This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
Taufik Suprihatini
Unknown Affiliation

Published : 39 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KASUS DUGAAN KORUPSI DAN GAYA HIDUP MEWAH GUBERNUR RATU ATUT CHOSIYAH PADA “KORAN TEMPO” Fauzan Faiz; Taufik Suprihatini; Much Yulianto; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.163 KB)

Abstract

Modus korupsi sesungguhnya merupakan suatu manipulasi jabatan publik untuk keuntungan pribadi. Mereka menggunakan kewenangan menentukan kebijakan publik semata demi kepentingan sendiri. Peran KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan BPK ( Badan Pemeriksa Keuangan) dalam hal ini sangat berpengaruh untuk menghentikan laju pertumbuhan korupsi.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pembingkaian (framing) berita koran Tempo terhadap kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat wanita terkait kasus dugaan korupsi dan gaya hidup mewah Ratu Atut Chosiyah. Dugaan kasus korupsi Ratu Atut banyak dimuat dalam media cetak maupun media televisi. Tempo terkenal keras pada kasus yang mengindikasi adanya praktik korupsi dan melibatkan kepentingan publik yang besar termasuk pejabat dan aparatur Negara. Tempo hingga kini mampu meliput beberapa kasus Atut baik dalam kasus korupsi maupun gaya hidup mewah Atut. Salah satu metode penelitian yang mampu menganalisis bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media adalah analisis framing. Peneliti menggunakan analisa Framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki. Obyek penelitian adalah pemberitaan kasus dugaan korupsi dan gaya hidup mewah Gubernur Ratu Atut Chosiyah yang muncul pada koran Tempodari tanggal 5 Okober 2013 sampai 13 November 2013.Hasil penelitian menunjukkan bahwa koran Tempo memberikan gambaran pemberitaan dengan menunjukan struktur Sintaksis, Skrip, Tematik, Dan Retoris. Struktr retoris dalam koran Tempo tampak menonjol karena wartawan koran Tempo banyak menggunakan istilah, leksikon, idiom, bahkan gambar karikatur yang dapat menarik perhatian khalayak. Koran Tempo terkenal dengan gaya pemberitaan yang kritis dan tajam serta memiliki volume dan frekuensi berita yang lengkap karena mampu memuat lebih dari satu pemberitaan dengan kasus yang sama dalam satu edisi. Koran Tempo dalam menuliskan pemberitaan tetap mengedepankan objektivitas dan netralitas, karena wartawan Tempo selalu menjaga agar sebuah karya tetap bermutu tinggi dan berpegang teguh pada kode etik. Nilai etika dan pilihan moral pada Tempo sesuai dengan visi Koran Tempo.Redaksi koran Tempo sebagai perusahaan yang produknya informasi , diharapkan selalu menjaga obyektivitas dalam menyampaikan pemberitaan dengan memperbanyak sumber berita dan terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik sehinggs dapat menampilkan sebuah informasi yang bermutu tinggi dan layak dikonsumsi masyarakat.Kata Kunci : Dugaan Korupsi, Gaya Hidup Mewah
Akomodasi Komunikasi Dalam Rekonsiliasi Konflik Antaretnis (Kasus : Relasi Etnis Madura dengan Etnis Dayak) NIKOLAUS AGENG PRATHAMA; Turnomo Rahardjo; Taufik Suprihatini
Interaksi Online Vol 1, No 3: Agustus 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.584 KB)

Abstract

AKOMODASI KOMUNIKASIDALAM REKONSILIASI KONFLIK ANTARETNIS(KASUS : RELASI ETNIS MADURA DENGAN ETNIS DAYAK)Ringkasan SkripsiDisusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikanPendidikan Strata IJurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas DiponegoroPenyusunNama : Nikolaus Ageng PrathamaNIM : D2C006063JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2013ABSTRAKSIJUDUL :NAMA :NIM :Akomodasi Komunikasi Dalam Rekonsiliasi Konflik Antaretnis (Kasus : Relasi Etnis Madura dengan Etnis Dayak)NIKOLAUS AGENG PRATHAMAD2C006063Kembalinya sejumlah individu Madura ke daerah konflik di Provinsi Kalimantan Tengah, memunculkan fenomena upaya akomodasi verbal dan non verbal dalam proses komunikasi yang melibatkan individu Dayak dan individu Madura. Adanya sejarah konflik terbuka yang melibatkan kedua etnis, merupakan hal yang cenderung diingat masyarakat dan menjadi isu sensitif bagi etnis Dayak dan etnis Madura. Oleh karena itu, ketika terjadi kontak dan interaksi diantara kedua pihak, muncul prasangka dan stereotip negatif yang telah terbentuk sebelumnya, yang berpotensi dapat mengganggu terjadinya komunikasi antaretnis yang mindful.Penelitian ini menggunakan genre interpretif dan tradisi fenomenologi yang berusaha untuk menyelami dunia pengalaman perceiver dalam kasus ini, yaitu individu Dayak dan individu Madura ketika melakukan upaya akomodasi di dalam relasi mereka sehari-hari pasca konflik sosial 2001. Dengan menggunakan perspektif co-cultural theory yang menekankan pada tujuan akomodasi dalam interaksi antara anggota kelompok minoritas dan mayoritas, penelitian ini juga berupaya untuk memperoleh makna relasi individu etnis Dayak dan Madura yang dipahami oleh kedua pihak dalam bingkai rekonsiliasi konflik antaretnis.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relasi yang melibatkan individu Dayak dan Madura dalam menjalani kehidupan bersama, mengalami perkembangan yang positif pasca konflik sosial 2001. Mereka dapat saling menegosiasikan identitas kultural masing-masing dalam proses interaksi sehari-hari. Namun demikian, diantara mereka masih terdapat stereotip negatif yang diarahkan oleh masing-masing individu. Meskipun dalam realitasnya, keberadaan stereotip tidak sepenuhnya menghalangi proses interaksi antarkultural mereka. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap adanya upaya untuk memperoleh keadaan akomodasi yang dilakukan oleh kedua pihak secara bersama-sama, yaitu oleh individu Dayak dan Madura. Proses akomodasi dilakukan oleh para komunikator dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui adaptasi, asimilasi, dan kerjasama. Hal yang paling menonjol dalam relasi individu Dayak dan Madura pasca konflik ini adalah adanya kerjasama yang dilakukan oleh para tokoh untuk menjaga hubungan baik dan mencegah munculnya gejolak sosial di masyarakat, terutama yang melibatkan individu Dayak dan Madura.Key words: akomodasi, rekonsiliasi, konflik, Dayak, MaduraABSTRACTJUDUL :NAMA :NIM :Communication Accommodation in Inter Ethnics Conflict Reconciliations (Madurese Ethnics and Dayaknese Ethnics Relations Case)NIKOLAUS AGENG PRATHAMAD2C006063The return of a number of Madurese people in conflict area in Central Kalimantan has arisen a phenomena of verbal and non verbal accommodation in its communication process that involve Dayaknese and Madurese individual. Open conflict between both ethnics are still fresh in people‟s mind and prone to be sensitive issue for both Dayaknese and Madurese. Therefore, when a contact and interactions made by both ethnics, it stimulates prejudice and negative stereotype from the past that potentially emerged a chaos in creating a mindful interethnics communications.This research uses interpretive genre and phenomenology approach to deeply understanding the experience of perceiver‟s world, which is Dayaknese and Madurese as an individual when the conduct accommodation effort in their daily relations pasca social conflict in 2001. By accomodating co-cultural theory perspective that stressed on accomodations objectives in understanding interactions between minority groups and majority groups, the objective of this research is to gain a better understanding on individual relations between Madurese and Dayaknese in the frame of inter-ethnics conflict reconciliations.The result shows that relations involving Dayaknese individual and Madurese individual that live together developed positive relations pasca social conflict in 2001. They are able to negotiate their own cultural identity when they interact each other in their daily life. However, a slight of negative stereotype does exist that directed by individuals. In fact, the existence of those stereotype doesn‟t completely interfere their inter-cultural interactions. Besides that, this research also revealing efforts in accommodating situation by both ethnics, Dayaknese and Madurese, together. The accomdoations process conducted by communicators in their daily life through adaptation, assimilation, and cooperation. The most salient thing in Dayaknese and Madurese individual relation pasca conflict is a good cooperations that promoted by the leaders to maintain good relations and prevent any future social conflict in society especially those that involving Dayaknese and Madurese individuals.Key words: accommodations, reconciliations, conflict, Dayaknese, MadureseStudi komunikasi antarbudaya yang berjudul “Akomodasi Komunikasi dalam Rekonsiliasi Konflik Antaretnis (Kasus : Relasi Etnis Madura dengan Etnis Dayak)” ini berawal dari ketertarikan penulis untuk mendalami persoalan relasi individu Dayak dan Madura yang terjalin di daerah Kalimantan Tengah setelah keduanya terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam konflik sosial tahun 2001. Peristiwa konflik sosial 2001 menarik perhatian penulis karena merupakan salah satu dari tragedi kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.Dari sisi akademis, studi ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pengembangan riset komunikasi untuk kasus rekonsiliasi konflik antaretnis. Selain itu, secara praktis hasil studi ini juga dimaksudkan agar dapat memberikan tambahan informasi mengenai akomodasi komunikasi melalui pengalaman individu Dayak dan Madura pasca konflik. Dalam bidang sosial, studi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi informasi mengenai akomodasi komunikasi yang berlangsung dalam relasi individu Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah.Pada proses penelitian, studi ini menggunakan genre interpretif dan tradisi fenomenologi yang berusaha untuk memperoleh pemahaman individu mengenai dunia pengalaman mereka sehari-hari dalam menjalani aktivitas komunikasi antaretnis pada konteks rekonsiliasi konflik. Proses awal penelitian ini adalah merumuskan tujuan penelitian dan menentukan pemilihan subyek penelitian yang berjumlah delapan orang, yang mewakili kelompok etnis Dayak dan Madura. Selanjutnya melalui instrumen indepth interview, penulis memperoleh data primer berupa pengalaman subyek, yang kemudian memandu peneliti untuk menyusun deskripsi tematis, deskripsi tekstural, dan deskripsi struktural individu.Setelah mendeskripsikan hasil temuan penelitian yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan para subyek secara tekstural dan struktural, selanjutnya penulis menyusun sintesis makna tekstural dan struktural yang bertujuan untuk menggabungkan secara intuitif(intuitive integration) deskripsi tekstural dan struktural ke dalam sebuah kesatuan pernyataan mengeni esensi pengalaman dari suatu fenomena secara keseluruhan. Dalam proses ini, peneliti menggunakan gagasan pemikiran teoritik self-disclosure dari para ahli psikologi humanistik, identity negotiation theory dari Stella Ting-Toomey, dan co-cultural theory dari Orbe untuk menjelaskan esensi pengalaman individu.Tahap akhir dari penelitian ini, penulis menyusun kesimpulan, implikasi penelitian (akademis, praktis, dan sosial), dan rekomendasi penelitian. Beberapa hasil temuan penelitian yang dapat disimpulkan antara lain :1) Dalam hidup bertetangga sehari-hari di perkampungan atau pemukiman padat, individu Dayak dan Madura hidup membaur dan dapat membahas persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, persoalan yang cukup personal, serta persoalan yang cenderung sensitif yaitu mengenai konflik 2001.2) Stereotip masih ditemukan diantara relasi individu Dayak dan Madura. Namun keberadaan stereotip tidak sepenuhnya menghalangi proses komunikasi.3) Konflik tahun 2001 yang melibatkan individu Dayak dan Madura disebabkan oleh dua faktor, yaitu adanya ketidakadilan dalam hukum dan adanya provokasi politik dari „orang-orang tertentu‟.4) Pada awal kembalinya individu Madura ke Sampit Kalimantan Tengah, cenderung memperoleh hambatan berupa pertentangan verbal dan non verbal.5) Individu Dayak dan Madura melakukan usaha untuk mencapai akomodasi sebagai keadaan melalui adaptasi (verbal dan non verbal), asimilasi (perkawinan campur dan budaya), serta kerjasama yang melibatkan warga dan para tokoh dengan tujuan merekonsiliasi hubungan.6) Dalam proses akomodasi, terdapat satu faktor yang memberikan kontribusi yaitu elemen agama (Islam). Adanya kesamaan keyakinan membuat pembauran dan persatuan mereka berjalan lebih mudah.Dari segi akademis, hasil penelitian ini berupaya untuk memberikan tambahan referensi bagi pengembangan bangunan teoritik co-cultural theory, dimana dalam realitasnya individu minoritas (etnis Madura) tidak hanya terbatas pada satu tujuan ketika berinteraksi dengan individu mayoritas (etnis Dayak). Mereka dapat memilih dua tujuan sekaligus, yaitu asimilasi dan akomodasi. Selain itu, peneliti berpendapat bahwa gagasan konsep self-disclosure perlu mempertimbangkan adanya kontribusi faktor geografis yang mendampingi faktor psikologis dalam melihat pemahaman yang dicapai oleh para komunikator. Dalam sisi praktis, penelitian ini memberikan gambaran akomodasi komunikasi yang dilakukan secara variatif oleh individu Dayak dan Madura dengan tujuan merekonsiliasi hubungan mereka pasca konflik sosial 2001. Sedangkan dalam bidang sosial, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam masyarakat Indonesia, pluralitas atau keragaman bukan terbatas pada cita-cita, namun telah menjadi suatu fakta sosial-budaya. Setiap individu akan terafiliasi dengan identitas kultural kelompok sebagai latar belakang yang eksistensial.Selanjutnya, pada bagian akhir dari studi ini, peneliti memberikan beberapa rekomendasi yang terkait dengan penelitian mengenai relasi etnis Dayak dengan Madura yaitu :1) Penelitian ini menggunakan genre interpretif dan tradisi fenomenologi. Kajian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan etnografi yang berusaha untuk mencatat kehidupan masyarakat sehari-hari dengan melakukan pengamatan secara terlibat. Tujuan penelitian dengan pendekatan etnografi dalam konteks kasus ini, untuk memperoleh data yang lebih rinci mengenai aktivitas komunikasi antaretnisDayak dan Madura, memahami tatanan nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat tersebut, serta memahami kontribusi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan di salah satu perkampungan atau pemukiman penduduk di Sampit dengan komposisi penduduk yang multietnis.2) Studi selanjutnya dapat mengkaji bagaimana proses adaptasi komunikasi yang dilakukan oleh para individu Madura yang berstatus sebagai pendatang baru di lingkungan wilayah tempat tinggal mereka, bagaimana mereka mengatasi adanya hambatan yang muncul dari persepsi negatif, dan bagaimana mereka mengkomunikasikan identitas kultural mereka sebagai orang Madura kepada tetangga Dayak.3) Sampit merupakan pemicu terjadinya konflik sosial di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2001. Kajian selanjutnya dapat memindahkan lokasi penelitian, misalnya ke Kota Palangkaraya, yaitu salah satu daerah yang terkena dampak meluasnya konflik di Kalimantan Tengah. Studi yang dilakukan di Kota Palangkaraya diharapkan dapat memperoleh variasi akomodasi dalam tataran kajian komunikasi antarbudaya, karena adanya perbedaan kultural dengan studi yang dilakukan di Sampit. Perbedaan kultural yang dimaksud adalah mengenai elemen keagamaan, dimana host-culture Palangkaraya lebih mengarah pada agama Kristen dan Hindhu Kaharingan yang menjadi kepercayaan asli warga etnis Dayak.DAFTAR PUSTAKACahyono, Heru, Mardyanto Wahyu Tryatmoko, Asvi Warman Adam, Septi Satriani. (2008). Konflik Kalbar dan Kalteng : Jalan Panjang Meretas Perdamaian. Yogyakarta : Pustaka PelajarDenzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln. (1994). Handbook of Qualitative Research. California : SAGE Publication, IncGiring. (2004). Madura Di Mata Dayak : Dari Konflik ke Rekonsiliasi. Yogyakarta : Galang PressGriffin, EM. (2000). A First Look at Communication Theory fourth edition. New York : McGraw-HillGudykunst, William B and Bella Mody. (2002). Handbook of International and Intercultural Communication second edition. London : Sage PublicationsGudykunst, William B. (2005). Theorizing About Intercultural Communication. London : Sage Publications, IncKuswarno, Engkus. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi : Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian. Bandung : Widya PadjadjaranLiliweri, Alo. (2001). Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : Pustaka PelajarLiliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : LKiSLiliweri, Alo. (2003). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : LKiSLiliweri, Alo. (2007). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : LKiSLiliweri, Alo. (2009). Prasangka dan Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta : LKiSLittlejohn, Stephen W. (1999). Theories of Human Communication sixth edition. California : Wadsworth Publishing CompanyLittlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human Communication seventh edition. California : Wadsworth Publishing CompanyLittlejohn, Stephen W and Karen A. Foss. (2005). Theories of Human Communication eight edition. California : Wadsworth Publishing CompanyMartin, Judith N and Thomas K Nakayama. (2007). Intercultural Communication in Context fourth edition. New York : McGraw-HillMoleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung : PT Remaja RosdakaryaMoustakas, Clark. (1994). Phenomenological Research Methods. London : Sage PublicationsMulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. (2009). Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung : PT Remaja RosdakaryaRahardjo, Turnomo. (2005). Menghargai Perbedaan Kultural : Mindfulness Dalam Komunikasi Antaretnis. Yogyakarta : Pustaka PelajarSaad, Munawar M. (2003). Sejarah Konflik Antar Suku di Kabupaten Sambas. Pontianak : Kalimantan Persada PressSamovar, Larry A Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel. (2010). Komunikasi Lintas Budaya Edisi 7. Jakarta : Salemba HumanikaSoekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo PersadaSurata, Agus dan Tuhana Taufiq Andrianto. (2001). Atasi Konflik Etnis. Yogyakarta : Global Pustaka UtamaWarnaen, Suwarsih. (2002). Stereotip Etnis dalam Masyarakat Multietnis. Yogyakarta : Mata BangsaWest, Richard dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Salemba HumanikaWirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik : Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta : Salemba HumanikaWiyata, A. Latief. (2006). Carok : Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta : LKiS YogyakartaINTERNETAnonim. (2011). Meretas Kebersamaan Anak Bangsa Pasca Tragedi Sampit. Dalam http://media.hariantabengan.com/index/detailspiritkaltengberitaphoto/id/7521/. Diunduh pada 22 Februari 2012, pukul 18.13 WIBAnonim. (2012). Kalimantan Tengah. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah. Diunduh pada 9 Juni 2012 pada pukul 20.05 WIBAnonim. (2012). Suku Dayak. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak. Diunduh pada 9 Mei 2012 pukul 19.00 WIBAnonim. (2012). Suku Madura. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Madura. Diunduh pada 5 Juni 2012 pukul 14.05 WIBCatatan penulis hasil interview dengan Fauziah (wartawan Kalteng Pos)Catatan penulis hasil pengamatanData dari Markas Kepolisian Resor Kabupaten Kotawaringin Timur
Memaknai Prasangka Sosial Masyarakat Non-Muslim di Eropa Terhadap Masyarakat Muslim Dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa Dea Dwidinda Lutfi; Taufik Suprihatini; Hapsari Dwiningtyas; Turnomo Rahardjo
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.07 KB)

