Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Kelimpahan Fitoplankton di Padang Lamun Buatan (Artificial Seagrass Bed as Phytoplankton Habitat) Ita Riniatsih; Widianingsih Widianingsih; Sri Redjeki; Hadi Endrawati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 18, No 2 (2013): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.227 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.18.2.84-90

Abstract

Padang lamun berperan penting dalam menjaga kelestarian berbagai jenis organism laut. Namun secara umum kondisi ekosistem lamun saat ini semakin menurun. Melalui pengembangan padang lamun buatan diharapkan dapat membantu mengembalikan fungsinya, termasuk pertumbuhan fitoplankton sebagai epifit pada salah satu orgasnime yang berasosiasi di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberhasilan penciptaan habitat fitoplankton di padang lamun buatan. Penelitian dilakukan dengan dua model lamun buatan yang terbuat dari tali kalas, tanaman plastik berbentuk semak, dan transplantasi lamun asli jenis Enhalus acoroides serta padang lamun asli sebagai control dengan empat kali ulangan. Fitoplankton yang diperoleh selama penelitian sebanyak 30 jenis. Jenis fitoplankton yang mendominansi semua perlakuan adalah kelas Bacillariophyceae yaitu genus Nitzschia, Coscinodiscus, Bidulphia, Rhizosolenia dan Skeletonema. Jumlah jenis dan kelimpahan fitoplankton yang tertangkap terlihat berbeda di setiap sampling pengamatan. Hingga akhir pengamatan jumlah jenis dan kelimpahan fitoplankton tidak terlihat perbedaan antara lamun buatan dan padang lamun asli. Indeks keanekaragaman dan keseragaman fitoplankton dalam kategori sedang pada ketiga perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padang lamun buatan sama efektifnya dengan padang lamun asli dalam menyediakan tempat untuk penempelan fitoplankton sebagai epifit serta meningkatkan produktivitas primer di ekosistem padang lamun. Kata kunci: habitat, fitoplankton, padang lamun buatan Seagrass bed is one of coastal area ecosystems, which has important role for various marine organisms. Artificial seagrass bed can create new habitat for phytoplankton as one of epiphyte organisms which is associated with others marine organisms. The purpose of this research is to know successful a phytoplankton growth in artificial seagrass bed at Teluk Awur Coastal area, Jepara.. There were three treatments in this research i.e. (a) artificial seagrass bed from kalas rope, (b) artificial seagrass made from plastic, (c) seagrass of Enhalus acoroides, and natural seagrass bed ecosystem as control, with 4 replications. Thirty phytoplankton species were found in that area. Several genera from class Bacillariophyceae dominanted at all treatments, i.e. Nitzschia, Coscinodiscus, Bidulphia, Rhizosolenia and Skeletonema. There were differences on the number of species and abundance of phytoplankton every time sampling. However, the number of species and abundance of phytoplankton were similar between artificial seagrass bed and natural seagrass bed at the end of this research. All treatments have medium category for diversity and evenness index. The results suggest that artificial seagrass bed is as effective as natural seagrass for location (medium) for phytoplankton habitat and for increasing primary productivity. Keywords : habitat, phytoplankton, artificial seagrass bed
Kandungan Klorofil-a Mikrofitobentos di Padang Lamun Perairan Teluk Awur dan Bandengan, Jepara Widianingsih Widianingsih; Ita Riniatsih
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 1 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.462 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.1.6-13

Abstract

Mikrofitobentos yang hidup di lapisan sedimen teratas dapat digunakan sebagai pengukuran produktifitas primer di subtrat dasarperairan. Kandungan klorofil-a pada lapisan sedimen teratas dapat digunakan sebagai pengukuran biomassa mikrofitobentos. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeterminasi kandungan klorofil-a mikroRtobenthos di lapisan sedimen teratas pada padang lamun perairan Teluk Awur dan Bandengan, Jepara. Hash penelitian menyatakan bahwa kandungan klorofil-a mikrofitobentos pada padang/amun perairan Teluk Awur lebih tinggi (0,940 - 1,011 mg/cm3) daripada perairan Bandengan (0,690 - 0,850 mg/cm3), namun berkebalikan dengan kerapatan lamunnya. Hal ini karena semakin tinggi nilai kerapatan padang lamun, semakln sedikit penetrasi cahayayang sampai ke lapisan substratnya sehingga akan mengakibatkan kecilnya nilai klorofil-a mikrofitobentos. Nilai kandungan klorofil-a mikrofitobentos tinggi pada wilayah padang lamun dengan kerapatan yang rendah, kandungan nutrien yang tinggi, kecepatan arus rendah dan penetrasi cafiaya yang tinggi dan sampai ke substrat dasar   Kata Kunci : Klorofil-a mikrofitobentos, Padang Lamun,  Teluk Awur, Bandengan
Komposisi dan Kelimpahan Krustasea di Kawasan Mangrove Muara Sungai Bengawan Solo, Ujung Pangkah - Gresik Retno Hartati; Widianingsih Widianingsih; Yudho Prasetyo
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 13, No 1 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.989 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.13.1.49-56

