

Abstract

Abstract: This research aims at describing the realization of all vowel phonemes in Indonesia language. It is expected that this research will be advantageous to all of the Indonesia language speakers, particularly to the teachers and students. Moreover, the findings of this research are also expected to be inspiring to the linguists in Indonesia to do research more comprehensively. The research approach used in this research is qualitative-descriptive. The data were collected using recording, listening, and noting technique. The data that are suitable with this research are noted in data-noting form. The instrument used in this research is the researcher himself, equipped with recorder and data-noting form. The data-noting form is the saved in the hard disc. Then, the data are analysed using distributional method with minimal pair technique and replacement technique. The results of analysis are presented using informal technique. According to this research, it can be concluded that (1) the realization of vowel in Indonesia language consists of two types, i.e. (a) following the rules, and (b) violating the rules; and (2) the violation of vowel realization is found in vowels /i/, /u/, and /o/ in closed position and also in derivative words. The violation is also found in acronym. The violation of vowel realization /u/ is found in the acronym of Indonesia original words. Meanwhile, the violation of vowel realization /e/ and /ә/ not only causes meaning differences, but also does not cause meaning differences. Vowel / ә /, realized with [ε], can cause meaning differences. There are also vowels in open syllable that are followed by different vowels can produce gliding sound and also can produce [?]. In conversation, poem or song lyrics, and also in certain words, vowel /ә/ can disappear.Keyword: realization of vowel phonemes, the languageAbstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan realisasi fonem vokal bahasa Indonesia.Melalui penelitian ini, diharapkan diperoleh temuan yang berguna bagi penutur bahasa Indonesia, terutama pendidik dan peserta didik. Di samping itu, temuan ini pun diharapkan menginspirasi para pakar linguistik untuk meneliti lebih komprehensif. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik rekam, simak, dan catat. Data yang sesuai dengan masalah penelitian ini dicatat dalam form pencatat data. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah peneliti sendiri dilengkapi dengan perekam dan form pencatat data. Form pencatat data itu disimpan dalam hard disc. Selanjutnya, data tersebut dianalisis dengan metode distribusional dengan teknik pasangan minimal. Hasil analisis disajikan dengan teknik informal. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa (1) realisasi vokal bahasa Indonesia terdiri atas dua macam, yakni (a) sesuai dengan kaidah dan (b) menyimpang kaidah; dan (2) penyimpangan realisasi vokal terdapat pada vokal  /i/, /u/, dan /o/ pada posisi tutup dan pada kata turunan. Penyimpangan pun terjadi pada akronim. Penyimpangan realisasi vokal /u/ terjadi pula pada singkatan kata asli Indonesia. Penyimpangan realisasi vokal /e/ dan /ә/ ada yang menimbulkan perbedaan makna, tetapi ada pula yang tidak menimbulkan perbedaan makna. Vokal /ә/ jika direalisasikan dengan [ε] dapat menimbulkan perbedaan makna. Ada vokal pada suku buka yang diikuti vokal yang berbeda dapat menimbulkan bunyi peluncur dan ada pula yang menimbulkan [?]. Dalam percakapan, teks puisi, atau lagu, pada kata-kata tertentu, vokal /ә/ dapat hilang.Kata kunci: realisasi fonem vokal, bahasa Indonesia
WACANA PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM RANGKA PERINGATAN KE-69 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA, 15 AGUSTUS 2014 Mohammad Fakhrudin
p-ISSN 2356-0576
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.344 KB) | DOI: 10.37729/btr.v3i05.3526