Abstract

Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai kemampuan untuk menyampaikan pesan kepada khalayaknya. Film merupakan representasi yang menghasilkan realitas yang sengaja dikonstruksikan untuk memberikan sebuah gambaran lewat kode-kode, mitos, ideologi-ideologi dari kebudayaan. Film 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan film yang menggambarkan kehidupan masyarakat muslim di Eropa, khususnya mengenai prasangka sosial masyarakat Eropa terhadap muslim. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana kebenaran dominan mengenai representasi prasangka sosial dihadirkan melalui simbol-simbol visual dan linguistik dan mengungkap ideologi yang ada di dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotik Roland Barthes untuk meneliti dan mengkaji tanda-tanda dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat muslim sebagai kelompok minoritas di Eropa masih mengalami berbagai penolakan dan kesulitan yang disebabkan oleh prasangka yang dimiliki masyarakat non muslim d i Eropa. Prasangka sosial mengenai muslim, dimiliki oleh sejumlah masyarakat Eropa dari berbagai kalangan, seperti anak kecil, mahasiswa hingga dosen. Prasangka sosial tersebut diperparah dengan sumber sosial seperti media massa dan sekolah di Eropa yang menempatkan muslim pada posisi yang salah. Prasangka masyarakat Eropa terhadap muslim pada film didominasi dalam bentuk prasangka verbal atau pada tahap antilokusi. Film ini juga menunjukkan bagaimana seorang muslim merespon prasangka yang ditujukan padanya, mulai dari menangis hingga menjalin hubungan personal dengan masyarakat Eropa untuk diterima menjadi sebagian dari mereka dengan tetap mempertahankan identitas mereka, karena mereka yakin bahwa Islam adalah agama yang cinta damai. Film 99 Cahaya di Langit Eropa mengukuhkan kebenaran yang secara dominan dimunculkan bahwa masyarakat muslim Islam berperan penting dalam membangun perabadan Eropa hingga maju seperti sekarang.Keywords : Semiotika; Film; Prasangka Sosial, Barthes
REPRESENTASI ISLAM DALAM FILM TANDA TANYA “?” Geta Ariesta Herdini; Taufik Suprihatini; Turnomo Rahardjo
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.126 KB)