Abstract

Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis yang sangat penting dan krustasea adalah salah satu kelompok biota yang dominan hidup di habitat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi, kelimpahan Crustasea di kawasan mangrove Muara Sungai Bengawan Solo Ujung Pangkah Gresik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2004. Hasil penelitian menunjukan adanya 18 spesies krustasea dari 9 famili (total 1869 individu), yaitu Alpheus sp 1, Alpheus sp 2 (Alpheidae), Paradeistostoma (Camtandridae), Coenobitidae sp (Coenobitidae), Ozius sp (Eriphiidae), Metaplax sp, Perisesarma sp, Metopograpsus sp (Grapsidae), Lysioquillina sp (Lysioquillidae), llyoplax sp, Uca sp 1, Uca sp 2, Macrophthalmus sp (Ocypodidae), Clibanarus sp (Paguridae), Scylla sp 1, Scylla sp 2, Thalamita sp, dan Portunus sp (Portunidae). Spesies yang dominan adalah Metaplax sp dari famili Grapsidae. Nilai rata-rata kelimpahan 10-277 ind/m2. Rata-rata Krustasea di lokasi penelitian memiliki pola sebaran mengelompok (clumped) Kata kunci: crustasea, komposisi, kelimpahan, mangrove
Produktivitas Biomassa Copepoda di Perairan Demak Muhammad Zaenuri; Hadi Endrawati; Widianingsih Widianingsih; Irwani Irwani
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 13, No 1 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.869 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.13.1.19-24

Abstract

Copepoda sebagai konsumer primer, merupakan biomassa yang dapat dikuantifikasi dengan pendekatan morfometri, dengan output volume tubuh copepoda sebagai landasan penghitungan transfer energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas biomassa copepoda di perairan Demak. Penelitian ini dilaksanakan dari Mei hingga Oktober 2005 pada 6 stasiun di perairan Demak. Sampling dilakukan sebulan sekali dengan menggunakan planktonnet. Sampel copepoda yang diperoleh diklasifikasi berdasarkan ukuran tubuh untuk analisis morfometri sehingga didapatkan biomassa volumetrik. Pengukuran parameter kualitas air (suhu, salinitas, pH, arus, dan kecerahan) dilakukan secara bersamaan dengan sampling copepoda. Hasil pengamatan menunjukkan kelimpahan copepoda total pada 6 stasiun di perairan Demak 741-2094 ind./l. Hasil analisis morfometri ordo Calanoida Genus Acartia sp. berkisar 400-950 μm3; Calanus sp. 400-1900 μm3; Eucalanus sp. 400-925 μrn3; Pseudocalanus sp. 400-1200 μm3; Paracalanus sp. 400-1200 μm3 dan Centmpages sp. 400-1900 μm3. Ordo Cyclopoida, Genus Oithona sp. berkisar 450-1100 μm3 dan Ordo Harpacticoida, Genus Euterpinasp. berkisar 500-1050 μm3Kata kunci: Copepoda, Morfometri, Biomassa, Demak
Kandungan Nutrisi Spirulina platensis yang Dikultur pada Media yang Berbeda Widianingsih Widianingsih; Ali Ridho; Retno Hartati; Harmoko Harmoko
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 13, No 3 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.869 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.13.3.167-170