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur wacana ”Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam Rangka Peringatan HUT ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia, 15 Agustus 2014” dan penggunaan bahasa Indonesia dalam wacana tersebut. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dan deskriptif. Teknik yang dominan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah observasi dan studi pustaka. Sesuai dengan sifat objek penelitian dan data dalam penelitian ini, data yang terkumpul dicatat dalam form pencatat data. Hasil analisis disajikan dengan teknik informal. Struktur wacana “Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam Rangka Peringatan HUT ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia, 15 Agustus 2014” terdiri atas tiga bagian utama, yakni (1) pendahuluan, (2) inti, dan (3) penutup. Ketiga bagian utama itu merupakan satu kesatuan utuh. Dalam pidato itu digunakan bahasa Indonesia yang berfungsi secara cukup efektif sebagai sarana retorika presiden. Tuturan repetisi, hiperbola, eufemisme, tuturan metafora, perumpamaan, personifikasi, dan oksimoron yang digunakan dapat mengungkapkan secara ekspresif pemikiran dan perasaan SBY sebagai presiden, yang berikhtiar memersuasi audiensi. Ada ungkapan-ungkapan yang indah dan santun sehingga audiensi tidak hanya memperoleh informasi, tetapi juga merasakan keindahan bahasa. Tidak terdapat ungkapan-ungkapan kasar, apalagi yang bernada provokatif meskipun digunakan untuk menyatakan ketidaksenangan atau kekecewaan. Dari sudut pandangan ragam wacana, disimpulkan bahwa pidato SBY dapat dikategorikan ke dalam wacana ilmiah populer karena dari aspek penerapan kaidah linguistis bersifat agak longgar. Ada ungkapan asing yang digunakan, tetapi sangat terbatas. Hal ini berarti bahwa SBY berusaha melaksanakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang  Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, Bab III Pasal 28.   Kata kunci:    struktur wacana pidato, bahasa Indonesia wacana pidato  kenegaraan Abstract: The aims of this research is to describe discourse structure of nationality speech of The President of Indonesia in serious of Independent day anniversary of Indonesia 69 th on the 15 th August 2014, it is an interview of using Indonesian language inform of discourse. This research uses qualitative descriptive method. The data of the research is form of language. Then, the results of analysis are presented informally. Descriptive method is used to investigate the use of language itself originally and relatively. To collect the data the researcher conducted an observation and library research. Based on the objects and the data of the research, the data collected presented inform of written form data. Discourse structure of President of Indonesia speech in serious of Indonesia Independent day anniversary consists of three components, namely; (1) introduction, (2) contents, and (3) closing. The three components are one unity. The president’s speech is an effective media as rhetorical speech of president. The president SBY used repetition speech, hyperbole, euphemism, metaphorical speech, imagination speech, personification, and oxymoron speech as an expression of his thinking and feeling, it is done to persuade his audients. There is a lovely and polite speech that make audients not only get the information, but also the beauty of language. There is no rude speeches, further there is no provocative  speeches even he would like to express his unhappiness and disappointed. Based on the type of discourse, the speech  of President SBY is categorized as popular scientific discourse, it is because the used of linguistics rule is unlimited. There is native speeches used but it is limited. It stated that President SBY wants to implement the rules of Indonesian Republic number twenty-four, it is about nation flag, language, state symbolic, and national anthem, it is stated in chapter three line twenty eight. Key Words: Discourse structure speech, Indonesian language of discourse of nationality speech
PENERAPAN KAIDAH BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN BERBAHASA INDONESIA Mohammad Fakhrudin
p-ISSN 2356-0576
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.926 KB) | DOI: 10.37729/btr.v2i03.3507

Abstract

Abstract: The rules of language use which are applied in Bahasa langauge cinsist of linguistic rules, sosiolinguistic rules, pragmatic rules, and psicholinguistic rules. However, the application of those rules is related with or influenced by at least of theses factors (1) participants, (2) intention, and (3) instruments. Participants who behave informally and have close relationship usually apply loose linguistic rules. Thus, the deviation of phonological, morphological, syntactical, semantical, and discourse rules is considered as “natural.” On the other hand, participants who berhave formally and have less close relationship tend to apply strict linguistic rules. In terms of this, the Bahasa used by those type of participants is characterized by the formally of phonological, morphological, syntactical structures, semantical, and even discourse features. In Bahasa conversations, the coorperation and politness principles are also apllied. Using indirect speech acts is also one of the strategies used by the participants to utter their intention in polite manners. In certain situations, there are different rules applied in face-to-face conversations and telephone conversation. There are certain utterences which are only used to open and/or to close face-to-face conversations, but are not used to open and/or to close telephone conversations. There are also certain utterances which funtion to clarity some telephone conversation, but cannot be used to clarity some face-to-face conversation.   Key word: language rules, participants, intention of utterances, and instrument   Abstrak: Kaidah berbahasa yang diterapkan dalam percakapan berb conversations. ahasa Indonesia terdiri atas kaidah linguistis, kaidah sosiolinguistis, kaidah pragmatis, dan kaidah psikolinguistis.  Namun, penerapannya berkaitan dengan atau dipengaruhi oleh (1) partisipan, (2) maksud, dan (3) instrumen. Partisipan yang bersikap tidak formal dan mempunyai hubungan akrab dan hangat menerapkan kaidah linguistis secara longgar. Penyimpangan atas kaidah fonologis, morfologis, sintaktis, semantis, dan kewacanaan merupakan hal “wajar.” Sementara itu, partisipan yang bersikap formal, mempunyai hubungan kurang akrab dan kurang hangat menerapkan kaidah linguistis secara ketat. Lazimnya, secara linguistis, bahasa Indonesia yang digunakan oleh partisipan yang demikian memiliki ciri kebakuan fonologis, morfologis, struktur sintaktis, dan semantis, bahkan kewacanaan. Dalam percakapan berbahasa Indonesia, prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan juga diterapkan. Bertindak tutur tidak langsung merupakan salah satu cara yang digunakan oleh partisipan untuk menyampaikan maksud secara santun. Dalam hal tertentu, ada perbedaan kaidah yang diterapkan dalam percakapan bersemuka dari percakapan melalui telepon. Ada tuturan yang khusus hanya digunakan untuk membuka dan/atau menutup percakapan bersemuka, tetapi tidak digunakan untuk membuka dan/atau menutup percakapan melalui telepon. Ada tuturan yang lazim difungsikan untuk melakukan klarifikasi dalam percakapan melalui telepon, tetapi tidak demikian halnya untuk melakukan klarifikasi dalam percakapan bersemuka.   Kata kunci: kaidah berbahasa, partisipan, maksud tuturan, dan instrumen