Abstract

Latar Belakang Film Tanda Tanya “?” menceritakan tentang kehidupan beberapa keluargadengan konflik yang berbeda. Konflik-konflik yang ditayangkan yaitu seputarpermasalahan antar etnis dan agama. Diperankan oleh Revalina S Temat (Menuk),Reza Rahardian (Soleh), Rio Dewanto (Ping Hen / Hendra), Hengky Sulaeman (TanKat Sun), Agus Kuncoro (Surya), dan Endhita (Rika).Film Tanda Tanya “?” merupakan sebuah film yang mengangkat tentangmasalah sosial dalam kehidupan masyarakat multi agama dan etnis. Di film inidiceritakan tentang kehidupan suatu kelompok masyarakat yang didalamnya terdapatkeluarga-keluarga dengan latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda,mereka hidup berdampingan dalam suatu struktur masyarakat. Dalam film ini adaadegan perpindahan agama, percintaan beda agama, ada kritik keberagama-an,pembunuhan seorang pastor, ada juga upaya teroris untuk mem-bom gereja, sertapermusuhan antar ras, dan semua itu disajikan dengan gamblang tanpa ada yangditutup-tutupi.Dalam dunia perfilman Indonesia hal-hal yang menyinggung tentang SARAmerupakan hal yang tabu dan sensitif untuk dibahas dan diangkat ke dalam suatufilm. Di dalam Film Tanda Tanya ini akan lebih banyak kita jumpai adegan tentangkehidupan antar umat beragama satu dengan yang lainnya, khususnya antara umatmuslim dengan umat beragama lain. Setiap tokohnya dipastikan memiliki perananadegan dan dialog yang bersentuhan dengan Islam. Sayangnya hampir sebagian besardari adegan dan dialog tersebut mengandung kontroversi dan menuai banyak protesdari para pemuka agama Islam.Banyak yang menganggap bahwa Film ini adalah sesat karena didalamnyatidak menampilkan Islam secara asli, banyak adegan yang dilebih-lebihkan dan tidaksesuai dengan kenyataannya. Selain itu yang film ini juga mengajarkan tentangpluralitas beragama, yang mana ajaran tersebut bertentangan dengan apa yangdiyakini oleh umat Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia.Film garapan Hanung Bramantyo ini menjadi begitu kontroversial karenaselain kental dengan unsur – unsur SARA juga mengandung unsur pluralisme, yangdianggap tindakan murtad oleh beberapa kelompok penganut agama yang fanatikselain itu juga dianggap menyudutkan umat Islam dan Islam sebagai agama yangkasar, tidak mengenal toleransi, rasis dllTujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Islam saatdikonstruksikan melalui simbol-simbol visual dan linguistik dalam film TandaTanya .Penemuan PenelitianAnalisis yang pertama adalah sintagmatik yang menganalisis level realitydan level representasi dari John Fiske. Menguraikan tentang analisa sintagmatik yangmenjelaskan tentang tanda-tanda atau makna-makna yang muncul dalam shot dan adeganyang terjalin dari berbagai aspek teknis yang merujuk pada representasi Islam dalam filmTanda Tanya “?”.Pada level realitas dapat diuraikan melalui penampilan dan lingkungan yangditampilkan dalam film. Kode sosialnya meliputi : appearance (penampilan), dress(pakaian/kostum), make-up (tata rias), environment (lingkungan), speech (gaya bicara),gesture (bahasa tubuh), expression (ekspresi).Level yang kedua adalah level representasi. Level representasi realitas sosial yangdihadirkan kembali oleh tayangan ini. Dalam penghadiran kode-kode representasi yangumum ini dibangun menggunakan camera (kamera), lighting (tata pencahayaan), editing,musik dan selanjutnya ditransmisikan kedalam bentuk cerita, konflik, karakter, dialog,setting dan lain-lainSelanjutnya dilakukan secara paradigmatic yang merujuk pada representasiIslam dalam film. untuk membedah ideologi memerlukan pemaknaan lebih mendalamterhadap penggambaran Islam dalam film ini dan keterkaitannya dengan aspek yang lebihluasDalam representasi atas Islam, penulis menggunakan dasar Teori Representasidengan pendekatan konstruksionis milik Stuart Hall (1997). Representasi adalah bagianterpenting dari proses di mana arti produksi dipertukarkan antar anggota kelompok dalamsebuah kebudayaan. Representasi menghubungkan antara konsep dalam benak kitadengan menggunakan bahasa yang memungkinkan kita untuk mengartikan benda, orangatau kejadian yang nyata, dan dunia imajinasi dari obyek, orang, benda dan kejadian yangtidak nyataAnalisis paradigmatik perlu digunakan untuk mengetahui kedalaman makna darisuatu tanda serta untuk membedah lebih lanjut kode-kode tersembunyi di balik berbagaimacam tanda dalam sebuah teks maupun gambar. Analisis paradigmatik (Chandler,2002:87-88). Perbedaan mendasar antara analisis paradigmatik dan sintagmatik adalahjika analisis sintagmatik mencoba untuk menemukan makna denotasinya, maka analisisparadigmatik berusaha untuk menemukan makna konotasi dari teksAnalisis paradigmatik adalah analisa yang berusaha mengetahui makna terdalamdari teks film dengan melihat hubungan eksternal pada suatu tanda dengan tanda lain.Bagaimana Islam dan kehidupan umat Islam dalam masyarakat serta bagaimana ideologitentang Islam ditampilkan dalam film ini. Kode-kode ideologis yang terlihat dalam filmini akan dianalisis ke dalam beberapa sub bab utama. Analisis yang pertama yaitumeliputi pesan yang terkandung dalam film Tanda Tanya “?” ini, kemudian tentangkonsep Islam yang ingin ditampilkan dalam film, Islam ditampilkan sebagai agama yangkeras, Islam sebagai agama penebar terror, Islam sebagai agama yang intoleran, Islamsebagai agama yang rasis, Islam sebagai agama yang picik, kemudian mengenai Islambeserta Aqidah dan Syariat Islamiahnya serta bagaimana pemikiran Islam tentang ajaranpluralisme agamaPada bab ini dilakukan analisis paradigmatik dengan tujuan untuk mengetahuimakna terdalam dari teks film Tanda Tanya “?”dengan melihat hubungan eksternal padasuatu tanda dengan tanda lain. Bagaimana mitos-mitos mengenai identitas Islam danbagaimana posisi ideologis sutradara film dalam menggambarkan Islam. Selain itu,analisis paradigmatik juga berfungsi untuk menunjukkan adanya realitas lain yangmungkin bersifat abstrak yang ada di balik tanda yang teridentifikasi dalam analisissintagmatik- PESAN DALAM FILM TANDA TANYAHanung sebagai sutradara ingin menyampaikan pesan moral utama yang ingindisampaikan melalui film ini yaitu tentang kerukunan antar umat beragama. Perihal lainyang ingin ditanamkan Hanung adalah mengenai ajaran pluralisme agama. Ajaranpluralisme agama adalah ajaran yang meyakini bahwa semua agama yang ada adalahsama. Banyak hal yang berhubungan dengan kehidupan beragama ditampilkan disiniseperti pelajaran tentang toleransi antar umat beragama, kerukunan antar umat beragamaserta terdapat pesan tentang bagaimana kita menghargai perbedaan dan pilihan orang laindan bukan hanya sebatas toleransi- MITOS ISLAM DALAM FILM TANDA TANYAMenurut Barthes (1977: 165), mitos adalah type of speech (tipe wicara). Mitosmerupakan sebentuk komunikasi yang mengandung sekumpulan pesan dan tidaktergantung pada pesan yang dibawa tetapi bagaimana komunikator menyampaikannya.o ISLAM DITAMPILKAN SEBAGAI AGAMA YANG KERASDalam film Tanda Tanya “?” penggambaran Islam beserta umatnyaseringkali berlebihan dan tidak sesuai dengan apa yang ada diajaran Islam.Islam sering ditampilkan sebagai agama yang keras. “Keras” di sini dapatdiartikan bahwa Islam adalah agama yang menyukai kekerasan. Dalam filmini Islam juga direpresentasikan sebagai agama yang identik dengan teroris.Islam di film ini tampilkan sebagai agama penebar terror. Hal ini tampak dariadegan dan dialog yang ada. Adegan serta dialog yang ada memperkuat kesandan mitos bahwa Islam adalah agama yang menghalalkan kekerasan. Caramedia untuk menampilkan atau menghadirkan sosok Islam yang akrab dengankekerasan, inilah yang akhirnya mengundang kontroversi dari banyak pihako ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG RASISDalam film Tanda Tanya “?” Islam juga dugambarkan sebagai agamayang rasis. Rasis disini dapat diartikan bahwa Islam memberikan perlakuanyang berbeda terhadap orang-orang yang berasal dari ras yang berbeda. Difilm ini digambarkan bagaimana Islam tidak menghargai perbedaan ras yangada serta tidak menghargai perbedaan dan keragaman yang akhirnya memicukonflik antar umat Islam dengan umat beragama yang laino ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG PICIKPenggambaran Islam dan umatnya dalam film ini seringkali ditampilkansebagai sosok yang picik dan pemikiran yang sempit. Pemikiran seperti itubiasanya dimiliki oleh orang-orang yang merasa dirinya paling benar,sehingga tidak mau menerima saran serta perubahan yang terjadi. Umat Islamdalam film ini digambarkan sebagai pribadi yang merasa paling benar, tidakterbuka dengan saran dan masukan yang datang kepadanya dan juga mudahterpengaruh akan suatu hal yang menurut diri mereka pribadi benar.o ISLAM BESERTA AQIDAH DAN SYARIAH ISLAMNYADalam film Tanda Tanya terdapat banyak dialog dan adegan yangbersinggungan langsung dengan aqidah dan syariah – syariah Islam. Aqidahdan syariah Islam di film ini seringkali ditampilkan melenceng dari yangseharusnyao PEMIKIRAN ISLAM TENTANG AJARAN PLURALISME AGAMADalam film Tanda Tanya banyak disinggung tentang ajaranpluralisme agama. Hal tersebut merupakan salah satu pemicu mengapafilm Tanda Tanya ini dilarang tayang dan menjadi kontroversi.Pluralisme agama adalah ajaran yang menyatakan bahwa semuaagama adalah sama. Hal ini berbeda dengan apa yang diyakini olehumat Islam, sehingga MUI memfatwakan pluralism agama bertentangandengan Islam dan muslim haram mengikuti paham itu. Namun dalamfilm Tanda Tanya ini yang dimunculkan adalah berbeda, Islam di filmini umatnya digambarkan menyetujui ajaran pluralisme danmengikutinya.Jika di lihat dari sudut pemikiran Islam tentang pluralisme, maka filmini ingin menggambarakan suatu pandangan bahwa Islam mengakui bahwasetiap ajaran agama sama yaitu menyampaikan ajaran tentang adanya berbelaskasih, tolong menolong dan solidaritas tanpa memandang batas – batas agama.Tetapi tetap tidak mengakui bahwa agama lain selain Islam adalah benar.PenutupAkan diuraikan kesimpulan yang menjawab tujuan dari penelitian yaitu tentanggambaran Islam saat dikonstruksikan melalui simbol-simbol visual dan linguistik dalamfilm Tanda Tanya “?” serta mengungkap bagaimana mitos di balik representasi inibekerja.Temuan yang pertama berdasarkan analisis paradigmatik yang dilakukan padafilm Tanda Tanya “?” adalah munculnya mitos Islam yang diangkat dalam film yaituIslam ditampilkan sebagai agama yang keras. Selain itu kesan Islam sebagai agamapenebar terror juga sangat kuat, dengan adanya adegan-adegan yang menampilkanperistiwa penusukan pastur serta peristiwa pengeboman yang mana hal tersebut identikdengan tindak terorisme yang sempat marak terjadi di Indonesia yang tidak lainpelakunya adalah para umat muslimKemudian mitos selanjutnya adalah Islam digambarkan sebagai agama yang rasisdan picik, terutama saat berhadapan dengan umat agama yang lain. Rasis dan picik difilm ini digambarkan dengan interaksi yang terjadi antara para pemeran yang beragamaIslam dengan pemeran lain yang beragama Katolik dan Konghucu, serta berasal dariketurunan TionghoaKedua, apabila dilihat dari segi kostum, riasan, dan ekpresi yang telah dianalisissecara sintagmatik, Islam dan umatnya tampil sebagai sosok yang sederhana, tidakberlebihan dan taat terhadap ajaran agamanyaTemuan terakhir adalah sang sutradara Hanung Brahmantyo dalam film TandaTanya “?” ini ingin menyampaikan pesan tentang pluralisme agama. Paham pluralismeagama ini berbeda dengan pandangan umum masyarakat terhadap klaim kebenaranmutlak agama dan khususnya pandangan umat muslim yang tidak mengakui agama lainselain agama Islam adalah benar dan menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunyaagama yang benar. Islam dan umatnya digambarkan sebagai agama yang menyetujuipraktik paham pluralisme ini. Padahal dalam ajaran Islam jelas-jelas tidak mengakui dantidak membenarkan ajaran pluralism yang menyatakan bahwa setiap agama adalah sama.Dalam ajaran Islam telah ditegaskan bahwa tiada agama lain yang benar selain agamaIslamPenggunaan daya tarik isu-isu agama ini menjadi produk yang mampumendatangkan keuntungan. Dengan segala kontroversi dan protes yang munculmenguatkan kesan bahwa film Tanda Tanya “?” menggunakan magnet isu agama dalamfilm garapannya sebagai nilai jual utama dalam menarik minat masyarakat untukmenontonnya.Film melahirkan sebuah bentuk realitas yang sengaja dikonstruksikan untukmemberikan sebuah gambaran lewat kode-kode, konversi, mitos, ideologi – ideologikebudayaannya. Karena realitas merupakan hasil konstruksi maka realitas di sini telahmengalami penambahan maupun pengurangan karena turut campurnya faktorsubyektivitas dari pelaku representasi atau orang – orang yang terlibat dalam media itusendiriDAFTAR PUSTAKABuku:Ali, Moh. Daud. 1986. Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik. Jakarta: CVWirabuana.Anshari, Endang Saifudin. 1987. Ilmu, Filsafat, dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.Barthes, Roland. 1977. Elements of Semiology. Farrar, Straus and Giroux.Berg, Bruce L. 2001. Qualitative Research Methods For The Social Sciences. Singapore: Allyn& Bacon.Butler, Andrew M. 2005. Film Studies. Vermont : Trafalgar Square Publishing.Chandler, Daniel. 2002. Semiotics: The Basics. New York: Routledge.Eco, Umberto diterjemahkan oleh Inyiak Ridwan Muzir. 2009. Teori Semiotika. Bantul: KreasiWacanaEffendy, Onong Uchyana. 2009. Human Relation & Public Relation. Bandung: CV. MandarMajuErikson, Erik H. (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Jakarta: PT. Gramedia.Fiske, John. 1987. Television Culture. London: Routledge.Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra.Hall, Stuart. 1997. Representation: Cultural Representatuons and Sygnifying Practices. London:Sage Publications Ltd.Junaedi, Fajar. 2007. Komunikasi Massa Pengantar Teoritis. Yogyakarta: Santusta.Liliweri, Alo. 2007. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKisYogyakartaLittlejohn, Stephen. W and Karen A Foss. 2005. Theories of Human Communication EightEdition. Wadsworth Publishing Company. Canada.Mulyana, Deddy dan Solatun.2007. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-contoh PenelitianKualitatif Dengan Pendekatan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Noviani, Ratna. 2002. Jalan Tengah Memahami Iklan: Antara Realitas, Representasi danSimulasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Piliang, Yasraf A. 2003. Hipersemiotika. Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna.Yogyakarta: Jalasutra.Webb, Jen. 2009. Understanding Representation. London: SAGE Publications Ltd.Williams, Noel. 2004. How To Get a 2:1 in Media, Communication and Cultural Studies.California: Sage Publications.Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaRitchie, Jane., and Lewis, Jane. 2003. Qualitative Research Practice: a Guide For SocialScience Students and Researchers. New Delhi: SAGE Publications.Theo Van Leeuwen and Carey Jewitt. 2001. Handbook of Visual Analysis. London: SAGEPublication.Internet :http://forum.kompas.com/movies/35504-mengkritisi-film-tanda-tanya.html. Diunduh pada 28Agustus 2012 jam 00.09 WIBhttp://agama.kompasiana.com/2010/07/05/konflik-agama-menjadikan-indonesia-menakutkan-185565.html. Diunduh pada 28 Agustus 2012 jam 01.00 WIBhttp://beritakbar.blogspot.com/2011/04/film-tanda-tanya-pelecehan-sistematis.html. Diunduhpada 3 September 2012 jam 21.58 WIBhttp://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/04/06/14019/menyoal-film-pluralismetanda-tanya-garapan-hanung/. Diunduh pada 3 Sepetember 2012 jam 22.30 WIBhttp://kisah-anak-kost-kikos.blogspot.com/2012/08/tanda-tanya-film-yang-mengangkatisu_31.html. Diunduh pada 3 September 2012 jam 22.35 WIBhttp://www.eramuslim.com/berita/analisa/film-tanda-tanya-pelecehan-sistematis-terhadapislam.htm#.UKXOG2fNsrc. Diunduh pada 3 September 2012 jam 22.45 WIBhttp://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/06/18/m5t1qz-islam-menentangpluralisme-agama. Diunduh pada 3 September 2012 jam 22.48 WIBhttp://www.wikipedia.com. Diunduh pada 3 September 2012 jam 23.00 WIB
MEMAHAMI MOTIVASI PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA (FACEBOOK DAN TWITTER) Amanda Meipuspa Nusa; Taufik Suprihatini; Joyo N.S Gono
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTNama : Amanda Meipuspa NusaNIM : D2C008081Judul Undestanding The Motivation of Social Media (Facebook andTwitter) Using The development of communication technology such as internet presence causes peopleespecially facebook and twitter users began to be used as a source of information and communicationneeds. At this time the user account (facebook and twitter) did not know the age and background again,users consisting of several circles and diverse backgrounds, with diverse motivations as well, thusencouraging users to use both accounts. The presence of internet classified into new media, a mediasupplement information from conventional media. This study aims to understand the motivation of the useof social media (facebook and twitter).This research is a qualitative descriptive analysis method. Uses and gratification theory (HerbertBlumer and Elihu Katz, 1974) and the theory of motivation in the fulfillment of needs (Maslow, 1954; McClelland in (Gitosudarmo and Sudita, 1997: 36-39), and Katz, Gurevitch and Haas in (Severin andTankard , 2009: 357), as well as other supporting theories such as the theory of symbolic interactionism(George Herbert Mead, 1863) and the theory of conflict resolution (Johnson, 1981 in Supratiknya, 1995:99-100), used as the basis for the theory, which describes the systemic and accurate facts and experiencesof the use of facebook and twitter. study uses the four informants from various backgrounds As withfacebook and twitter user.The results of this study found that facebook and twitter as one of the forms of new media doesnot replace conventional media and other telecommunications media, but rather as a alternative.Facebook and twitter are used by the informants with varied motives, which is to meet the needs ofinformation, communication and self-actualization. Based on the findings, facebook and twitter hasseveral characters, ie extensive communication network, rapid, the interactivity, ease of access, diversityof information, as well as the space to express themselves. Facebook and twitter updates that continue tomake the community as an active user, media literacy, and keep abreast of technological developments.The use of two accounts (facebook and twitter) as the mass media was not only used as a masscommunication, but the communication and interpersonal communication. However, its use adapted tothe needs of course, to be used and utilized as needed.The implications of these results in the theoretical aspect of this is contributing to the researchrelated communications facebook and twitter presence as a new communication medium. The practicalimplications of the results of this study provide an explanation of communications experience in usingfacebook and twitter as a medium of information and communication needs of providers. While the socialimplications of this research study is to benefit the community, other than that people can take advantageof and use facebook and twitter optimally in positive terms tailored to the needs of each positivemasingsegi tailored to their individual needs.Key words: Social media (facebook and twitter), motivation,ixABSTRAKSI Judul Facebook dan Twitter????????Perkembangan teknologi komunikasi seperti hadirnya internet menyebabkan masyarakat khususnyapengguna facebook dan twitter mulai digunakan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan informasi dankomunikasi. Pada saat ini pengguna akun (facebook dan twitter) tidak mengenal usia dan latarbelakanglagi, penggunanya terdiri dari beberapa kalangan dan latarbelakang yang beragam, dengan motivasi yangberagam pula, sehingga mendorong penggunanya menggunakan kedua akun tersebut. Hadirnya internetyang tergolong kedalam media baru, merupakan media pelengkap informasi dari media konvensional.Penelitian ini bertujuan untuk memahami motivasi penggunaan sosial media (facebook dan twitter).Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode analisis deskriptif. Teori Usesand Gratification (Herbert Blumer dan Elihu Katz, 1974) dan Teori motivasi dalam pemenuhankebutuhan (Maslow, 1954; Mc Clelland dalam (Gitosudarmo dan Sudita, 1997: 36-39); dan Katz,Gurevitch dan Haas dalam (Severin dan Tankard, 2009 : 357), serta teori-teori pendukung lainnya sepertiTeori Interaksionisme Simbolik (George Herbert Mead, 1863) dan Teori penyelesaian konflik (Johnson,1981 dalam Supratiknya, 1995: 99-100), digunakan sebagai landasan teori, yang menggambarkan secarasistemik dan akurat fakta dan pengalaman penggunaan facebook dan twitter. Penelitian ini menggunakan4 informan dari berbagai latarbelakang sebagi pengguna facebook dan twitter.Hasil penelitian ini ditemukan fakta bahwa facebook dan twitter sebagai salah satu dari bentukmedia baru tidak menggantikan media konvensional dan media telekomunikasi lainnya, melainkansebagai alternatif. Facebook dan twitter digunakan oleh para informan dengan motivasi yang beragam,yaitu untuk memenuhi kebutuhan informasi, komunikasi dan aktualisasi diri. Berdasarkan hasil temuanpenelitian, facebook dan twitter memiliki beberapa karakter, yaitu jaringan komunikasi yang luas, cepat,adanya interaktivitas, kemudahan dalam mengakses, keberagaman informasi, serta adanya ruang untukmengaktualisasikan diri. Facebook dan twitter yang terus update membuat masyarakat sebagai penggunaaktif, melek media dan terus mengikuti perkembangan teknologi. Penggunaan kedua akun (facebook dantwitter) sebagai media massa ternyata tidak hanya dapat digunakan sebagai komunikasi massa saja, tetapikomunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi. Namun penggunaanya disesuaikan dengan kebutuhansaja, agar dapat digunakan dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan.Implikasi hasil penelitian ini dalam aspek teoritis ini adalah memberikan kontribusi bagi penelitiankomunikasi terkait hadirnya facebook dan twitter sebagai media komunikasi baru. Implikasi praktis darihasil penelitian ini memberikan penjelasan tentang pengalaman komunikasi dalam menggunakanfacebook dan twitter sebagai media penyedia kebutuhan informasi dan komunikasi. Sedangkan implikasisosial dari penelitian ini adalah Penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, selain itu masyarakatdapat memanfaatkan dan menggunakan facebook dan twitter secara optimal dalam segi positifdisesuaikan dengan kebutuhan masing-masing segi positif disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.Kata kunci : Sosial media (facebook dan twitter), motivasi, informasi dan komunikasi.NDAHULUAN Peralihan zaman menuju kearah modern mengubah segala kehidupan manusia. Perubahan masyarakat kita yang pesat jelas berkaitan erat dan bagaimanapun bergantung pada perkembangan teknik, penemuan, jenis produksi dan standar hidup yang serba baru. Saat ini manusia telah memasuki era yang telah didominasi oleh teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi yang semakin canggih, kebutuhan manusia pun semakin mudah terpenuhi. Salah satunya teknologi komunikasi, sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih, bentuk, pola dan peralatan komunikasi juga mengalami perubahan. Komunikasi tidak lagi hanya dilakukan secara personal (komunikasi yang hanya melibatkan dua orang saja) secara tatap muka, namun sudah dilakukan lewat kelompok dan komunikasi massa (sosial media). Dengan peralihan zaman ini alat pemenuhan kebutuhan juga berubah dari penggunaan Telephone selular dan sekarang kebutuhan manusia akan media, yang mampu untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan manusia sehari-hari, maka mendorong berbagai orang-orang untuk menciptakan sebuah temuan dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi yaitu salah satunya internet. Didalam internet terdapat sebuah “dunia baru”, yaitu Sosial Media (social media). Sosial Media merupakan media online yang sangat populer pada saat ini. Sosial Media sekarang sudah tidak mengenal batasan umur, gender maupun tingkatan sosial, selain itu telah menjadi sarana interaksi antar manusia di era digital. Selain itu disebut juga dengan “Dunia Maya”, dunia maya adalah realita yang terhubung secara global, didukung komputer, berakses komputer, multidimensi, artifisial, atau virtual (Severin dan Tankard, 2009: 445).Sosial media banyak memiliki kegunaan, seperti yang sudah sebelumnya dijelaskan, selain itu menurut riset lain yang dilakukan schools.com mendapatkan data sosial media itu digunakan untuk, tetap berhubungan dengan teman saat ini (stay in touch with current friends) 67%, berhubungan dengan anggota keluarga (stay in touch with family members) 65%, berhubungan dengan teman lama (reconnect with old friend) 50%, berhubungan dengan mereka yang memiliki hobi (connect with those who share hobbies), menemukan pasangan (find a mate) 17 %. selain untuk menjalin sebuah relationship, sosial media lainnya, banyak digunakan juga seperti blogger 54% dan portal photo sharing 58% (http://salingsilang.com/baca/10-fakta-tentang-media-sosial-). Dengan adanya kedua akun tersebut (facebook dan twitter) yang hadir pada saat ini, tidak lepas memberikan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh kedua akun ini kepada para penggunanya, baik bagi diri sendiri maupun untuk kehidupan sosialnya, dampak tersebut bisa berupa dampak positif dan dampak negatif yang diperoleh dari penggunaan sosial media ini. Dalam penggunaan CMC, apabila komunikasi yang dilakukan oleh para pengguna media sosial dalam Computer Mediated Communication ini dapat dikatakan sebagai pengganti komunikasi secara tatap muka (face to face communication), CMC memiliki keuntungan bagi seseorang yang memiliki kecemasan dalam berkomunikasi. Hal ini dibuktikan, oleh penelitian yang dilakukan oleh para peneliti komunikasi Lisa Tidwell dan Joseph Walther, meneliti perbedaan antara face to face communication dan on-line communication dalam keterbukaan diri, persepsi atau kepercayaan diri dan efektivitas komunikasi.Para pengguna on-line communication mengungkapkan bahwa mereka lebih percaya diri ketika berkomunikasi secara on-line dibanding face to face communication (Beebe,2003: 360). selain itu sosial media mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan para penggunanya. Padahalberkomunikasi tatap muka juga dapat dilakukan, apabila mengalami kendala dalam bertemu mayarakat juga dapat menggunakan Telephone Selular baik dengan telephone atau SMS (Short Message Service). Dan dalam pemenuhan kebutuhan informasi dapat diperoleh melalui surat kabar, majalah, dan lainnya. Ini lah yang menjadikan sebuah pertanyaan apabila komunikasi yang dilakukan oleh para pengguna media sosial dalam Computer Mediated Communication atau disingkat CMC dalam memenuhi kebutuhan, padahal banyak alternatif media komunikasi yang ditawarkan, tetapi masyarakat pada saat ini lebih tertarik dengan mengunakan sosial media terutama facebook dan twitter sebagai sarana untuk berkomunikasi, sehingga peneliti ingin meneliti bagaimana motivasi pengguna sosial media (facebook dan twitter) oleh pengguna. Penelitian ini berusaha untuk memahami motivasi pengguna menggunakan sosial media (facebook dan twitter) dalam kehidupannya. PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode analisis deskriptif. Teori Uses and Gratification (Herbert Blumer dan Elihu Katz, 1974) dan Teori motivasi dalam pemenuhan kebutuhan (Maslow, 1954; Mc Clelland dalam (Gitosudarmo dan Sudita, 1997: 36-39); dan Katz, Gurevitch dan Haas dalam (Severin dan Tankard, 2009 : 357), serta teori-teori pendukung lainnya seperti Teori Interaksionisme Simbolik (George Herbert Mead, 1863) dan Teori penyelesaian konflik (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 1995: 99-100), digunakan sebagai landasan teori, yang menggambarkan secara sistemik dan akurat fakta dan pengalaman penggunaan facebook dan twitter. Penelitian ini menggunakan menggunakan 4 informan dari berbagai latarbelakang sebagi pengguna facebook dan twitter.Masyarakat menggunakan sosial media selain sebagai pemenuhan kebutuhan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu untuk mencari Gratification (kepuasan), Teori uses and gratification dikemukakan oleh Gratifications (Herbert Blumer dan Elihu Katz, 1974). Menurut McQuail (1983, dalam Miller, 2002: 244) ada proses internal yang dialami oleh seorang khalayak dalam mencari gratifikasi (kepuasan) dari media adalah sebagai berikut (Kim & Rubin, 1997 dalam Miller, 2002:244-245): Pertama, seorang khalayak akan melakukan proses seleksi (selectivity). Gratifikasi yang diinginkannya akan disesuaikan dengan media yang akan digunakannya. Seseorang yang ingin beristirahat setelah capek bekerja seharian, tentu akan memilih memainkan facebook, twitter, dan lainnya ketimbang melihat dialog atau debat di televisi. Kedua, selanjutnya yang dilakukan adalah proses memperhatikan (attention). Pada proses ini, individu khalayak akan mengalokasikan usaha kognitifnya untuk mengkonsumsi media. Seseorang yang ingin melamar pekerjaan akan benar-benar memperhatikan setiap lowongan yang ada dalam sosial media, ketimbang seseorang yang sekedar melihat untuk mengisi waktu luang. Ketiga, proses terakhir adalah proses keterlibatan (involvement). Pada proses ini seorang khalayak akan terlibat lebih dalam secara personal dengan media tersebut, bahkan juga memiliki “hubungan spesial” dengan karakter media tersebut. Proses ini seringkali juga disebut sebagai “para-social interaction”. Misalnya, para pengguna sosial media seperti facebook atau twitter akan merasakan sensasi yang sama ketika mereka saat chatting bersama temannya seperti saat tatap muka. Ada beberapa kebutuhan dari media yang dipenuhi dapat menimbulkan kepuasan bagi individu (McQuail, Blumer, dan Brown, 1972 dalam Severin dan Tankard, 2009 : 357) memaparkan kategori kepuasan sebagai berikut:a. Diversion, pelarian dari rutinitas sehari-hari atau masalah, pelepasan emosi.b. Personal Relationship; Companionship (teman diwaktu luang) dan social utility (kegunaa sosial, sebagai bahan perbincangan dalam kehidupan sosial)c. Personal identity, gambaran mengenai diri sendiri yang seseorang miliki tentang segala kelemahan dan kekuatan yang ada pada dirinya, mencakup personal reference (sebagai pembanding langsung terhadap kehidupan khalayak), reality exploration (penolong khalayak dalam mengerti kehidupan mereka).d. Surveillance (pengawasan), memberikan informasi-informasi tentang sekitar dan dunia luar.Orang akan berusaha memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan orang akan mencari jalan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kekurangan-kekurangannya. Oleh karena itu orang lalu memilih suatu tindakan, maka terjadilah perilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh sebab itu dalam suatu pencapaian diperlukan suatu dorongan yang kuat agar tujuan itu tercapai atau terpenuhi, atau disebut dengan Motivasi. Motivasi, yaitu sebagai suatu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah, dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan (Robbins, 2003: 208). Dari sini lah masyarakat menggunakan sosial media (facebook dan twitter) sebagai salah satu media untuk pemuas kebutuhan mereka.Hasil penelitian ini ditemukan fakta bahwa facebook dan twitter sebagai salah satu dari bentuk media baru tidak menggantikan media konvensional dan media telekomunikasi lainnya, melainkan sebagai alternatif. Facebook dan twitter digunakan oleh para informan dengan motivasi yang beragam, yaitu untuk memenuhi kebutuhan informasi, komunikasi dan aktualisasi diri. Berdasarkan hasil temuan penelitian, facebook dan twitter memiliki beberapa karakter,yaitu jaringan komunikasi yang luas, cepat, adanya interaktivitas, kemudahan dalam mengakses, keberagaman informasi, serta adanya ruang untuk mengaktualisasikan diri. Facebook dan twitter yang terus update membuat masyarakat sebagai pengguna aktif, melek media dan terus mengikuti perkembangan teknologi. Penggunaan kedua akun (facebook dan twitter) sebagai media massa ternyata tidak hanya dapat digunakan sebagai komunikasi massa saja, tetapi komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi. Namun penggunaanya disesuaikan dengan kebutuhan saja, agar dapat digunakan dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Kemudian penggunaan facebook dan twitter efektif dalam pemenuhan kebutuhan atau kepuasan para penggunanya. PENUTUP1. Hadirnya sosial media (facebook dan twitter) sebagai salah satu bentuk media baru memberikan banyak kemudahan dan fungsi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Penggunaan facebook dan twitter yang saat ini tidak hanya sebagai media informasi saja juga membuat pengguna kedua akun ini, harus aktif dalam memilih yang sesuai dengan kebutuhannya.2. Informan secara umum berpedapat tentang motivasi penggunaan kedua akun tersebut dengan dilandasi kemudahan yang diberikan oleh facebook dan twitter dalam pemenuhan kebutuhan mereka, dampak positif dan dampak negatif yang disebabkan dari penggunaan kedua akun tersebut, kemudian informan menjelaskan bagaimana strategi mereka menghadapi atau menyelesaikan permasalahan atau konflik ketika menggunakan kedua akun (facebook dan twitter), dan keefektifan penggunaan facebook dan twitter sebagai media baru untuk pemenuhan kebutuhan.3. Keberadaan facebook dan twitter terbukti memiliki banyak kelebihan yang dimilikinya, memiliki jaringan komunikasi yang luas, kecepatan dalam menyampaikan pesan, dan biaya yang dikeluarkan relatif murah daripada penggunaan media lainnya (media konvensional). Namun dalam penggunaan facebook dan twitter memberikan dampak-dampak bagi kehidupan penggunanya, selain dampak positif yang dirasakan oleh penggunanya, mereka juga merasakan dampak negatif pula. Walaupun terdapat kekurangan yang dimiliki dan dampak negatif yang dirasakan, namun penggunaan kedua akun tersebut cukup efektif dalam melakukan kegiatan komunikasi untuk pemenuhan kebutuhan para informan.4. Penggunaan kedua akun (facebook dan twitter), tidak hanya sebagai media penyedia informasi dan komunikasi saja, tetapi juga media untuk pemenuhan kebutuhan hiburan, dan kebutuhan eksistensi diri (usaha untuk membuat dirinya dikenal dan diakui keberadaannya oleh lingkungan).5. Penggunaan dan pemanfaatan facebook dan twitter oleh para informan lebih sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik kebutuhan informasi, komunikasi dan lainnya. Namun tidak sepenuhnya mereka menggunakan sosial media facebook dan twitter atau sosial media lainnya, apabila mereka tidak merasa terpenuhi kebutuhan yang mereka cari dalam sosial media facebook dan twitter ataupun sosial media lainnya, mereka akan menggunakan media konvensional sebagai alternatif sumber informasi maupun komunikasi.DAFTAR PUSTAKA BUKU A. Bebee, Steven. 2003. Interpersonal Communication Relating To Others. USA: Pearson Education. DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books. Gitosudarmo, Indriyo & Sudita, N I. 1997. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE Hadi, Astar. 2005. Matinya Dunia Cyber Space. Yogyakarta: LKiS. Holmes, David. 2005. Teori Komunikasi Media, Teknologi, dan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jones, Steven G. 1995. Cyber Society; CMC and Community. USA: Sage Publication. Junaedi, Fajar. 2007. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Santusta. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Miller, Katherine. 2002. Communication Theories: Perspective, Process, and Context. Boston: McGraw Hill. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nevid, Jefrey S, Spencer A. Rathus, Beverly Greend. 2002. Psikologi Abnormal (jilid 1). Jakarta: Erlangga. Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Pruitt, Dean G & Rubin, Jeffrey Z. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda2karya. Robbins, Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.Rohim, Syaiful H. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rosdiana, Joni. 2011. Facebook, Kampanye Pemilihan dan Ruang Publik. Surakarta: Lindu Pustaka. Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius. Severin, J Werner & Tankard, W James. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Straubhaar & LaRose. 2006. Media Now Understanding Media, Culture and Technology 5th edition. Thomson Learning, Inc. Swasty, Poundra. 2011. New Media, New Audience New Media dan kemunculan Spesies Baru Audien: Rekonseptualisasi Audien di Era Media Digital. Surakarta: Lindu Pustaka SKRIPSI DAN ARTIKEL Astuti, Tri. 2009. Skripsi Penelitian “Fenomena Pengguna Situs Jejaring Sosial Facebook sebagai Media Komunikasi antar Pribadi dengan teman lama “. Universitas Diponegoro. Perdana, Adi Wahyu. 2009. Skripsi Penelitian “Memahami Pengalaman Pengguna Facebook untuk Tujuan Komunikasi Pemasaran Online”. Universitas Diponegoro. WEBSITEAzis, I. 2012. FBI Gunakan Twitter dan Facebook untuk Lacak Teroris [online] (http://sidomi.com/132705/fbi-gunakan-twitter-dan-facebook-untuk-lacak-teroris/, diakses tanggal 11 November 2012, jam 13:00).Baehaki,A.2009.____________[online](http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123514-SK%2000109%20Bae%20p%20-%20Pemenuhan%20Kebutuhan-Literatur.pdf, diakses tanggal 5 Februari 2013, jam 15:00).Ckhoirudin. 2011. Sejarah Perkembangan TIK dari Zaman Pra Sejarah Hingga Sekarang [online] (http://ckhoirlado.blogspot.com/2011/09/sejarah-perkembangan-tik-dari-zaman-pra.html. diakses tanggal 2 Februari 2013, jam 09:00).Destiwanto, H. 2011. Dua Sisi Mata Pisau Seorang Facebooker, [online]. (http://www.slideshare.net/mashendri1/facebook-manfaat-dan-dampaknya#btnNext, diakses tanggal 21 November 2012, jam 19:00)Djaya, A., 2012, Dampak Media Sosial di Kalangan Remaja dan Dewasa, [online], (http://salingsilang.com/baca/dampak-media-sosial-di-kalangan-remaja-dan-dewasa, diakses tanggal 21 Juni 2012, jam 21:00)Fikrie, M., 2012, 15 Fakta Menarik Seputar Media Sosial, [online], (http://salingsilang.com/baca/15-fakta-menarik-seputar-media-sosial, diakses tanggal 20 Juni 2012, jam 20:00).Ismail, T., 2012, 90% Orang Memberikan Terlalu Banyak Informasi di Media Sosial. [online], (http://salingsilang.com/baca/90-orang-membagikan-terlalu-banyak-informasi-di-media-sosial, diakses tanggal 21 Juni 2012, jam 22:00).Kristo, F. 2012. Kaum Difabel Tuai Manfaat Facebook & Twitter [online], (http://inet.detik.com/read/2012/05/02/193918/1907592/1169/kaum-difabel-tuai-manfaat-facebook-twitter, diakses tanggal 18 Juni 2012, jam 16:00)Noor, A. 2012. 10 Fakta Tentang Media Sosial [online], (http://salingsilang.com/baca/10-fakta-tentang-media-sosial-, diakses 25 Juni 2012, jam 22:00).Paramita, P., 2012, Jangan Mudah Percaya, Teliti Berita yang Tersebar di Media Sosial, [online], (http://salingsilang.com/baca/jangan-mudah-percaya-teliti-berita-yang-tersebar-di-media-sosial, diakses tanggal 20 Juni 2012, jam 21:00).Rahmalia. G. 2011. Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi [online], (http://gesharandiansyah.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-teknologi.html, diakses tanggal 14 Februari 2013, jam 23:00).S3crett, W. 2009. Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia [online], (http://snowfairish.blogspot.com/2009/08/perkembangan-teknologi-informasi-di.html, diakses tanggal 14 Februari 2013, jam 23: 10).Wardhana, A., 2012, 10 Situs Media Sosial Penguasa Dunia Maya, [online], (http://salingsilang.com/baca/10-situs-media-sosial-penguasa-dunia-maya, diakses tanggal 21 Juni 2012, jam 22:00).Wardhana, A., 2012. Apakah Media Sosial Membuat Kita Jadi Antisosial, [online], (http://salingsilang.com/baca/apakah-media-sosial-membuat-kita-jadi-antisosial, diakses tanggal 22 Juni 2012, jam 21:00).http://www.internetromance.org Maryono, Y & Istiana, B. 2012. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari masa ke masa [online].(http://meizuwi.wordpress.com/2012/06/26/perkembangan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-dari-masa-ke-masa/, diakses tanggal 27 Januari 2013, jam 21:00).Manihuruk, Trivan A. 2012. Perkembangan Jejaring Sosial [online] (http://trivansaragih.blogspot.com/), diakses tanggal 29 Januari 2013, jam 22:00).Sandi, Sarita. ___. Sejarah Perkembangan Teknologi Komunikasi: Dari Zaman Praaksara Hingga Zaman Internet [online] (http://komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/tmb/235-sejarah-perkembangan-teknologi-komunikasi-dari-zaman-praaksara-hingga-zaman-internet. diakses tanggal 2 Februari 2013, jam 21:00)._____. 2008. Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia. [online], (http://wijayalabs.wordpress.com/2008/03/08/perkembangan-teknologi-informasi-di-indonesia/, diakses tanggal 14 Februari 2013, jam 23:30)_____, 2012. Perkembangan Informasi Teknologi [online] (http://computers-inc.blogspot.com/2012/03/perkembangan-informasi-teknologi.html.diakses tanggan 2 Februari 2013, jam 21:00)._____. 2012. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari masa ke masa [online] (http://meizuwi.wordpress.com/2012/06/26/perkembangan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-dari-masa-ke-masa/. Diakses tanggal 3 Februaru 2013, jam 22:00)._____, 2012. Semakin Dilarang, Pengguna FB di Cina Kian Menggila [online] (http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=141310, diakses tanggal 11 November 2012, jam 17:00).
Resolusi Konflik Pada Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) Di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) FISIP Undip Annie Renata Siagian; Hedi Pudjo Santosa; Turnomo Rahardjo; Taufik Suprihatini
Interaksi Online Vol 3, No 4: Oktober 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.332 KB)