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi Spirulina platensis yang dikultur pada media Walne, teknis dan kontrol. Kelimpahan S. plantesis tertinggi dicapai pada kuitur dengan media walne, demikian juga kandungan protein, karbohidrat, air, abu dan lemaknya. Pada media Walne, kandungan protein, karbohidrat dan lemak S. plantesis berturut-turut sebesar 50,05±0,53; 15,48±0,47; dan 0,51±0,12%. Sedangkan, pada media teknis, kandungan protein, karbohidrat dan lemak pada S. plantesis berturut-turut adalah 16,23±0,4; 12,57±0,22; dan 0,18±0,03%.  Perbedaan ini disebabkan oleh kandungan nutrient yang ada pada media kuitur.Kata kunci : Spirulina platensis, media walne, media teknis, nutrisi
The Growth of Sea cucumber Stichopus herrmanni After Transverse Induced Fission in Two and Three Fission Plane Retno Hartati; Widianingsih Widianingsih; Hadi Endrawati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 21, No 2 (2016): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.85 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.21.2.93-100

Abstract

Transverse induced fission proven could be done in Teripang Tril, Stichopus herrmanni. This present works aimed to analyze wound recovery, regeneration period and growth of Teripang Trill  after asexual reproduction by fission using two and three fission plane. Observations were made every day until the sea cucumber body separated into two or more (depending on treatment) and reared for 16 weeks.  The results showed that there are differences in wound recovery, regeneration period and growth of S. herrmanni depend on their different fission plane. The wound recovery and regeneration period (days) of anterior, middle and posterior individu S. herrmanni resulted from two and three fission plane were varied but the two fission plane the anterior individu recover for longer period than posterior part and  the wound recover process in both end for thee fission plane was same. Average growth of anterior and posterior fragment were longer for two fission plane than three fission plane.  The middle fragment (M1 and M2) both fission plane was able to grow but very low.  It showed that three fission plane gave very slow growth in every fragment of the body. Keywords: growth, post-fission, fission plane, Stichopus herrmanni
Kelimpahan dan Pola Sebaran Kerang-kerangan (Bivalve) di Ekosistem Padang Lamun, Perairan Jepara Ita Rinitasih; Widianingsih Widianingsih
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 12, No 1 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.112 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.12.1.53-58

Abstract

Beberapa bivalve yang hidup di habitat padang lamun dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain tegakan dan jenis lamun, jenis substrat, kandungan bahan organik pada sedimen serta dipengaruhi oleh parameter lingkungan dan kualitas air. Pengambilan sampel bivalve dilakukan secara random dengan memperhatikan mintakat perairan yang memiliki hamparan padang lamun yang cukup luas. Berdasarkan hasil penelitian Thaiassia hemprichii mendominansi jenis lamun dengan nilai kerapatan 195 ind/m2 sampai dengan 598,3 ind/m2, Anadara ferruginea mendominasi bivalve di perairan Teluk Awur dengan nilai kelimpahan rata-rata 2,25 ind/m2., kemudian diikuti oleh Gafrarium tumidum. (1,75 ind/m2). Hal ini menunjukkan bahwa Anadara ferruginea dan Garrarium tumidum berassosiasi dengan lamun Thaiassia hemprichii. Pola sebaran A. ferruginea merata untuk semua stasiun, namun untuk G. tumidum pola sebaran cenderung mengelompok.Kata kunci : bivalve, lamun, kelimpahan, distribusiSome of bivalves that live in seagrass ecosystem have been influenced by many factors, those are seagrassspecies, substrate and organic matter that are found in sediment, environment and water qualities factors.Bivalve sampling were taken randomly which gave attention on the waters that has vast seagrass bed. Theresult showed that in Teluk Awur water, the most dominance of seagrass species is Thalassia hemprichiiwhich has density value 195 ind/m2 till 598.3 ind/m2. The dominance bivalve is Anadara ferruginea withaverage of abundance value 2.25 ind/m2 and then followed by Gafrarium tumidum (1,75 ind/m2). Weconclude that Anadara ferruginea and Gafrarium tumidum can grow well and associate with Thalassiahemprichii. According the result, distribution parttern A ferruginea has uniform, and for Gafrarium tumidumhas distribution parttern clumped.Key words: Bivalve, Seagrass.
Re-Deskripsi Teripang Stichopus hermanii Dari Kepulauan Karimunjawa Melalui Analisa Morfologi, Anatomi Dan Spikula (Ossicles) Retno Hartati; Widianingsih Widianingsih; Umi Fatimah
Jurnal Kelautan Tropis Vol 18, No 2 (2015): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.14 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v18i2.517