Abstract

Tujuan penelitian mengetahui pengalaman individu kelompok dalamresolusi konflik pada Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) di PersekutuanMahasiswa Kristen (PMK) Universitas Diponegoro.Penulis menggunakan Teori yang digunakan ialah Interaction AnalysisTheory dan Roles Theory untuk melihat bagaimana kegiatan komunikasikelompok yang melibatkan peran masing-masing anggota dalam kelompok.Penelitian ini menggunakan metoda penelitian perspektif interpretative kualitatifdan menggunakan pendekatan fenomenologi untuk melihat pengalaman individudalam resolusi konflik KTB. Informan yang digunakan dalam penelitian inisejumlah 6 (enam) orang dengan karakteristik merupakan tergabung dalamkelompok KTB minimal 1 tahun, memiliki status sebagai kakak pembimbing dantidak rutin melakukan komunikasi langsung dengan kelompok dan dapatdiwawancarai.Hasil penelitian berdasarkan lama mengikuti KTB dan status kakakpembimbing menunjukkan konflik kelompok yang bergabung 1 – 2, 5 tahunbersumber dari jarangnya kelompok berkumpul yang berakibat pada tingkatkenyamanan, keterbukan dan kepercayaan diri kepada kelompok rendah baikantar adik KTB maupun adik dengan kakak KTB. Hambatan datang pada masaawal-awal terbentuknya kelompok karena perbedaan latar belakang pendidikan,pandangan, etnis dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Para informanmelakukan adaptasi untuk mempertahankan interaksi dan pemeliharaan interaksidan pemeliharaan hubungan kelompok. Konflik yang terjadi seperti pembatalanjadwal KTB, tidak pernah KTB dan salahpaham. kesibukan masing-masingmenjadi konflik utama dalam kelompok KTB. Penyelesaian konflik yangdilakukan informan ini menggunakan strategi manajemen konflik win-winsolution dan kemauan untuk berkomunikasi. Pada penyelesaian konflikmenggunakan strategi “win-win solution” sebagian informan menyatakankeinginannya untuk menyelesaikan konflik.
RESEPSI KHALAYAK TENTANG TAYANGAN STAND UP COMEDY YANG MENGANDUNG UNSUR DISKRIMINASI Titis Ponco Setiyoko; Dr. Sunarto; Taufik Suprihatini
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKarakteristik masyarakat Indonesia yang plural menyebabkan timbulnya berbagaimacam stereotype pada setiap kultur budaya yang ada. Tindakan-tindakandiskriminatif sampai saat ini pun masih hadir dalam berbagai bentuk, salah satunyaditayangkan dalam bentuk hiburan stand up comedy dengan comic sebagaipenyampai pesan.Penelitian ini merupakan sebuah bentuk studi untuk melihat bagaimanaaudience membangun makna apa yang dikonstruksikan oleh media, melalui risetkhalayak melalui 6 informan dengan rentang usia 17-24 tahun dan berasal dariberbagai kota.Sebagai sebuah hiburan yang ditayangkan di media televisi yang merupakansalah satu sarana komunikasi, yang dinikmati oleh masyaraat dengan kultur yangbervariasi, oleh karena itu comic harus memahami komunikasi antar budaya dankomunikasi interpersonal dengan baik, karena stand up comedy adalah komedi yangdiadopsi dari luar dengan aliran bebas dan terbuka maka dituntut adanya tanggungjawab sosial dari media, hamper esmua informan menyatakan bahwa terdapat unsurunsurdiskriminasi yang disampaikan oleh comic dalam tayangan stand up comedymeskipun telah melalui tahap sensor dan editing, hal ini dapat dikonstruksikan bahwasegala hal mungkin dilakukan untuk menghibur penonton.Akhirnya dapat dismpulkan bahwa Sebagian besar informan berada pada posisidominant dimana penonton menerima makna-makna yang disodorkan oleh tayangan,Unsur diskriminasi yang disampaikan dalam tayangan stand up comedy bertujuanagar audience lebih open mindedness dalam menyikapi realita kehidupan denganidentitas kultural yang berbeda, Stand up Comedy merupakan humor intelektualkarena pesan yang disampaikan memerlukan daya tangkap dan pemikiran tertentuuntuk dicerna.Untuk itu disarankan Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapatmenggunakan pendekatan etnografi dengan lebih melihat pada latar belakang suku,agama, dan ras informan dengan harapan diperoleh resepsi khalayak yang lebihbervariatif, untuk media hendaknya menganut teori sosial responsibility (tanggungjawab sosial), dan hendaknya masyarakat lebih bersikap terbuka terhadap realitaskultur yang ada dengan menilai objektif pesan yang disampaikan dan lebihberorientasi pada isi pesan, disertai dengan mencari informasi dari berbagai sumber.Kata Kunci: Stand Up Comedy,DiskriminasiABSTRACIndonesian’s plural characteristics cause many kinds of stereotypes on every existingcultures. Acts of discrimination still present in many forms, one of it which isbroadcast in the form of stand-up comedy entertainment with the comic as amessenger.This research is a form of study to see how audiences construct meaning from what isconstructed by the media, using audience research through 6 informants with an agerange of 17-24 years and come from various cities.As an entertainment which aired on television as one of the communication means,which is enjoyed by people with varying cultures, therefore comic should understandintercultural communication and interpersonal communications well, because standupcomedy is a comedy adopted from foreign culture with free and open mindedbackground so it is required a social responsibility from the media, almost everyinformants stated that there are elements of discrimination in the impressionsconveyed by stand up comedy comic though it has been through the stages ofcensorship and editing, it can be constructed that everything possible to entertain theaudience.Finally it can be concluded that most of the informants are in a dominant positionwhich the audience accept the meanings offered by shows, Elements ofdiscrimination presented in stand up comedy shows, aims to make the audience moreopen-mindedness in addressing the realities of life with a distinct cultural identity,Stand up Comedy is an intellectual humor because the message requires a certainperception and thought to digest.It is recommended for future studies to use an ethnographic approach by focusing onethnic background, religion, and informant race in the hope to obtained a more variedaudience reception, the media should embrace the theory of social responsibility, andthe public should be more open to the reality of the existing culture to assessobjectively the message and more oriented to message content, along with seekinginformation from various sources.Key words: Stand Up Comedy, DiscriminationPendahuluanPermasalahan penelitianDiskriminasi terhadap kaum minoritas merupakan salah satu fenomena sosial yangtidak terpisahkan dari Negara Indonesia. Karakteristik masyarakat Indonesia yangplural menyebabkan timbulnya berbagai macam stereotype pada setiap kultur budayayang ada. Tindakan-tindakan diskriminatif sampai saat ini pun masih hadir dalamberbagai bentuk dan telah merambah ke berbagai bidang kehidupan bangsa dandianggap sebagai hal yang biasa dan wajar serta tidak menganggap bahwa haltersebut merupakan suatu bentuk diskriminasi. Seperti halnya yang terjadi padamereka yang memeluk agama Kristen. Diskriminasi terhadap agama Kristen diIndonesia telah terjadi sangat lama dan tidak terlihat adanya penyelesaiaan dari pihakpemerintah, terlihat dari tidak adanya buku-buku pelajaran dalam sekolah-sekolahumum yang mengupas sejarah kedatangan dan perkembangannya di Indonesia.Kebanyakan buku-buku pelajaran yang ada hanyalah seputar agama Hindu, Budha,dan Islam dan perkembanganya di Indonesia. Ataupun kasus Gereja Yasmin yangterjadi di daerah Bogor yang sampai saat ini masih menimbulkan konflik antarberbagai pihak. Pelarangan pendirian gereja di wilayah tersebut menuai konflik yangberkepanjangan antar umat Kristen dan Islam disana. BerdasarkanTEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia enggan menyelesaikan kasuspelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang berkaitan dengan kebebasan beragamawalaupun sudah diperingatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). KomisionerHAM PBB pada April 2011 menyampaikan surat diplomasi kepada KementerianLuar Negeri. Dalam surat itu pemerintah didesak agar segera menyelesaikan kasuskekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah dan penyerangan terhadap GKI TamanYasmin.(http://www.tempo.co/read/news/2012/02/05/063381842/GKI-Yasmin-Pemerintah-Tak-Mempan-Disorot-PBB, tanggal akses 27 februari 2012, Ananda W.Teresia)Berdasarkan Wahid Institute dalam www.bennisetiawan.blogspot.com,tercatat di tahun 2011 telah terjadi 92 kasus pelanggaran kebebasan beragama danberkeyakinan. Jumlah itu meningkat 18 persen dari tahun sebelumnya, 62 kasus.Pelarangan dan pembatasan aktivitas keagamaan atau kegiatan ibadah tercatat 49kasus. Disusul tindakan intimidasi dan ancaman kekerasan oleh aparat negara (20kasus), pembiaran kekerasan (11 kasus), kekerasan dan pemaksaan keyakinan sertapenyegelan dan pelarangan rumah ibadah (masing-masing 9 kasus). Pelanggaran lainadalah kriminalisasi atau viktimisasi keyakinan (4 kasus).(http://bennisetiawan.blogspot.com/2012/01/berperang-atas-nama-agama.html,tanggal akses 9 maret 2012, Benni Setiawan)Praktik diskriminasi yang telah banyak terjadi di masyarakat justru dihadirkankembali oleh media dengan representasi media. Dimana masalah-masalah tersebutselalu dihadirkan dalam tayangan-tayangan berjenis hiburan, sehingga khalayak yangmenonton lupa akan realitas yang sebenarnya. Inilah bentuk kekerasan simbolik yangdihadirkan oleh media pada khalayak. Belum lama ini Metro TV, menampilkansebuah acara baru dengan kategori hiburan, yaitu tayangan standup comedy show.Tayangan ini merupakan tayangan komedi yang bersifat lepas atau bebas. Bebasberarti, para komedian yang tampil dalam standup comedy bebas untuk membawakanmaterinya tanpa ada batasan, Tergantung dari point of view yang dimiliki olehseorang comic (sebutan untuk komedian standup comedy) terhadap suatu masalah.Bisa masalah sehari-hari, fenomena sosial, “uneg-uneg” maupun keresahan danketegangan yang dimiliki oleh seorang comic, bahkan sampai isu-isu yang sensitifbaik itu agama, suku, ras, dll.Bila dilihat kembali, humor-humor yang mengarah pada diskriminasi dansarkasme telah ada dalam keseharian masyarakat Indonesia baik dalam komunikasipersonal ataupun kelompok namun yang terjadi sekarang ini jelas sekali bertentanganperaturan dan perundangundangan yang ada karena pengungkapan kata yangseharusnya tidak layak didengar justru disiarkan oleh media dengan skala nasional.Dengan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang masih rendah, dan kurangkritisnya khalayak terhadap isi pesan di media menjadikan khalayak kita hanyamemakan pesan secara buta tanpa mengetahui arti dan makna yang sesungguhnyadari sebuah pesan di media.Tujuan penelitianAdapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahuibagaimana resepsi khalayak terhadap tayangan standup comedy yang di dalamnyamengandung unsur–unsur diskriminasiMetodologi PenelitianPenelitian ini menggunakan metode analisis resepsi. Metode ini digunakan untukmelihat bagaimana informan memaknai tayangan stand up comedy yangmengandung usur diskriminasi. Riset khalayak menurut Stuart Hall (1973: 123)membagi khalayak dalam 3 kategori pemaknaan yaitu: dominant, negotiated, danoppositional. Dalam kode dominan, penonton menerima makna-makna yangditawarkan oleh tayangan. Dalam kode negosiasi, penonton tidak sepenuhnyamenerima makna-makna yang ditawarkan tapi mereka melakukan negosiasi danadaptasi sesuai nilai-nilai yang dianutnya, sementara kode oposisi, penonton tidakmenerima makna yang diajukan dan menolaknya”.Teori Stuart Hall juga digunakan sebagai analisis data dalam penelitian iniHasil penelitianImplikasi teoritisPemaknaan khalayak dalam tayangan stand up comedy yang mengandung unsurdiskriminasi terbagi menjadi dua kategori yaitu negotiated dan dominant.Dalam kategori negosiasi (negotiated) informan berada pada posisi mengakui danmenyetujui preffered reading yang ditawarkan oleh media yaitu bahwa stand upcomedy adalah humor yang cerdas dan unsur diskriminasi yang ada di dalamnyaadalah hal yang wajar, tetapi khalayak juga menolak preffered reading tersebutartinya sebaiknya unsur diskriminasi tidak dimasukkan dalam humor apapunalasannya, dan dengan penyampaian yang halus sekalipun karena pola pikir danpemaknaan yang muncul setiap orang berbeda-beda. Ketika pesan diterima olehkhalayak dan pesan tersebut dirasakan kurang tepat, maka ia akan membuat negosiasidalam pemaknaannya. Sehingga pada posisi ini khalayak berada di tengah-tengahyaitu mengakui dan juga menolak preffered reading yang ditawarkan oleh acara standup comedy tersebut.Pada posisi ini semua diskriminasi ditampilkan secara wajar di media yaitudiskriminasi agama, ras, suku, tingkat ekonomi, dan kondisi fisik, karena hanyabertujuan untuk memeriahkan suasana tanpa adanya maksud untuk menyakitisiapapun bahkan membuka cakrawala pemirsa bahwa negara ini terdiri darimasyarakat yang beragam dengan latar belakang yang berbeda-beda, namun karenapola pikir masing-masing pribadi berbeda-beda maka ditakutkan akan menimbulkankonflik untuk ke depannya karena diskriminasi ditujukan untuk golongan minoritasseperti Nasrani, Thionghoa, Batak, Bias Gender (Waria), dan lain-lainSebagian khalayak menyatakan bahwa meskipun stand up comedy adalah sebuahhumor yang cerdas namun adanya unsur diskriminasi yang terdapat didalamnyaadalah hal yang wajar. Meskipun hal ini tidak seiring dengan tingkat pendewasaanmasyarakat sehingga untuk beberapa hal dapat memicu konflik. Diskriminasi dalamsebuah acara humor adalah bumbu yang membuat suatu acara menjadi lebih menarik,dan selama ini diskriminasi dalam humor merupakan hal yang sangat umum danberlangsung sejak puluhan tahun yang lalu.Sebagian besar khalayak mengakui adanya pemaknaan dominant dan iamenerima teks yang ditawarkan media yaitu bahwa stand up comedy adalah komedicerdas dan mengandung unsur diskriminasi yang meliputi perbedaan prinsip,penyampaian, pola pikir, pemaknaan, dan lain-lain. Sehingga pada posisi ini khalayakberada di posisi mengakui preffered reading yang ditawarkan oleh acara stand upcomedy. Dalam hal ini diskriminasi pada humor adalah hal yang wajar meskipununtuk beberapa hal dirasa kurang tepat khususnya untuk humor yang cerdassebaiknya tidak menyakiti pihak lain.Diskriminasi sendiri muncul karena adanya unsur latar belakang sejarah,perkembangan sosio kultural dan situasional, faktor kepribadian, dan perbedaankeyakinan, kepercayaan, dan agama. Unsur-unsur tersebut terlihat dari latar belakangcomic yang beragam sehingga dalam setiap penyampaian materi humor mereka jugamemiliki pola pikir, respon, dan penyampaian yang berbeda. Diskriminasi dalamhumor dapat diterima oleh khalayak dengan syarat diskriminasi tersebut ditujukanuntuk membuat suasana menjadi meriah, disampaikan dengan bahasa yang baik,berdasar pada latar belakang si comic, tetap mempertahankan sisi humor yang munculsehingga memperkecil terjadinya konflik, perlu adanya proses sensor sehingga halhalyang sangat sensitif dapat diminimalisir seperti humor yang mengandungdiskriminasi agama karena hal ini bersifat sangat pribadi.Komunikasi antar budaya akan terjalin setelah adanya komunikasi antarpribadi antara comic dan audience¸dalam hal ini pesan yang ingin disampaikan olehseorang comic melalui tema komedi dibawakan akan menjadi efektif jika adakomunikasi interpersonal yang baik, dalam stand up comedy komunikasiinterpersonal yang terjalin adalah comic menyampaikan aspek kepribadiannyamelalui pengalaman hidup dan cerita kehidupannya yang dibawakan dalam bentukkomedi dengan harapan audience juga mempunyai pemikiran yang sama dengan apayang dia sampaikan sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik(Rakhmat, 2005: 122)Dalam studi komunikasi antar budaya, ketidaktulusan dalam menjalininteraksi dicerminkan oleh sebuah konsep yang dikenal dengan mindlessness, yaituorang yang sangat percaya pada kerangka referensi yang sudah dikenal, kategorikategoriyang sangat rutin dan cara-cara melakukan sesuatu yang sudah lazim (Ting-Toomey, dalam Mulyana, 2008: 11). Artinya ketika melakukan kontak antar budayadengan orang lain (stranger), individu yang berbeda dalam keadaan mindlessmenjalankan aktivitas komunikasinya seperti automatic pilot yang tidak dilandasidengan kesadaran dalam berpikir (conscious thinking).Individu tersebut lebih berada pada tahapan reaktif daripada proaktif. olehkarena itu untuk mencapai keadaan mindfull dalam komunikasi antarbudaya, makaseseorang perlu menyadari bahwa ada perbedaan-perbedaan dan kesamaan-kesamaandalam diri masing-masing anggota kelompok budaya, pihak-pihak yangberkomunikasi merupakan individu-individu yang unik. Dalam deskripsi yang lebihkonkrit, Langer mengatakan bahwa mindfulness terjadi ketika seseorang 1) memberiperhatian pada situasi dan konteks; 2) terbuka terhadap informasi baru; 3) menyadariadanya lebih dari satu perspektif (Mulyana, 2008:12)PenutupBerdasarkan hasil dari penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar informan berada pada posisidominant hegemonic position. Adanya unsur diskriminasi yang dimunculkan dalam stand upcomedy tidak merubah pemaknaan informan terhadap sebuah humor stand up comedy. Unsurdiskriminasi yang disampaikan dalam tayangan stand up comedy bertujuan agar audiens lebih openminded dalam menyikapi realita kehidupan dengan identitas kultural mereka, melalui sebuah humorjenis verbal seperti stand up comedy unsur diskriminasi berfungsi dalam menciptakan keadaan yangmindfullnesSaranUntuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan pendekatan yangberbeda dengan lebih melihat pada latar belakang informan dengan harapan diperolehresepsi khalayak yang lebih bervariatif. Agar tidak menimbulkan persepsi yangnegatif di masyarakat, maka media hendaknya menganut teori sosial responsibility(tanggung jawab sosial), seiring dengan perkembangan media massa maka menuntutpara pelakunya untuk memiliki suatu tanggung jawab sosial. Para pemilik danpengelola pers menentukan siapa-siapa, fakta yang bagaimana, versi fakta yangseperti apa yang dapat disiarkan kepada masyarakat dengan menghindari topik yagrasis, gender, atau humor yang audience akan berkeberatan mendengarkannya.Hendaknya masyarakat lebih bersikap terbuka terhadap realitas kultur yang adadengan menilai objektif pesan yang disampaikan dan lebih berorientasi pada isipesan, disertai dengan mencari informasi dari berbagai sumber.DAFTAR PUSTAKABukuAbdullah, Irwan. (2001). Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan, Tarawang Press,YogyakartaAbdullah, Irwan. (2007). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan.Yogyakarta:Pustaka PelajarBarker, Chris. (2008). Cultural Studies, Teori & Praktik. Yogyakarta:Kreasi WacanaBlake, Marc. (2005). How to be a Comedy Writer. Great Britain: SummersdalePublishers LtdDarminto, M. Sudarmo. (2004). Anatomi Lelucon Indonesia. Jakarta: ParhumiDenzin, Norman dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research.Yogyakarta: Pustaka PelajarFakih, Mansour. (2002). Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, PustakaPelajar, YogyakartaHelitzer, Mel, dan Mark Shatz. (2005). Comedy Writing Secret. (2nd edition). Writer'sDigest Books,Hall, Stuart. (1973). ‘The Television Discourse : Encoding and Decoding’, dalamCulture, Media, Language ed Stuart hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe andPaul Willis. London : Hutchinson, 1980Haryatmoko, (2007), Etika Komunikasi, Yogyakarta : Penerbit KanisiusJ. Lexy, Moleong, (2004) Metodologi Penelitian Kualitatif. (edisi 4). Bandung:Remaja RosdakaryaLefcourt, H.M, (2005), Humor, dalam Handbook of Positif Psychology by Snyder &Lopez, New York: Oxford University PressLittlejohn, S.W, (1996), Thories of Human Communication (fifth edition), WadsworthPublishing Company, Belmont, CaliforniaLeggat, Alexander, (2002). The Cambridge Companion To Shakespearean Comedy.United Kingdom: Cambridge University PressMcQuail, Dennis. (2002). Teori Komunikasi Massa. Diterjemahkan oleh Agus Darmadan Aminudin Ram, Erlangga, JakartaMindess, (1991), The Antioch Humor Test. New York: Avon BooksMulyana, Deddy, (2008), Komunikasi Humoris. Simbosia rekatama Media, BandungRahardjo, Turnomo, (2005), Menghargai Perbedan Kultural, Yogyakarta: PustakaPelajarRakhmat, Jalaluddin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.Rayner, Philip, Peter Wall, and Stephen Kruger. (2004). Media Studies: The EssentialResource. London and New York: RoutledgeRogers, Everett, M. (1986). Communion Technology, London: The Free Press, CollierMacmillan PbliRuben, Brent, D, dan Lea P Stewart, (1996). Communication and Human Behavior,Allan & bacon A. Viacom Company, USA. Edisi IVRudy, May,Teuku. (2005). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional.Bandung: PT Refika AditamaSarlito,(1996), Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan BintangSarwono, Sarlito Wirawan, (1999). Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori,Jakarta: Balai Pustaka.Setaiti. Eni.(2005). Ragam Jurnalistik baru dalam Pemberitaan. Jogyakarta : CVAndi Offset.Sudibyo, (2004). Ekonomi Politik Dunia Penyiaran. Yogyakarta: LKISSuhadi,M. Agus, (1989). Humor itu Serius. Jakarta: PT Pustaka Karya GrafikatamaSullivan, Tim O’ et all. (1994). Key Concept in Communication and Cultural Studies.second edition. London and New york: RoutledgeSuranto, (2010), Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta. Graha IlmuSuyanto, Bagong. (2006). Metodologi Penelitian sosial, Jakarta, KencanaWiryanto. (2006). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo.Wibowo, Fred. (1997). Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta, GramediaWidiasarana IndonesiaWest, Richard. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Jakarta:Salemba HumanikaMakalah dan JurnalAudrieth, Anthony L. (1998). The Art of Using Humor in Public Speaking, Psicologyof HumorAyuningtyas, Retno. (2010). Analisis Resepsi Pemirsa tentang Diskriminasi Genderdalam Tayangan Bukan Empat Mata, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas DiponegoroEnggaringtyas, Arum. (2011). Stereotip dan diskriminasi gender terhadap wartawanperempuan di Harian Surya. Universitas Kristen PetraFatt, James. (1998). Why do we laugh?, Communication World. Vol.15 No. 9Hidayat, Dedy, N. (1999). Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi,"Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. No. 3 (April, 1999), hal. 34-35Martin, Rod A. (2003). Sense of Humor. In S. J. Lopez and C. R. Snyder. (Eds.).Possitive Psycological Assessment: University Of Western Ontario LondonMunandar. (1996). Humor: Makna Pendidikan dan Penyembuhan. Suatu TinjauanPsikologis. Makalah. (Dalam Seminar Humor Nasional). SemarangNasir. (2004). Perubahan Struktur Media Massa Indonesia dari Orde Baru ke OrdeReformasi, Kajian Media Politik-Ekonomi. DisertasiPurnama, Indah Dwi. (2009). Film Nagabonar Karya Asrul Sani dan FilmNagabonar Jilid 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi. Fakultas Sastra,Universitas Sumatera Utara,Puspitasari, Aprilia. (2010). Resepsi Khalayak atas Sosok Idola dalam TayanganTelevisi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas DiponegoroSaraswati. (1999). Hubungan Sense of Humor dengan Penyesuaian Diri. Yogyakarta:Universitas Islam IndonesiaSutedjo, Hadiwasito. (1996). Penyusunan Pesan, Makalah Pendidikan Creative danAccount , PPPI Jawa Tengah, 3-4 Mei 1996Tripuspitarini, Hana. (2010). Naturalisasi Kekerasan dalam Komedi Opera Van Java,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro.InternetAritonang, Philemon. (2012). Kompasiana: Stand Up Comedy Berbau Sara. Dalam,http://sosbud.kompasiana.com/2011/09/23/stand-up-comedy-di-metro-tvberbau-sara/. Diunduh pada 14 maret 22.11 WIBArinjaya, I Dw Gd Erick Krisna. (2013). Tips Humor yang Cerdas. Dalam,http://blogdoodey.blogspot.com/2011/04/tips-humor-yang-cerdas.html.Diunduh pada 7 Maret pukul 19.50 WIBHang, yeni. (2012). Diskriminasi Pendidikan Untuk Tionghoa. Dalam,http://yinnihuaren.blogspot.com/2011/10/diskriminasi-pendidikan-untuktionghoa.html. Diunduh pada 9 maret pukul 21.38 WIBJinggaberseri: Stand Up Comedy Indonesia. (2012). Dalam,http://www.squidoo.com/Stand-Up-Comedy-Indonesia-Jinggaberseri.Diunduh pada 2 Juli pukul 22.20 WIBKoran Jakarta. (2012). Stand Up Comedy. Dalam,http://m.koranjakarta.com/?id=75503&mode_beritadetail=1. Diunduh pada27 februari 20.48 WIBLynch, Owen. H. (2002). Humorous Communication: Finding a Place for Humor inCommunication Research. international communication. vol 12, p. 423-44.Dalam,http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.14682885.2002.tb00277.x/abstractManuputty, Cavin R., dan Basfin Siregar. (2013). Lintang Atiku: Sejarah PerjalananStand Up Comedy Indonesia. Dalam,http://www.lintangatiku.com/2013/01/sejarah-perjalanan-stand-upcomedy-indonesia.html. Diunduh pada 3 Januari pukul 23.21 WIBSetiawan, Beny. (2012). Berperang atas Nama Agama. Dalam,http://bennisetiawan.blogspot.com/2012/01/berperang-atas-namaagama.html. diunduh pada 9 maret pukul 21.45 WIBSiahaan, Samuel hasiholan. (2012). Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. BukuTamu, dalamhttp://www.pgi.or.id/index.php?option=com_rsmonials&Itemid=28. Diunduhpada 11 maret pukul 20.28 WIBSetyawan, Dharma. (2012). Komunitas Hijau: Khotbah Stand Up Comedy. Dalamhttp://www.dharmasetyawan.com/2011/11/media-sosial-dan-kotbah-standup-comedy.html. tanggal akses 14 maret pukul 22.18 WIBSido, Fandy. (2012). Kompasiana: Tayangan Humor Indoensia Sarkatis. Dalam,http://hiburan.kompasiana.com/humor/2011/08/05/tayangan-humorindonesia-sarkastis-385608.html. Diunduh pada 14 maret pukul 22.23 WIBTeresia, Ananda W. (2012). Tempo: GKI Yasmin: Pmerintah Tak Peduli. Dalam,http://www.tempo.co/read/news/2012/02/05/063381842/GKI-Yasmin-Pemerintah-Tak-Mempan-Disorot-PBB. Diunduh pada 27 februari pukul 20.30WIBUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002. (2012). Dalam,http://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/170/uu39_1999.pdf.Diunduh pada tanggal 27 Februari 21.00 WIBWirodorono, Sunardian. (2012). Jurnal Sunardian: Stand Up Comedy Indonesia.Dalam, http://sunardian.blogspot.com/2012/03/stand-up-comedy-indonesiayah.html. Diunduh pada 14 maret 2012 pukul 22.14 WIBZuhri, Syaripudin. (2013). Humor Itu Mencerdaskan Bukan Merendahkan. Dalamhttp://hiburan.kompasiana.com/humor/2012/10/23/humor-itumencerdaskan-bukan-merendahkan-503542.html. Diunduh pada 27 Februari2013. 21.10 WIBZulfikar, Ahmad (2012). Gudang Materi: Stand Up Comedy di Indonesia dan Dunia.Dalam, http://www.gudangmateri.com/2012/01/stand-up-comedy-diindonesia-dan-dunia.html. Diunduh pada tanggal 14 maret 22.20 WIBFerfei. (2012). Stand Up Comedy: Canda Tawa Berdiri Sampai Mati. Dalam,http://light.mindtalk.com/StandUpComedy/post/4e9ea719f7b73028df00039f. Diunduh pada 14 Juli 2012 pukul 13.23WIB
REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM SAMPUL MAJALAH FEMINA Ade Ayu Kartika Sari Rezki; Taufik Suprihatini; Triyono Lukmantoro
Interaksi Online Vol 1, No 3: Agustus 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM SAMPUL MAJALAH FEMINAAde Ayu Kartika Sari RezkiJurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas DiponegoroAbstrakMedia massa di Amerika Serikat menampilkan gambaran sosok perempuan yang berbeda-beda tiap masanya, ada ikon perempuan yang dikenal dengan the vamp, the flapper, the college girl, dan masih banyak lainnya. Terjadinya perubahan ini tidak hanya dipengaruhi oleh adanya perubahan peran jender, tapi lebih dipengaruhi oleh banyak hal seperti perkembangan teknologi, perubahan dalam bidang ekonomi, dan sosial. Perbedaan dalam menampilkan gambaran sosok perempuan juga terjadi di Indonesia, pada majalah Femina. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini, sehingga ingin diketahui mengenai bagaimana perempuan digambarkan dalam Femina selama beberapa periode, dan mengapa perempuan digambarkan seperti demikian. Penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan semiotika Barthes dan representasi, bertujuan untuk mengetahui bagaimana sosok perempuan ditampilkan dalam sampul. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme yang bertujuan untuk memahami mengapa perempuan direpresentasikan seperti pada sampul majalah yang diteliti, realitas apa saja yang dikonstruksikan dan ditampilkan. Sampul majalah Femina yang dianalisis dibagi dalam lima periode, yaitu tahun 1970-an, 1980-an, 1990-an, 2000-an, 2010 – saat ini, dan dalam setiap periodenya dipilih tiga sampul majalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 1970-an dari tiga sampul yang dianalisis perempuan digambarkan lebih dominan dalam peran domestik sebagai seorang ibu atau sebagai seorang istri. Pada tahun 1980-an dari tiga sampul yang dianalisis perempuan digambarkan dalam sosok yang lebih bervariasi seperti perempuan yang fun, atau perempuan karier. Pada tahun 1990-an dari tiga sampul yang dianalisis perempuan digambarkan dalam seorang yang modern dan berasal dari kalangan menengah ke atas, berpenampilan elegan atau glamor. Pada tahun 2000-an hingga saat ini dari enam sampul yang dianalisis menampilkan perempuan dalam isu sehari-hari, seperti hubungan kedekatan dengan sahabat atau kakak-adik perempuannya, perempuan karier. Penggambaran sosok perempuan yang berbeda menunjukkan bahwa Femina sebagai media massa tidak menampilkan semua situasi yang sedang terjadi, bahkan terkadang menggambarkan situasi yang baru. Hal tersebut menunjukkan sifat media massa sebagai pengkonstruksi realita.Key Words: Representasi Perempuan, Media Massa, Majalah Wanita, Semiotika, Konstruksi Realitas.PendahuluanMedia massa dalam hal ini adalah majalah memiliki berbagai fungsi, Wright mengidentifikasi terdapat empat fungsi media yang dikenal the classic four functions of the media. Keempat fungsi tersebut adalah; (1) surveillance dari lingkungan, (2) menghubungkan dari bagian-bagian sosial dalam memberi respon ke lingkungan, (3) transmisi dari kebudayaan sosial dari satu generasi, ke generasi selanjutnya, dan (4) hiburan. Dari keempat fungsi tersebut, fungsi transmisi adalah salah satu fungsi yang menunjukan bagaimana kekuatan media massa dalam mempengaruhi khalayaknya. Melalui fungsi ini sebuah majalah dapat mewariskan norma-norma ataupun nilai-nilai tertentu dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya (Baran and Davis, 2010: 178-179).Di Amerika Serikat, diadakan penelitian mengenai bagaimana representasi perempuan ditampilkan dalam media massa. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi perubahan ikon visual wanita dalam media massa Amerika. The True American Woman, The College Girl, The Vamp, The Flapper merupakan beberapa sosok perempuan yang ditampilkan dalam media massa. Transisi ini tidak hanya berkaitan dengan adanya perubahan peran jender, adanya aspirasi sosial dan ekonomi dalam pertumbuhan kelas menengah di Amerika juga turut mempunyai andil yang besar (Kitch, 2001: 18).Media massa di Indonesia juga mengalami perkembangan, ditandai munculnya segmentasi majalah yang mulai tampak pada tahun 1970-an, salah satu contohnya adalah kehadiran majalah wanita. Majalah wanita dinilai memiliki peran yang sangat responsif dalam perubahan keadaan sosial wanita pada umumnya, hal tersebut karena majalah wanita memiliki spesialisasi market yang jelas dan dalam skala yang kecil (Strinati, 2004: 169-170).Salah satu majalah wanita di Indonesia adalah Femina. Terbit sejak tahun 1972, Femina yang merupakan majalah wanita modern pertama di Indonesia, sampai saat ini dianggap masih bisa mempertahankan eksistensinya. Dilihat dari sampulnya, terdapat perubahan yang terjadi antara sampul tahun 1970-an, 1980-an, hingga sampul pada saat ini.Sampul merupakan salah satu bagian penting dari suatu majalah. Menurut Swann, sampul majalah memiliki dua fungsi utama yaitu harus bisa “menjual” konsep majalah itu secara keseluruhan seperti sama halnya dengan publikasi, serta harus bisa mencerminkan tingkat intelektual dari isi editorial majalah. Pendapat yang hampir sama, dikemukakan oleh Click dan Baird, dijelaskan bahwa cover majalah memiliki fungsi yang lebih personal dibandingkan hanya fungsi intelektual saja. Sampul majalah diibaratkan sebagai wajah dari majalah itu, sama seperti wajah orang yang menjadi indikator utama dari kepribadian seseorang (McKay, 2001: 162).Femina sebagai majalah wanita dinilai mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku pembacanya, selain itu dengan tingginya tingkat sirkulasimenunjukkan bahwa Femina diminati oleh perempuan Indonesia dan secara tidak langsung memiliki pengaruh yang cukup besar dalam hidup wanita Indonesia. Sebagai salah satu media massa, tak dapat dipungkiri bahwa Femina memiliki sifat yang tidak bebas nilai, karena dianggap sebagai sarana untuk menanamkan pandangan atau nilai-nilai tertentu kepada para pembacanya. Hal tersebut dapat dapat dilihat dari sampul yang ditampilkan, karena dengan sebuah sampul dapat mewakili keseluruhan isi dari suatu majalah.Dari hal-hal tersebut muncul pertanyaan mengenai seperti apakah Femina menggambarkan perempuan dalam sampul majalahnya? Dan mengapa perempuan digambarkan sedemikian rupa seperti pada sampul majalah Femina yang diteliti?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana perempuan digambarkan dalam tanda-tanda, mengungkapkan representasi yang ada tentang mengapa perempuan direpresentasikan sedemikian rupa seperti dalam sampul majalah Femina.MetodaTipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2007: 6). Untuk menjawab tujuan penelitian dilakukan dengan pendekatan semiotika, karena tiap objek budaya membawa pesan tersendiri dan semua praktek budaya bergantung pada makna yang dihasilkan tanda-tanda.Subyek dalam penelitian ini adalah sampul Femina (versi cetak) yang didapatkan melalui browsing di internet. Setelah terkumpul, dipilih tiga sampul majalah dari masing-masing periode. Sampul yang dipilih adalah sampul dalam kondisi yang baik yaitu gambarnya masih terlihat dengan jelas, sehingga dapat dianalisis. Periode dibagi menjadi lima, periode 1970-an, 1980-an, 1990-an, tahun 2000-an, dan 2010 sampai saat ini.Analisis data yang dilakukan menggunakan teknik dari Roland Barthes yaitu tentang dua tingkat tingkatan pertandaan (staggered system) yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang bertingkat yaitu denotasi dan konotasi (Sunardi, 2002: 84-85).PembahasanTataran Denotasi dan Konotasi pada Sampul FeminaDalam menemukan tataran denotasi dan konotasi pada sampul majalah tidaklah sama. Menganalisis tataran denotasi tidak perlu sampai ke unit-unit terkecilnya, sebaliknya untuk tataran konotasi penguraian harus sampai ke unit-unit terkecil. Dengan tahapan; photo trick, pose, objek, fotogenia, estetisisme, dan sintaksis (Barthes, 2010: 5-12).Pada tahun 1970-an terdapat tiga sampul yang dianalisis. Sampul pertama, edisi 01 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan mengenakan pakaian terusan berwarna kuning tua, dan mempunyai sepuluh tangan yang masing-masing memegang benda tertentu, seperti papan penggilasan, sebuah wajan teflon, sebuah cermin wajah yang berbentuk oval, sebuah benda yangberbentuk hati dan berwarna merah, sebuah jam dinding, sebuah setrika, sebuah celengan dari tanah liat, sebuah buku, sebuah mesin tik, dan memegang sebuah gunting dengan sehelai kain. Di bawah perempuan yang sedang berdiri tersebut, duduk seorang anak perempuan kecil dengan atasan berwarna putih, dan bawahan merah”. Lalu, pada tataran konotasinya menampilkan perempuan dalam melakukan peran ganda. Yang dimaksud peran ganda perempuan yaitu peran perempuan dalam ranah domestik dan dalam ranah publik, peran sebagai ibu dan peran sebagai wanita karir, yang dituntut untuk bisa selalu menyeimbangkan keduanya (Sulqifli, 2010).Sampul kedua, edisi 61 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan berambut pendek mengenakan terusan hitam bermotif bunga sedang duduk di sebuah kursi kayu.” Lalu, pada tataran konotasinya menampilkan perempuan dalam sosok seorang nyonya besar. Model dalam sampul yang penampilannya modern, anggun, dan elegan menunjukkan bahwa dia berasal dari kelas atas, karena untuk dapat tampil sedemikian rupa membutuhkan materi yang tidak sedikit dan biasanya kalangan kelas atas yang berpenampilan seperti itu. Selain itu, sosoknya yang terlihat mendominasi atau punya kekuasaan identik dengan ciri khas seorang nyonya besar.Sampul ketiga, edisi 64 memiliki tataran denotasi: “terdapat dua orang perempuan. Perempuan pertama mengenakan pakaian terusan tanpa lengan berwarna coklat khaki sedang duduk memegang cangkir. Perempuan kedua mengenakan pakaian dengan potongan yang sama berwarna putih sedang berdiri memegang cangkir.” Lalu pada tataran konotasinya menampilkan perempuandalam sosok seorang sosialita. Sosialita lebih diartikan sebagai sejenis gaya hidup yang mewah, berkumpul dengan kelompok tertentu yang melakukan aktifitas-aktifitas yang tidak biasa, dan malah sedikit melakukan kegiatan sosial (Hardjanto, 2013)Pada tahun 1980-an terdapat tiga sampul yang dianalisis. Sampul pertama, edisi 179 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan dengan ekspresi wajah tersenyum, menggunakan atasan berkerah dengan corak leopard, dan menggunakan topi baret berwarna merah.” Lalu pada tataran konotasinya menampilkan perempuan dalam sosok yang fun, ekspresif dalam menampilkan dirinya, berani dan percaya diri.Sampul kedua, edisi 01 memiliki tataran denotasi: “terdapat dua orang perempuan dalam posisi yang berdekatan. Perempuan pertama sedang tersenyum lebar, posisinya di atas, dan mengenakan atasan berwarna pink. Perempuan kedua tersenyum tipis, posisinya di bawah, dan mengenakan atasan berwarna biru.” Lalu pada tataran konotasinya menampilkan dua perempuan sebagai sosok yang perempuan yang bekerja dan masing-masing memiliki karakter yang berbeda.Sampul ketiga, edisi 15 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan dengan pose berkacak pinggang, mengenakan pakaian batik berwarna merah.” Lalu pada tataran konotasinya menampilkan sosok perempuan Indonesia yang berasal dari Jawa dan berkarakter berkarakter berani, kuat, tangguh, agresif, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan cenderung senang untuk tampil beda dengan yang lain.Pada tahun 1990-an terdapat tiga sampul yang dianalisis. Sampul pertama, edisi 36 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan dengan tatanan rambut updo, mengenakan pakaian dengan model sleeveless berwarna coklat, sedang tersenyum sambil menyilangkan tangannya.” Lalu pada tataran konotasinya menampilkan perempuan karier yang masuk dalam kelompok white collar dan penampilannya menunjukkan bahwa perempuan ini berasal dari kelas sosial atas.Sampul kedua, edisi 23 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan dengan tatanan rambut sleek, mengenakan dress dan anting-anting berwarna merah dengan ekspresi wajah yang tatapan matanya ke depan sambil tersenyum simpul.” Lalu pada tataran konotasinya menampilkan sosok perempuan elegan.Sampul ketiga, edisi 48 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan dengan tatanan rambut updo, mengenakan dress berwarna pink dan scarf berwarna sama, sedang tersenyum menatap ke arah kamera.” Lalu pada tataran konotasinya menampilkan sosok perempuan yang tampil modern dan glamor dilihat dari pilihan gaya tatanan rambut, pakaian dan aksesoris yang dikenakannya.Pada tahun 2000-an terdapat tiga sampul yang dianalisis. Sampul pertama, edisi 46 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan yang mengenakan atasan bustier dan bawahan abu-abu sedang berpose menghadap kamera.” Lalu pada tataran konotasinya menampilkan sosok perempuan cantikyang berpenampilan seksi yang didefinisikan dengan bentuk tubuh yang ramping dan berlekuk, memiliki leher yang jenjang, dan berkulit coklat.Sampul kedua, edisi 35 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan yang mengenakan halter neck dress berwarna putih, yang tersenyum dan terlihat seperti sedang menahan gaunnya yang tertiup angin dengan kedua tangannya.” Lalu pada tataran konotasinya menampilkan gambaran sosok perempuan melalui sosok ikon terkenal yaitu Marilyn Monroe yang dikenal sebagai ikon kecantikan dan sensual.Sampul ketiga, edisi 03 memiliki tataran denotasi: “terdapat tiga orang perempuan dengan gaya berpakaian yang berbeda terlihat sedang tersenyum dan dalam posisi yang saling berdekatan.” Lalu pada tataran konotasinya menggambarkan sosok tiga perempuan yang memiliki hubungan yang erat atau biasa disebut dengan istilah sisterhood.Pada tahun 2010 hingga saat ini terdapat tiga sampul yang dianalisis. Sampul pertama, edisi 22 memiliki tataran denotasi: “terdapat dua perempuan mengenakan pakaian yang seragam warnanya yaitu kuning dan hitam, terlihat sedang berdiri dan tersenyum.” Lalu pada tataran konotasinya menggambarkan dua sosok perempuan yang memiliki hubungan sebagai kakak-adik dan masing-masing digambarkan memiliki kesamaan juga perbedaan.Sampul kedua, edisi 161 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan mengenakan atasan berkerah biru, dipadukan dengan celana putih, yang sedang duduk melipat tangan dan tersenyum menatap kedepan.” Lalu pada tatarankonotasinya menggambarkan sosok perempuan karier yang dinamis, percaya diri, dan suka memperhatikan penampilannya.Sampul ketiga, edisi 11 memiliki tataran denotasi: “terdapat seorang perempuan mengenakan bustier hitam, celana panjang hitam, dan dipadukan dengan blazer putih, sedang duduk pada sebuah kursi dikelilingi tiga pria yang berdiri di belakangnya.” Lalu pada tataran konotasinya menggambarkan sosok perempuan yang memiliki posisi karier yang tinggi yaitu memiliki posisi sebagai atasan.Gambaran Perempuan dalam Sampul Majalah FeminaPeriode tahun 1970-an menampilkan tiga sampul Femina, yaitu edisi 01 atau edisi perdana, edisi 61, dan edisi 64. Pada sampul pertama yang menampilkan perempuan dalam peran ganda menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari realita yang ditampilkan. Pada sampul kedua menampilkan perempuan dalam sosok seorang nyonya besar dapat menjadi suatu petunjuk yang menggambarkan keadaan perempuan dan perekonomian Indonesia saat itu. Pada sampul ketiga menunjukkan bahwa Femina menjadi acuan gaya hidup kaum kelas menengah ke atas, mencerminkan keadaan politik dan ekonomi Indonesia pada tahun 1970-an. Pada periode ini perempuan yang ditampilkan dalam sampul yang dianalisis memiliki kesamaan yaitu ditampilkan lebih dominan peranannya dalam ranah domestik, dan berasal dari kalangan ekonomi atas.Periode tahun 1980-an menampilkan tiga sampul Femina yaitu edisi 179, edisi 01, dan edisi 15. Pada sampul pertama menunjukkan bahwa sosok perempuan yang ditampilkan berbeda dengan periode sebelumnya dapat menjadi tanda bahwa Femina memiliki “pembaca baru” yang memiliki karakteristikberbeda dengan sebelumnya. Pada sampul kedua yang menampilkan perempuan sebagai pekerja kalangan menengah menunjukkan bahwa sampul tersebut mencerminan keadaan sosial masyarakat pada saat itu. Pada sampul ketiga yang menampilkan seorang perempuan yang mengenakan aksesoris khas suatu budaya Barat dapat menjadi suatu tanda bahwa di Indonesia sedang terjadi proses masuknya budaya-budaya asing. Pada periode ini perempuan dalam sampul-sampul ditampilkan lebih bervariasi, dilihat dari ekspresi maupun gaya penampilannya.Periode tahun 1990-an menampilkan tiga sampul Femina, yaitu edisi 36, edisi 23, dan edisi 48. Pada sampul pertama yang menampilkan sosok perempuan modern menunjukkan bahwa pada saat itu keadaan masyarakat Indonesia khususnya daerah perkotaan sedang berkembang dengan pesat dan segala hal yang berbau modern menjadi daya tarik tersendiri. Pada sampul kedua dan ketiga juga menampilkan hal yang sama, yaitu sosok perempuan modern, hal ini menegaskan bahwa Femina memiliki peran dalam memacu atau memberi inspirasi bagi para pembacanya mengenai gaya hidup. Pada periode ini perempuan yang ditampilkan dalam tiga sampul yang dianalisis memiliki