Abstract

Holothuroidea atau yang lebih dikenal dengan sebutan teripang laut atau timun laut merupakan salah satu kelas dari Echinodermata. Penampakan morfologi teripang yang hampir mirip satu dengan yang lain mengakibatkan sering terjadi kekeliruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih jauh tentang identifikasi Stichopus hermanii berdasarkan morfologi, anatomi serta bentuk dan komposisi spikula yang terdapat pada teripang Stichopus hermanii. Hasil pengamatan morfologi berdasarkan bentuk, corak dan warna serta tipe spikula menunjukkan bahwa Stichopus hermanii berwarna teripang berukuran besar dengan panjang mencapai 50 cm. Teripang ini berwarna kuning-kecoklatan dan pada papila kecil terdapat bercak keabu-abuan di seluruh permukaan tubuh dan bagian dorsal yang berbuku-buku. Bentuk dan komposisi spikula didominasi oleh bentuk roset dan meja dengan bentuk kaki empat.Kata kunci : teripang, Stichopus hermanii, re-deskripsi, morfologi, anatomi, spikula (ossicle)Holothuroidea well-known as sea cucumbers is one class of Echinoderm. Morphology of sea cucumbers are almost similar to each other resulting in frequent error of identification. This study aims to re-describe of Stichopus hermanii based its on morphology, anatomy and the form and composition of the spicules. Results of morphological description based on shape, pattern and color as well as the type of spicules shows that Stichopus hermanii has yelow brownish color. The shape and composition of the spicules is dominated by a rosette shape and a table with four legs form.Keywords : teripang, Stichopus hermanii, re-description, morphology, anatomy, spicule (ossicle)
Biologi Krustasea di Tracking Mangrove Kawasan Terusan Pulau Kemujan Kepulauan Karimunjawa Irma Kusumadewi; Rudhi Pribadi; Widianingsih Widianingsih
Journal of Marine Research Vol 2, No 4 (2013) : Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.504 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v2i4.3689

Abstract

The mangrove ecosystem of KarimunjawaNastional Park relatively good and natural used as ecotourism area. Karimunjawa National Park Authority provides facilities such as Mangrove Tracking. The existence of tracking mangrovepredicted can influence to the ecologycal condition of crustaceans, so it is necessary to study on crustaceans and its baseline data for monitoring environmental condition purposes due to the ecotourism area establishment. Sampling has be done on June 2012 – Maret 2013 at Mangrove Tracking Canal Zone Kemujan Island Karimunjawa Archipelago. Determination of sampling locations by using the method of purposive sampling method, then sampling used qualitative methods on 5m x 5m transect and quantitative on 1m x 1m transect. The results found crustaceans by 4 families and 6 species and 13 species of shrimp larvae. Infraordo Brachyura is the most dominant where found 3 families consist of 4 species, and then infraordo Anomura 1 families with 2 species and from infraordo Macrura found shrimp larvae. The most dominate type of crustacean from the result of this research is Clibanarius longitarsus. Crustacean abundance was highest at Station 5 (0.2 ind./25m2) and the lowest abundance at Station 7 (0.04 ind./25m2). Value diversity index (H’) and uniformity (e) are included in the low category and all research stations without domination.
KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN GASTROPODA DI VEGETASI MANGROVE KELURAHAN TUGUREJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG Seto Haryoardyantoro; Retno Hartati; Widianingsih Widianingsih
Journal of Marine Research Vol 2, No 2 (2013) : Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.866 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v2i2.2469

Abstract

Mangrove forest is one of the unique natural ecosystems with high productivity. That comes from organic detritus or litter fall which is essential nutrient sources for organism souch as fish and inverterbrates, one of which is gastropod. The purpose of this study was to determine the composition and abundance of gastropods found in mangrove vegetation Tugurejo Village, District Tugu, Semarang. This study was conducted in September 2011-March 2012. This study material is all gastropods found at the sites. Research consists of 4 stations and samples were taken with using transek (1 x 1) m2 in 3 sub stations. The research revealed that there were 11 species of gastropod belonged to 3 families, i.e. C.rithidea cingulata cingulata, Cerithidea sp.1, Cerithidea sp.2, C. quadrata, T. telescopium, Terebralia palustris (Potamididae), Littorina articulata, L. carinifera, Littorina pallescense (Littorinidae), and Sphaerassiminea miniata (Assiminidae). The species most frequently found was C. cingulata cingulata and T. telescopium. While most species rarely found is C. quadrata. The highest abundance average value was found at Station C which was dominated by Avicennia marina. The diversity index (H ') at Station A and B was low, while at Station C and D was moderate. The Uniformity Index (e) at Station A and B was low but at Station C and D was high and moderate. There was species dominance is Cerithidea cingulata cingulata at Station C.