kesamaan, yaitu menampilkan sosok yang modern dan berasal dari kalangan ekonomi atas.Periode tahun 2000-an menampilkan tiga sampul Femina, yaitu edisi 46, edisi 35, dan edisi 03. Pada sampul pertama yang menampilkan sosok perempuan cantik dan seksi menunjukkan bahwa majalah ini tidak mencerminkan keadaan ekonomi maupun politik Indonesia saat itu, tapi lebih memberikan acuan ataupandangan lain untuk perempuan Indonesia dalam hal definisi kecantikan. Pada sampul kedua yang menampilkan sosok perempuan sebagai Marylin Monroe secara tidak langsung dapat menunjukkan bahwa di Indonesia sedang terjadi proses globalisasi yang memungkinkan banyak informasi dari luar masuk ke Indonesia, salah satunya dalam bidang hiburan. Pada sampul ketiga yang menggambarkan isu kaum perempuan yaitu sisterhood, menunjukkan bahwa Femina tidak mencerminkan kondisi perekonomian ataupun politik pada tahun tersebut. Pada periode ini dari ketiga sampul yang dianalisis menampilkan isu-isu yang menyangkut kehidupan seputar perempuan.Periode tahun 2010 hingga saat ini menampilkan tiga sampul Femina, yaitu edisi 22, edisi 161, dan edisi 11. Pada sampul pertama yang menampilkan sosok dua perempuan kakak beradik tidak mencerminkan keadaan ekonomi maupun politik Indonesia saat itu. Pada sampul kedua yang menampilkan sosok perempuan karier yang dinamis, meskipun sosok perempuan tersebut tidak bisa mewakili semua perempuan yang bekerja, namun sosok yang ditampilkan dalam sampul tersebut dapat menjadi acuan atau insipirasi. Pada sampul ketiga yang menampilkan perempuan memiliki posisi yang tinggi dalam kariernya dapat mencerminkan keadaan perempuan yang saat ini posisinya sudah semakin setara dengan kaum pria, khususnya dalam bidang pekerjaan. Pada periode ini dari ketiga sampul yang dianalisis memiliki kesamaan dengan periode sebelumnya, yaitu menampilkan isu yang dekat dengan kehidupan perempuan.PenutupKesimpulanAnalisis sampul Femina selama lima periode menunjukkan bahwa pada tiap sampulnya, Femina merepresentasikan perempuan secara berbeda. Perubahan dalam tiap sampul dapat dipengaruhi oleh kondisi masyarakat yang sedang terjadi. Pada beberapa edisi sampul Femina yang telah dianalisis, ditemukan bahwa gambaran dalam sampul dapat menjadi semacam petunjuk dari kondisi yang terjadi saat itu. Namun, beberapa sampul lainnya menunjukkan hal yang tidak berhubungan dengan kondisi masyarakat yang sedang terjadi.Femina sebagai media massa mempunyai sifat yang disebut pengkonstruksi realitas, yaitu Femina dapat memilih bagaimana menampilkan suatu keadaan atau realitas yang sedang terjadi. Dalam merepresentasikan sosok perempuan dalam sampulnya, Femina tidak secara “mentah” menampilkan seluruh realitas yang ada.DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKAAhman, Eeng dan Epi Indriani. (2007). Membina Kompetensi Ekonomi. Bandung: Grafindo Media PratamaArivia, Gadis. (2006). Feminisme: Sebuah Kata Hati. Jakarta: KompasBaran, J. Stanley and Dennis K. Davis. (2010). Mass Communication Theory: Foundation, Ferment, and Future (6th ed.). USA: WadsworthBarker, Chris. (2000). Cultural Studies, Theory and Practice. London: SageBarker, Chris. (2004). The Sage Dictionary of Cultural Studies. London: SageBarthes, Roland. (2010). Imaji, Musik, Teks. Yogyakarta: Jalasutra.Bayu, W.M dan Gora W.S. (2007). Bikin Film Indie itu Mudah!. Yogyakarta: Andi OffsetBerger, Arthur Asa. (2010). The Objects of Affection: Semiotics and Consumer Culture. USA: Palgrave MacmillanBudiman, Kris. (2011). Semiotika Visual – Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta: JalasutraBurton, Graeme. (2002). More Than Meets the Eye: An Introduction To Media Studies (3rd ed.). London: ArnoldChandler, Daniel. (2007). Semiotics: The Basic (2nd ed). New York: RoutledgeCobley, Paul. (2010). The Routledge Companion to Semiotics. New York: RoutledgeDanesi, Marcel. (2002). Understanding Media Semiotics. London: ArnoldDanesi, Marcel. (2004). Messages, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and Communication Theory (3rd ed.). Ontario: Canadian Scholars Press Inc.Denzin, Norman K dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka PelajarDjojosoekarto, Agung, dkk. (2008). Transformasi Demokratis Partai Politik di Indonesia: Model, Strategi, dan Praktik. Jakarta: Kemitraan PartnershipFakih, Mansour. (2002). Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka PelajarGaffar, Afan. (2004). Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka PelajarGuba, E. G., and Yvonna S. Lincoln. (1994). Competing Paradigms in Qualitative Research. In N. K Denzin and Y. S. Lincoln (eds.), Handbook of Qualitative Research (pp. 105-117) California: SageHall, Stuart. (1997). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. London: SageIbrahim, Idi Subandi dan Hanif Suranto. (1998). Wanita dan Media: Konstruksi Ideologi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.Irianto, Sulistyowati. (2008). Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum yang Berspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor IndonesiaKitch, Carolyn. (2001). The Girls on The Magazine Cover: The Origins of Visual Stereotypes in American Mass Media. The University of North Carolina PressLeirissa, RZ, dkk. (1996). Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RILittlejohn, Stephen W. and Karen A. Foss. (2009). Teori Komunikasi – Theories of Human Communication (9th ed.). Jakarta: Salemba HumanikaMartin, Bronwen and Felizitas Ringham. (2000). Dictionary of Semiotics. London: CassellMaryati, Kun dan Juju Suryawati. (2007). Sosiologi. Jakarta: ESISMcKay, Jenny. (2001). The Magazine Handbook. London: RoutledgeMoleong, Lexy. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdakaryaNitisastro, Widjaja. (2010). Pengalaman Pembangunan Indonesia – Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjaja Nitisastro. Jakarta: KompasNotopuro, Hadjito. (1984). Peranan Wanita dalam Masa Pembangunan Indonesia. Jakarta: Ghalia IndonesiaNovita, Windya. (2002). Meraih Inner Beauty Dengan Doa Dan Zikir. Jakarta: GramediaRicklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu SemestaSardar, Ziauddin and Borin van Loon. (1999). Introducing Cultural Studies. Cambridge: Icon BooksSardiman. (2006). Sejarah 3+. Bogor: QuandraSjahrir. (1998). Krisis Ekonomi Menuju Reformasi Total. Jakarta: Yayasan Obor IndonesiaSobur, Alex. (2001). Analisis Teks Media : “Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing”. Bandung: Remaja Rosda KaryaSoeroso, Santoso. (2005). Mengarusutamakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan di Indonesia. Jakarta: Buku Kedokteran EGCSumodisastro, Hardjantho. (1985). Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Gunung AgungStrinati, Dominic. (2004). An Introduction to Theories of Popular Culture (2nd ed.). London: RoutledgeSunardi, St. (2002). Semiotika Negativa. Yogyakarta: KanalSupriatna, Nana. (2006). Sejarah. Bandung: Grafindo Media PratamaSuryochondro, Sukanti. (1984). Potret Pergerakan Wanita. Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu SosialTurner, Graeme. (2003). British Cultural Studies: An Introduction (3rd ed.). London: RoutledgeVivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa (8th ed.). Jakarta: KencanaWest, Richard dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi 1: Analisis dan Apilkasi. Jakarta: Salemba HumanikaWinarno, Budi. (2008). Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Yogyakarta: Media PressindoSumber Internet:Admin FashionPro Magazine. (2013). Edgy. Dalam http://www.fashionpromagazine.com/?p=6818. Diunduh pada 6 Mei 2013 pukul 23.53 WIBAdnan, Ita. (2012). Nyaman dan Gaya Berbusana Kerja. Dalam http://www.tabloidnova.com/Nova/Busana/Konsultasi/Nyaman-dan-Gaya- Berbusana-Kerja. Diunduh pada 21 Juni 2013 pukul 08.16 WIBAmanah. (2009). Bukaan Atas Versus Bukaan Depan. Dalam http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/08/03/75067 /Bukaan-Atas-Versus-Bukaan-Depan. Diunduh pada 9 April 2013 pukul 21.00 WIBAnna, Lusia Kus. (2008). Psikologi dan Arti Warna. Dalam http://nasional.kompas.com/read/2008/10/09/15551015/psikologi.dan.arti. warna. Diunduh pada 13 Maret 2013 pukul 18.00 WIBAnonymous. (tanpa tahun). Femina. Dalam http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/570. Diunduh pada 29 Agustus 2012 pukul 19.00 WIBAnonymous. (tanpa tahun). Sejarah Majalah - Dari Masa Daniel Defoe hingga Era Internet. Dalam http://www.anneahira.com/sejarah-majalah.htm. Diunduh pada 15 Desember 2012 pukul 21.00 WIBAnonymous. (tanpa tahun). Show Your Wild Side with Animal Print Sunglasses. Dalam http://www.optikmelawai.com/style_idea/show-your-wild-side- with-animal-print-sunglasses/9111350/. Diunduh pada 27 April 2013 pukul 06.30 WIBAnonymous. (2008). Scarf Melilit Cantik. Dalam http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/6035-scarf_melilit_cantik. Diunduh pada 6 Maret 2013 pukul 03.45 WIBAnonymous. (2012). Perjalanan „Membaca‟ Zaman. Dalam http://www.femina.co.id/isu.wanita/topik.hangat/perjalanan.membaca.zam an/005/007/175 . Diunduh pada 15 Desember 2012 pukul 23.00 WIBAster, Altifanidya. (2013). Mencontek Gaya Sanggul Modern Pengantin Barat. Dalam http://www.teruskan.com/10370/mencontek-gaya-sanggul-modern- pengantin-barat.html#_. Diunduh pada 29 April 2013 pukul 19.42 WIBBintaranny, Kadek. (tanpa tahun). Rahasia Dibalik Bahasa Tubuh. Dalam http://informasitips.com/rahasia-dibalik-bahasa-tubuh. Diunduh pada 27 April 2013 pukul 17.20 WIBBonang, Jimmy. (2011). Tips Stylish Dengan Warna. Dalam http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/09/21/tips-stylish-dengan- warna-397399.html diunduh pada 28 April 2013 pukul 20.38 WIBChoiron. (2012). Cincin Penyelamat Para Mahasiswi. Dalam http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/29/cincin-penyelamat-para- mahasiswi-497264.html. Diunduh pada 13 Maret 2013 pukul 19.45 WIBDila. (2008). Membaca Bahasa Tubuh. Dalam http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/wanita/2008/04/08/204/Memb aca-Bahasa-Tubuh. Diunduh pada 23 Aril 2012 pukul 22.30 WIBDini. (2013). 3 Gaya untuk Busana Bahan “Chiffon”. Dalam http://female.kompas.com/read/2013/05/06/22560699/3.Gaya.untuk.Busan a.Bahan.Chiffon?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=K anawp. Diunduh pada 6 Mei 2013 pukul 23.29 WIBDjumena, Erlangga. (2010). Perempuan dan Empati terhadap Sesama. Dalam http://female.kompas.com/read/2010/11/23/21440574/perempuan.dan.emp ati.terhadap.sesama. Diunduh pada 6 Juni 2013 pukul 04.37 WIBEsther. (2013). Budaya Jawa Tidak Butuh Diubah Menjadi Islami. Dalam http://sosbud.kompasiana.com/2013/01/13/budaya-jawa-tidak-butuh- diubah-menjadi-islami-519190.html. Diunduh pada 30 Mei 2013 pukul 80.30 WIBFazriyati, Wardah. (2011). Kreatif Menjadi Nyonya Rumah Sekaligus Berwirausaha. Dalam http://female.kompas.com/read/2011/02/25/18474719/Kreatif.Menjadi.Ny onya.Rumah.Sekaligus.Berwirausaha. Diunduh pada 16 Maret 2013 pukul 19.00 WIBFelicia, Nadia. (2011). Trik Berbusana Ibu Bekerja. Dalam http://female.kompas.com/read/2011/02/24/14330058/Trik.Berbusana.Ibu. Bekerja. Diunduh pada 17 Mei 2013 pukul 02.31 WIB.Franka. (2011). Invansi Rambut Pendek. Dalam http://www.tabloidnova.com/Nova/Kecantikan/Rambut/Invasi-Rambut- Pendek. Diunduh pada 23 April 2013 pukul 21.45 WIB\Frederika, Mellyana. (tanpa tahun). Scarf. Dalam http://timetoscarf.com/serba- scarf/scarf. Diunduh pada 6 Maret 2013 pukul 03.28 WIBIrwansyah, Ade. (2011). Memaknai Kulit Coklat Agnes Monica. Dalam http://www.tabloidbintang.com/extra/lensa/17610-memaknai-kulit-coklat- agnes-monica.html. Diunduh pada 5 Mei 2013 pukul 05.02 WIBHardjanto, Yustinus Sapto. (2013). Sosialis vs Sosialita. Dalam http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/27/sosialis-vs-sosialita- 554876.html. Diunduh pada 27 April 2013 23.30 WIBHarmandini, Felicitas. (2009). Padu-padan Busana Berwarna Netral. Dalam http://female.kompas.com/read/2009/10/27/11542367/function.require. Diunduh pada 6 Mei 2013 pukul 22.44 WIBHarmandini, Felicitas. (2011). Make-up Polos untuk Wajah Segar Alami. Dalam http://female.kompas.com/read/2011/07/15/17211565/Make- up.Polos.untuk.Wajah.Segar.Alami. Diunduh pada 9 Maret 2013 pukul 16.00 WIBHeka, Yudha. (2012). 11 Makna Warna untuk Personality Anda. Dalam http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/14/11-makna-warna-untuk- personality-anda-457313.html. Diunduh pada 6 Mei 2013 pukul 20.13 WIBHendramartono, Wijoyo. (tanpa tahun). Tips Menata Beranda Rumah. Dalam http://www.arsitekonline.com/articles/arsitek-tips-menata-beranda- rumah.html. Diunduh pada 11 Maret 2013 pukul 22.30 WIBHernasari, Putri Rizqi. (2012). Ini Dia 15 Topi Paling Khas dari Seluruh Dunia. Dalam http://travel.detik.com/read/2012/12/17/085544/2120062/1382/ini- dia-15-topi-paling-khas-dari-seluruh-dunia?v771108bcj. Diunduh pada 24 April 2013 pukul 21.00 WIBHestianingsih. (2013). Trik Berbusana dari Tyra Banks untuk Tampilkan Sisi Tangguh Wanita. Dalam http://wolipop.detik.com/read/2013/02/07/172948/2164148/233/trik- berbusana-dari-tyra-banks-untuk-tampilkan-sisi-tangguh-wanita. Diunduh pada 20 Maret 2013 pukul 18.45 WIB Junaidi, A. (2006). INDONESIA: 'Femina' receives Asia Media award. Dalam http://www.asiamedia.ucla.edu/article.asp?parentid=46302 . Diunduh pada 1 September 2012 pukul 17.00 WIBKrisnamurti, Dahlia. (2012). Rahasia di balik Keunikan Bentuk Alis. Dalam http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1872939/rahasia-di-balik- keunikan-bentuk-alis#.UXhxuqJmiSo. Diunduh pada 24 April 2013 pukul 21.00 WIBKristiani, Florentina Lenny. (tanpa tahun). Mengenal Tradisi Minum Teh. Dalam http://klubnova.tabloidnova.com/KlubNova/Artikel/Aneka-Tips/Tips- Rumah/Mengenal-Tradisi-Minum-Teh. Diunduh pada 9 Maret 2013 pukul 23.00 WIBKurniawan, Iwan dan Nina Raharyu. (2013). Kelas Menengah Indonesia Bakal Tembus 170 Juta Orang. Dalam http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/407013-kelas-menengah- indonesia-bakal-tembus-170-juta-orang. Diunduh pada 6 Juni pukul 05.42 WIBLegita. (tanpa tahun). Manfaat Sosial Teh. Dalam http://www.gadis.co.id/gaul/ngobrol/manfaat.sosial.teh/001/007/465. Diunduh pada 9 Maret 2013 pukul 22.00 WIBMadjid, Aidil Akbar. (2011). Logam Mulia. Dalam http://blog.tempointeraktif.com/ekonomi-bisnis/logam-mulia/. Diunduh pada 14 Maret 2013 pukul 21.45 WIBMahardi, Karina. (2012). 6 Trik Menata Rambut Dengan Cepat di Pagi Hari. Dalam http://wolipop.detik.com/read/2012/10/08/070257/2056894/234/6- trik-menata-rambut-dengan-cepat-di-pagi-hari. Diunduh pada 9 Maret 2013 pukul 19.00 WIBMaya. (2012). Oxford Shoes, Cara Tampil Beda. Dalam http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/wanita/2012/07/18/1328 /Oxford-Shoes-Cara-Beda-Tampil-Beda. Diunduh pada 16 Mei 2013 pukul 23.32 WIBNatalia, Maria. (2012). LSI: Politik Indonesia Cenderung Memburuk. Dalam http://nasional.kompas.com/read/2012/02/19/17205490/LSI.Politik.Indone sia.Cenderung.Memburuk. Diunduh pada 6 Juni 2013 pukul 05.59 WIBNugraheni, Mutia. (2013). Tampil Lebih Seksi dengan Atasan Sheer. Dalam http://life.viva.co.id/news/read/389631-tampil-lebih-seksi-dengan-atasan-- i-sheer--i-. Diunduh pada 6 Mei 2013 pukul 20.24 WIBNugraheni, Mutia dan Tasya Paramitha. (2013). Gaun Halter Bikin Leher Seksi. Dalam http://life.viva.co.id/news/read/400292-gaun-halter-bikin-leher- seksi. Diunduh pada 6 Mei 2013 pukul 15.08 WIBNurcahyani, Dwi Indah. (2012). Kiat Tampil Elegan Berbusana Animal Print. Dalam http://lifestyle.okezone.com/read/2012/02/15/29/576379/kiat- tampil-elegan-berbusana-animal-print. Diunduh pada 26 April 2013 pukul 15.30 WIBOcktaviany, Tuty. (2010). Tren Alis dari Masa ke Masa. Dalam http://lifestyle.okezone.com/read/2010/02/28/29/307659/tren-alis-dari- masa-ke-masa. Diunduh pada 13 Maret 2013 pukul 18.30 WIBOktaviani, Kiki. (2011). Cara Membangun Kepercayaan Diri saat Bekerja. Dalam http://wolipop.detik.com/read/2011/01/06/113624/1540414/857/cara- membangun-kepercayaan-diri-saat-bekerja. Diunduh pada 23 April 2013 pukul 22.00 WIBOktaviani, Kiki. (2012). 5 Keuntungan Menggunakan Lipstik Warna Merah. Dalam http://wolipop.detik.com/read/2012/11/13/160115/2090584/234/5- keuntungan-menggunakan-lipstik-warna-merah. Diunduh pada 26 Maret 2013 pukul 19.53 WIBPratama, Adinindra. (2011). Macam-Macam Model Jeans. Dalam http://dunia.news.viva.co.id/news/read/262093-macam-macam-model- jeans. Diunduh pada 6 Mei 2013 pukul 21.42 WIBPribadi, Andy. (tanpa tahun). Riasan “Cat Eye” Tetap Ngetren. Dalam http://wartakota.tribunnews.com/detil/berita/104507/Riasan-Cat-Eye- Tetap-Ngetren. Diunduh pada 24 April 2013 pukul 19.30 WIBPurwanti, Niken Ari. (2012). Hidup dan Tragedi Marilyn Monroe: Bom Seks Abad ke-20 (I). Dalam http://www.solopos.com/2012/09/16/kisah-kasus- hidup-dan-tragedi-marilyn-monroe-bagian-i-329321. Diunduh pada 6 Mei 2013 pukul 15.23 WIBRona. (2011). Nilai Sejarah yang Mahal. Dalam http://www.koran- jakarta.com/index.php/detail/view01/70564. Diunduh pada 6 Mei 2013 pukul 15.18 WIBRona. (2012). Aksesori Mencekik Leher yang Jadi Trend: Choker Band. Dalam http://m.koran-jakarta.com/?id=99516&mode_beritadetail=1. Diunduh pada 5 Mei 2013 pukul 05.26 WIBRatmilia, Bani. (2013). Berbicara Santun itu Baik. Dalam http://bahasa.kompasiana.com/2013/01/19/berbicara-santun-itu-baik- 526193.html. Diunduh pada 24 April 2013 pukul 21.00 WIBSetyanti, Christina Andhika. (2013). 5 “Fashion Statement” Ikonik Margaret Thatcher. Dalam http://sains.kompas.com/read/2013/04/09/09124792/5.Fashion.Statement.I konik.Margaret.Thatcher. Diunduh pada 24 April 2013 pukul 22.00 WIBSubhan, Muhammad. (2011). Refleksi Akhir Tahun, 80 Persen Wartawan Pemeras? Dalam http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/12/30/refleksi-akhir-tahun-80-persen-wartawan-pemeras- 425934.html . Diunduh pada 6 Januari 2013 pukul 22.00 WIBSulqifli. (2010). Peran Ganda Perempuan Menciptakan Pegeseran Nilai dalam Keluarga. Dalam http://www.unm.ac.id/berita/19-berita/30-peran-ganda- perempuan-menciptakan-pergeseran-nilai-dalam-keluarga.html. Diunduh pada 16 April 2013 pukul 21.00 WIBSusanto, A. B. (tanpa tahun). Citra Profesional Penunjang Karier. Dalam http://www.jakartaconsulting.com/art-13-02.htm. Diunduh pada 7 Mei 2013 pukul 10.17 WIBTim Central Java Tourism. (tanpa tahun). Batik. Dalam http://www.central-java- tourism.com/cult-heri-batik.php. Diunduh pada 16 Februari 2013 pukul 23.30 WIB.Tim Men‟sHealth. (tanpa tahun). Sporty dengan Sneakers. Dalam http://www.menshealth.co.id/style.grooming/detil/sporty.dengan.sneakers/ 005/001/10. Diunduh pada 17 Mei 2013 pukul 01.36 WIBTim Redaksi Femina. (tanpa tahun). Motif Mania. Dalam http://www.femina.co.id/mode/fashion.news/motif.mania/001/001/142. Diunduh pada 12 Maret 2013 pukul 21.00 WIBTim Redaksi Femina. (2011). Tampil Gaya Dengan Kemeja Putih. Dalam http://www.femina.co.id/mode/fashion.tips/tampil.gaya.dengan.kemeja.put ih/001/005/53. Diunduh pada 24 April 2013 pukul 22.30 WIBTim Redaksi Femina. (2011). Istilah Kalung. Dalam http://www.femina.co.id/mode/fashion.tips/istilah.kalung/001/005/78. Diunduh pada 26 Maret 2013 pukul 21.18 WIBTim Redaksi Femina. (2012). Transformasi Aksesori. Dalam http://m.femina.co.id/article/mobArticleDetail.aspx?mc=001&smc=003&a r=129. Diunduh pada 20 Maret 2013 pukul 21.45 WIBVemale.com (2012). Sexy Pantsuit Ala Evan Rachel Wood. Dalam http://www.vemale.com/fashion/tips-and-tricks/10712-sexy-pantsuit-ala- evan-rachel-wood.html. Diunduh pada 5 Mei 2013 pukul 2.50 WIBWahyuni, Nurseffi D. (2012). 10 Kesalahan Bahasa Tubuh Saat Wawancara Kerja. Dalam http://bisnis.liputan6.com/read/469090/10-kesalahan- bahasa-tubuh-saat-wawancara-kerja. Diunduh pada 7 Mei 2013 pukul 07.57 WIBWiana, Ketut. (tanpa tahun). Hari Raya Saraswati. Dalam http://www.hindubatam.com/upacara/dewa-yadnya/hari-saraswati.html. Diunduh pada 13 April 2013 pukul 17.30 WIBWidyarsih, Widha. (2012). Buku Ajar Aksesoris Pelajar. Dalam http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/11/buku-ajar-aksesoris-pelajar- 454036.html. Diunduh 16 April 2013 pukul 18.00 WIBWijaya, Bambang Sukma. (2008). Teori – Teori Semiotika, Sebuah Pengantar. Dalam http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori- semiotika-sebuah-pengantar/ . Diunduh pada 31 Oktober 2012 pukul 20.00 WIBYani, C. (2010). Marylin Monroe dan Kisah Cinderella. Dalam http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/07/101279/Mar ylin-Monroe-dan-Kisah-Cinderella. Diunduh pada 28 Maret 2013 pukul 15.29 WIBYusuf, Iwan Awaluddin. (2010). Memotret Industri Majalah Bersegmen di Indonesia. Dalam http://bincangmedia.wordpress.com/2010/05/27/memotret-industri- majalah-bersegmen-di-indonesia/. Diunduh pada 28 Agustus 2012 pukul 21.00 WIBThe Oxford Dictionary. http://oxforddictionaries.com/definition/english/representation?q=represen tation. Diunduh pada tanggal 29 Januari 2013 pukul 20.30 WIBSkripsi :Rovi‟atin, Nur. (2010). Rasisme Warna Kulit dalam Cover Majalah Kartini. Skripsi. Universitas DiponegoroHemas, Nur Lintang. (2012). Negosiasi Identitas Punkers dengan Masyarakat Budaya Dominan. Skripsi. Universitas DiponegoroJurnal :Hakim, Lukmanul. (2011). Perkembangan Tenaga Kerja Wanita di Sektor Informal: Hasil Analisa dan Proxy Data Sensus Penduduk. Among Makarti, 4(7)Hidayat, Deddy N. (2002). Metodologi Penelitian dalam Sebuah Multi-Paradigm Science. Mediator Jurnal Komunikasi, 3(2)Mubah, Safril. (2011). Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi. Jurnal UNAIR, 24(4) Wiratmo, Liliek Budiastuti dan Mochamad Gifari. (2008). Representasi Perempuan dalam Majalah Wanita. Dalam ejournal.stainpurwokerto.ac.id/index.php/.../73 . Diunduh pada 1 September 2012 pukul 20.00 WIB Sumber Lain: Buku Peringatan Ulang Tahun majalah Femina ke-25. (tanpa tahun).
Memahami Perilaku Komunikasi dalam Adaptasi Budaya Pendatang dan Hostculture berbasis Etnisitas Ilham Prasetyo; Taufik Suprihatini; Hapsari Dwiningtyas; Turnomo Rahardjo
Interaksi Online Vol 3, No 2: April 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.045 KB)

Abstract

Perbedaan budaya antara pendatang dengan hostculture sering memunculkan konflik. Kompetensi komunikasi antarbudaya akan muncul ketika masing-masing pihak yang menjalin kontak atau interaksi dapat meminimalkan kesalahpahaman budaya yaitu usaha mereduksi perilaku etnosentris, prasangka, dan stereotip. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi komunikasi antarbudaya pendatang dan hostculture. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan empat orang mahasiswa pendatang maupun empat orang hostculture. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori ketidakpastian dan kecemasan, t eori kompetensi komunikasi antarbudaya, teori interaksi adaptasi budaya.Hasil penelitian ini menunjukkan dalam melihat kompetensi komunikasi antarbudaya dari mahasiswa pendatang maupun hostculture harus melalui dari beberapa poin penting yaitu melihat dari motivasi, pengetahuan dan kecakapan. Berdasarkan hasil dilapangan diketahui bahwa terdapat faktor-faktor yang terkait dengan kompetensi komunikasi antar budaya dari pendatang diantaranya kurangnya inisiatif dalam membaur dengan lingkungan, kurangnya informasi yang berkaitan dengan lingkungan baru yang menjadi daerah tujuan, sulitnya menyesuaikan perilaku yang sering dilakukan di daerah asal dengan norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi komunikasi antarbudaya dari hostculture diantaranya persepsi hostculture tentang penampilan pendatang mempengaruhi motivasi berkomunikasi dengan pendatang. Kurangnya pengetahuan tentang kebiasan buruk dari pendatang, kurangnya kemampuan dalam mengelola konflik dengan pendatang.Mahasiswa pendatang dan hostculture menunjukkan bahwa ketika berkomunikasi antarbudaya harus memiliki kompetensi komunikasi antarbudaya seperti motivasi, pengetahuan dan kecakapan. Namun kebanyakan dari pendatang dan hostculture tidak menyadari kemampuan yang dimiliki, Apabila kemampuan sudah dimiliki dan dilaksanakan dengan baik, maka terciptanya kesadaran dalam komunikasi antarbudaya (mindfullness) yang dapat meminimalkan terjadinya konflik yang melibatkan budaya yang berbeda.
Representasi Pendidikan Pesantren dalam Film (Analisis Semiotika pada Film Negeri 5 Menara) Septia Hartiningrum; Sri Widowati Herieningsih; Taufik Suprihatini
Interaksi Online Vol 2, No 1: Januari 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.984 KB)

Abstract

Judul : Representasi Pendidikan Pesantren dalam Film (Analisis Semiotikapada Film Negeri 5 Menara)Nama : Septia HartiningrumNIM : D2C008101ABSTRAKFilm adalah media populer yang digunakan tidak hanya untuk menyampaikanpesan-pesan, tetapi juga menyalurkan pandangan-pandangan kepada khalayak.Film Negeri 5 Menara diangkat dari novel dengan judul yang sama merupakanfilm yang mengangkat tentang kerja keras, semangat, keikhlasan, dankesungguhan “Man Jadda Wajada” dengan background pendidikan pesantren. Didalam film ini dapat dijumpai adegan ketika para santri mengikuti prosespembelajaran di pesantren, serta kegiatan-kegiatan yang ada di pesantren.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi pendidikanpesantren. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif denganmenggunakan teori represenasi Stuart Hall (1997) serta menggunakan analisissemiotika untuk menganalisis objek yang diteliti. Teknik analisis data dilakukandengan menggunakan “The Codes Of Television” (John Fiske ,1987). Analisisdilakukan dengan tiga level, yaitu level realias, level representasi, dan levelideologi. Level realitas dan level representasi dianalisis secara sintagmatik,sedangkan secara paradigmatik untuk level ideologi.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam film Negeri 5 Menara inipesantren digambarkan sebagai lembaga pendidikan yang sudah modern namuntetap masih memasukkan unsur-unsur tradisional yang sudah melekat padapendidikan di pesantren. Seluruhnya dapat dilihat melalui adegan-adegan yangada dalam film, dimana para santri di pesantren tidak hanya mempelajari bidangagama seperti fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist, menghafal al-quran semata, parasantri juga mempelajari pelajaran-pelajaran umum seperti bahasa asing,pengetahuan sosial, serta kemasyarakatan sebagai bekal untuk terjun dalammasyarakat.Dalam film Negeri 5 Menara ini menonjolkan sisi positif kehidupan parasantri selama menempuh pendidikan di pesantren hingga mereka suksesmenggapai mimpinya. Selain berusaha memberikan tontonan yang dapatmemotivasi penonton untuk tidak pernah takut bermimpi, film ini jugamenyiratkan makna bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang tidak kalahdengan lembaga pendidikan negeri lainnya. Terbukti dengan kesuksesan yangdicapai para santri khususnya Sahibul Menara meraih mimpi mereka untukmencapai menara-menara impian mereka sebagai tempat mereka bekerja sertamengabdikan diri pada masyarakat.Kata Kunci: film, representasi, pendidikan, pesantrenTitle : Representation in Film Islamic Boarding School Education(Semiotics Analysis on Film Negeri 5 Menara)Nama : Septia HartiningrumNIM : D2C008101ABSTRACTMovie is popular media that is used not only to give messages, but also distributethe perspective to the peoples. Negeri 5 Menara based on a novel with same titleare tells about hard work, spirit, heartiness and sincerity of “Man Jadda Wajada”with pesantren/islamic education. ”. In the movie, we will find so many sceneswhile the students (islamic students) during leraning process, also their activities.The purpose of this research is to find out the representation of the islamicboarding school education. This research used a qualitative approach,representation theory by Stuart Hall (1997) and semiotic analysis to analyzesobject of the research. The technique alaysis of data used by the theory of “TheCodes of Television” (John Fiske, 1987). Analyses by three level : reality,representation and ideology. On Realiy and Representation level analyzes bysintagmatic and paradigmatic for Ideology Level.The results of research indicate that the (Negeri 5 Menara), islamicboarding school describe as a education institution that have the modern yet stillhave traditional elements which is attached to the education in the islamic school.We can find them by the scenes, where the students (the islamic students) not onlylearn about religion like fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist, memorized Qur’an,they also learn common lesson like foreign language, social skill, so they can livein their society easily.In the movie of (Negeri 5 Menara) show positive side of islamic studenswhile study at islamic boarding school till they success reach their dreams. Notonly tried to give a movie that can motivated peoples to unafraid to reach theirdreams, the movie is also give meaning that islamic boarding school is aeducation institution that as good as another education institutions. Proven bytheir successful especialy by Sahibul Menara who can reach their dreams comingat their dreams tower as place their work for and society.keywords : movie, representation, education, islamic boarding schoolBAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkankualitas hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusiadimuka bumi ini hampir tidak ada kelompok manusia yang tidakmenggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya,sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yangbersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannyasebagai pedoman hidup keseharian, dengan menekankan pentingnya moraldalam kehidupan bermasyarakat. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahunyang lalu, serta telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim.Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikutmencerdaskan kehidupan bangsa (Mastuhu, 1994: 3).Film Negeri 5 Menara mengangkat tema seputar pendidikan di lingkunganpesantren. Cerita film Negeri 5 Menara diangkat dari novel berjudul samakarya Ahmad Fuadi. Novel yang pertama kali dirilis pada tahun 2009 inimasuk dalam jajaran best seller. Novel ini telah menjadi Buku Fiksi Terbaik,Perpustakaan Nasional Indonesia 2011. Serta menobatkan Ahmad Fuadisebagai Penulis dan Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia 2010.1.2. Rumusan MasalahFilm “Negeri 5 Menara” merupakan film yang mencoba menggambarkanpendidikan pesantren. Film Negeri 5 Menara merupakan representasi duniapendidikan pesantren. Pada kenyataannya saat ini, pesantren selalu menjadisorotan dan mendapat citra yang buruk, karena selau dikaitkan dengan kasuskasusterorisme, kekerasan, bahkan pelecehan seksual, pola pendidikan yangsering di pandang sebelah mata. Namun, film ini menyuguhkan sesuatu yangberbeda. Dalam film ini pesantren tidak hanya dijadikan sebagai tempatbuangan anak-anak nakal atau korban kekerasan dalam rumah tangga atauanak-anak yang nilainya tidak cukup untuk masuk ke lembaga pendidikannegeri atau tidak memiliki cukup dana untuk masuk ke lembaga pendidikanswasta. Film ini menggambarkan bahwa pesantren menjadi tempat untukmendidik bibit-bibit unggul calon-calon da’i dan menjadi tempat untukmendalami pendidikan agama.1.3. Tujuan PenelitianMendeskripsikan bagaimana dunia pendidikan pesantrendirepresentasikan dalam film Negeri 5 Menara.1.4. Signifikansi Penelitian1.4.1. Signifikansi TeoritisSecara teoritis penelitian ini diharapkan mampumemberikan sumbangan ilmiah di bidang kajian ilmu komunikasimengenai teori representasi Stuart Hall dan analisis semiotikamenggunakan teknik analisis data “The Codes of Television” dariJohn Fiske yang dikembangkan untuk mengkaji film sebagaikomunikasi massa. Sehingga dapat mendeskripsikan bagaimanapendidikan pesantren direpresentasikan dalam film.1.4.2. Signifikansi PraktisPenelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagipara pembuat film dengan tema pendidikan, khususnya pendidikanpesantren. Agar memberikan jalan cerita yang lebih variatif tentangdunia pendidikan.1.4.3. Signifikansi SosialPenelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalammencermati tayangan dan memahami makna pesan yang disajikanoleh media massa terutama film yang mengangkat tentangpendidikan khususnya pendidikan pesantren.1.5. Kerangka PemikiranFilm dimasukan dalam kelompok komunikasi massa yang mengandung aspekhiburan, juga memuat aspek edukatif. Namun aspek kontrol sosialnya tidak sekuatpada surat kabar, majalah, serta televisi yang memang menyiarkan beritaberdasarkan fakta yang terjadi (Rivers, Jensen dan Peterson, 2004: 252).Representasi menurut Stuart Hall (1997: 15) menghubungkan makna danbahasa kepada budaya. Representasi berarti menggunakan bahasa untukmengungkapkan makna atau untuk menghadirkan kembali (represent) maknakepada khalayak. Representasi merupakan bagian penting dari proses di manamakna diproduksi dan dipertukarkan antara beberapa budaya. Representasimelibatkan penggunaan bahasa, tanda dan simbol untuk mewakili ataumerepresentasikan sesuatu.Representasi berarti menggunakan bahasa untuk memaknai sesuatu, atauuntuk merepresentasikan dunia dengan penuh makna kepada orang lain.Representasi adalah sebuah bagian utama dalam sebuah proses tentang bagaimanamakna diproduksi di antara anggota masyarakat dari sebuah kebudayaan.Film dipandang sebagai representasi, maka film merupakan cermin darinilai budaya yang ada dalam masyarakat. Maka film tidak pernah lepas dariberbagai aspek kepentingan, baik kepentingan ideologi, ekonomi atau politik.Film pada akhirnya merupakan salah satu aspek yang memberi peran besarterhadap perubahan dalam masyarakat. Film sebagai media komunikasipenyampaian makna akhirnya merupakan media sebagai penyampai ideologi, filmsebagai pembawa dan penyebar ideologi ini yang membawa peran sebagai agenperubahan sosial.Ideologi pendidikan merupakan cara pandang yang dijadikan oleh parapemikir pendidikan untuk melihat implementasi pendidikan yang dilaksanakan.Ideologi-ideologi pendidikan terdiri dari enam sisitem dasar etika sosial, yangtergabung dalam ideologi konservatif dan ideologi liberal.1.6. Metode penelitianPenelitian tentang Representasi Pendidikan Pesantren pada film Negeri 5Menara ini menggunakan teknik analisis data berdasarkan kode televisi dariFiske (1987: 4-6). Tiga level kode tersebut adalah:1) Level Realitas, yang telah terkode secara sosial, meliputi tampilanvisual semacam penampilan, pakaian, make up, lingkungan, perilaku,ekspresi, suara, dll.2) Level Representasi, terkode secara elektronik yang bersifat teknis,meliputi: kamera, pencahayaan, musik, suara, narasi, konflik,karakter, dialog, dll.3) Kode-kode sosial yang mendasari realita dengan jelas dan relatifdinyatakan dalam warna kulit, pakaian, rambut, ekspresi wajah, dansebagainya.BAB IIPEMBAHASANBab ini akan menjelaskan uraian dari konsep kode-kode televisi yangdiungkapkan John Fiske dalam Television Culture, dalam mengkaji media audiovisual terutama film. Kode-kode televisi digunakan untuk menguraikan tandatandamenjadi makna. Kode-kode tersebut terdiri dari tiga level yaitu levelrealitas, level representasi, dan level ideologi. Level realitas meliputi kode-kodedengan aspek sosial seperti penampilan, kostum, riasan, gaya bicara, perilaku,lingkungan, setting, ekspresi, gestur, dan lain-lain. Pada level representasi terdapataspek teknis seperti kamera, pencahayaan, musik, narasi, konflik, dialog, dankarakter. Sedangkan level ideologi menguraikan kode-kode tersirat dalam film,seperti indivisualisme, ras, kelas, kapitalisme, dan sebagainya.Level realitas dan representasi merupakan hasil dari analisis sintagmatik,yaitu uraian yang berisi tanda-tanda dalam potongan-potongan shot dan adegan.Sedangkan level ideologi menganalisis secara paradigmatik hasil yang didapatdari level realitas dan level representasi. Namun level ideologi akan diuraikanpada bab berikutnya. Pada bab ini ditampilkan level realitas dan level representasisecara sintagmatik, melalui aspek-aspek sosial dan teknis yang terdapat dalampesantren di film Negeri 5 Menara.Aspek-aspek sosial pada level realitas tersebut dikodekan secara elektronikdalam aspek-aspek teknis level representasi. Dalam televison codes Fiske (2001:5), bagian ini meliputi aspek kamera (camera), pencahayaan (lighting),pengeditan (editing), serta musik dan suara (music and sound). Kemudianmembentuk kode representasi seperti yang terdapat dalam aspek narasi, konflik,dialog, karakter, dan pemeran.Level ideologis adalah level terakhir dari kode-kode televisi John Fiske.Bahwa realitas dan representasi yang direkam dalam gambar bergerak dalam filmmerupakan produk ideologi tertentu. Kode-kode ideologis ini sepertiindividualisme, patriarki, kelas, ras, materialisme, kapitalisme, dan lain-lain.Sementara Fiske mengatakan ideologi adalah sebuah jalan untuk melakukanpemaknaan, membuat sesuatu masuk akal, dan makna yang dibuat selalu memilikidimensi sosial dan politik. Ideologi di dalam cara pandam ini adalah sebuahpraktik atau tindakan sosial.BAB IIIPENUTUPKesimpulan1). Manajemen pendidikan dan pembelajaran di Pesantren telah mengalamiperubahan modernisasi, dari semula sebagai lembaga pendidikan tradisional,kini pesantren sudah berkembang menjadi lembaga pendidikan modern.Pesantren kini dibagi menjadi dua, yaitu pesantren tradisional dan pesantrenmodern. Pesantren tradisional adalah pesantren yang masih menitikberatkanpembelajaran berdasarkan rujukan kitab klasik atau yang dikenal dengankitab kuning, sedangkan pesantren modern adalah pesantren yang polapembelajarannya sudah menggabungkan antara pendidikan agama danpendidikan umum.Dalam film Negeri 5 Menara pesantren direpresentasikan sudah lebihmaju atau modern, sebagai suatu lembaga pendidikan yang tidak hanyamengajarkan pendidikan agama saja (fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist danlain-lain), namun juga pendidikan umum lainnya (bahasa asing, pengetahuansosial, serta kemasyarakatan). Untuk mewadahi minat dan bakat para santri,pesantren juga memfasilitasi mereka dengan beragam ekstrakurikuler, seperti;seni baca al-Qur’an (qira’ah), seni kaligrafi, seni bela diri, seni musik,jurnalistik, olahraga dan lain sebagainya.2). Film Negeri 5 Menara adalah sebuah film tentang kerja keras, semangat,keikhlasan, dan kesungguhan. “Man Jadda Wajada”. Siapa yangbersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Bukan yang paling tajam, tapi yangpaling bersungguh-sungguh. Mantra tersebut berhasil membuat para SahibulMenara dapat mencapai cita-cita mereka untuk bisa mengunjungi negaranegarayang memiliki menara. Mereka berhasil membuktikan bahwa denganbackground pendidikan pesantren mereka dapat bersaing dengan lulusansekolah umum.DAFTAR PUSTAKABUKUAmir, Matri. 1983. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta:Logos.Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi MenujuMillenium Baru. Jakarta: Logos.Beebe SA., and Masterson JT. 1994. Communicating in small groups: principlesand practices. Fourth Edition. New York: Harper Collins CollegePublisher.Bride, Sean Mac. 1983. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dn Masa Depan,Aneka Suara Satu Dunia. Jakarta: PT Balai Pustaka.Burton, Graeme. 2008. Pengantar untuk Memahami: Media dan Budaya Populer.Penerjemah Alfathri Aldin. Yogyakarta: Jalasutra.Chandler, Daniel. 2002. Semiotics: The Basics. New York. RoutledgeCroteau, David dan William Hoynes. 2000. Media/Society : Industries, Images,and Audiences. London: Pine Forge Press.Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta:Jalasutra.Denzin, Norman K & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook Of QualitativeResearch. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Dhofier, Zamakhsyari. 1994. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan HidupKyai. Jakarta: INIS.Effendy, Heru. 2006. Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser.Yogyakarta: Panduan.Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian IlmuKomunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Grup.Fiske, John. 1987. Television Culture. New York. Routladge.Friedman, Howard S., and Miriam W. Schustack. 2008. Kepribadian: Teori Klasikdan Riset Modern. Terjemahan Ikarinim Fansiska Dian, dkk. 2006.Personality: Classic Theories and Modern Research. Jakarta: Erlangga.Guba, Egon G and Lincoln, Yvonna S. 2005. The SAGE Handbook of QualitativeResearch; Paradigmatic Controversies, Contradictions, and EmergingConfluences. Sage PublicationHall, Stuart. 1997. Representations: Cultural Signifying and Practices. London:Sage Publication.Irawanto, Budi. 1999. Film, Ideologi, dan Militer. Yogyakarta: Media Pressindo.Littlejohn, Stephen W and Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi (edisi 9)Theories Of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina.Mangunhardjana, A Margija. 1976. Mengenal Film. Yogyakarta: YayasanKanisius.Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INISMuhaimin dan Mujib, Abdul. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofisdan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya.Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Grasindo.O’neil, William F. 2001. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: PustakaPelajar.Panen, Paulina, dkk. 2005. Belajar dan Pembelajaran 1. Jakarta:UniversitasTerbuka.Pranajaya, Adi. 1993. Film dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman.Rahman, Chaidir. 1983. Festival Film Indonesia. Medan: Badan Pelaksana FFI.Roqib, Moh. 2007. Harmoni dalam Budaya Jawa: Dimensi Edukasi dan KeadilanGender. Yogakarta: Pustaka Pelajar.Rivers, W.L, J.W Jensen, dan T. Peterson. 2004. Media Massa dan MasyarakatModern. Jakarta: Kencana .Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. TerjemahanSobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.__________. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.Stolley. S, Kathey. 2005. The Basic of Sociology. Green Wood Press. LondonSukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:RosdakaryaSumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT GramediaWidiasarana Indonesia.Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media Grup.Wahyoetomo. 1997. Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alternatif MasaDepan. Jakarta: Gema Insani Press.Widagdo, M Bayu dan Gora, Winastwan. 2006. Bikin Film Indie Itu Mudah.Yogyakarta: Penerbit Andi.Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Gasindo.Yusuf, Muri. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.Sumber InternetAdi, Danuk Nugroho. 2007. “Kekerasan di Pesantren, Tiga Santri DianiyayaSenior” (http://www.indosiar.com/fokus/kekerasan-di-pesantren-tigasantri-dianiayasenior_63929.html; diakses 12/12/12 23:00:17).Arrahman. 2012. “FUI: Penggerebekan Pesantren Dalul Akhfiya' tidakmenghormati Ulama dan Syuhada”(http://m.arrahmah.com/read/2012/11/14/24715-fui-penggerebekanpesantren-darul-akhfiya-tidak-menghormati-ulama-dan-syuhada.html;diakses 11/12/12 22:00:19).Film Indonesia. (http://filmindonesia.or.id/search/all/pendidikan; diakses23/5/2013 23:16:08).Gatra, Sandro. 2010. “Ba’aysir kembali Ditahan di Bareskrim”(http://nasional.kompas.com/read/2010/12/23/11362638/Baaysir.Kembali.Ditahan.di.Bareskrim?; diakses 11/12/12 20:09:56).Harian Analisa. 2012. “Mengembalikan Citra Positif Pesantren”(http://www.p3m.or.id/2013/02/mengembalikan-citra-positifpesantren.html 21/12/2013 pukul 12.48)Ofy. 2008. “Pak Guru Perkosa Murid di Kompleks Sekolah”(http://nasional.kompas.com/read/2008/08/16/14361132/pak.guru.perkosa.murid.di.kompleks.sekolah; diakses 12/12/1 21:49:54).Ruslan, Heri. 2013. “Pesantren, Sistem Pendidikan Asli Indonesia” .(http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/10/17/mut6fypesantren-sistem-pendidikan-asli-indonesia 21/12/2013 pukul 12.49)Salmah, Alfidah. 2008. “Kontroversi Pernikahan Syekh Pujiono”(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Kontroversi+Pernikahan+Syekh+Pujiono&dn=20081110093019; diakses 11/12/201221:22:16).Sudibyo, Anton. 2011. “Guru Ponpes Cabuli 10 Santri Bertahun-tahun”(http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/12/17/104488/Guru-Ponpes-Cabuli-10-Santri-Bertahun-Tahun; diakses 12/12/1222:55:54).