Hilda Lestiana
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

STUDI PULAU PANAS PERKOTAAN DAN KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN PARAMETER IKLIM SUHU DAN CURAH HUJAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT TM STUDI KASUS DKI JAKARTA DAN SEKITARNYA Halda Aditya Belgaman; Sri Lestari; Hilda Lestiana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 13 No. 1 (2012): June 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v13i1.2206

Abstract

Pulau panas adalah suatu fenomena dimana suhu udara di suatu daerah lebih tinggi daripada suhu udara terbuka di sekitarnya. Daerah urban (perkotaan) sering mempunyai suhu lebih tinggi 1-6 derajat Celsius dibandingkan daerah sekitarnya (daerah pinggiran/ rural). Fenomena inilah yang dikenal sebagai ”Pulau Panas perkotaan” atau ”Urban Heat Island” (UHI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fenomena pulau panas perkotaan terhadap parameter iklim terutama suhu dan curah hujan di daerahJakarta dan sekitarnya. Data yang digunakan pada tugas akhir ini adalah data curah hujan dan temperatur udara harian pada 5 stasiun pengamatan iklim, periode Januari 1991 – Desember 2001 sebagai data permukaan. Citra satelit Landsat 7 ETM+ path / row 122/064 akuisisi tanggal 15/07/2001 band 5,4,2 digunakan untuk menganalisis tutupan lahan dan band 6 digunakan untuk distribusi temperatur permukaan. Hasil menunjukkan nilai temperatur permukaan Kota Jakarta dan sekitarnya berada antara 15.07˚C hingga 33.28˚C. Lokasi pulau panas perkotaan terdapat di daerah Jakarta pusat dan Jakarta utara, dengan perbedaan temperatur sebesar 3˚C dibandingkan dengan daerah sekitarnya.Tutupan lahan yang terdapat di lokasi tersebut merupakan lahan terbangun yang terdiri dari bangunan perumahan, perkantoran, dan jalan raya. Perhitungan nilai korelasi Spearman antara data temperatur udara dari lima stasiun pengamatan dengan nilai piksel temperatur permukaan memperlihatkan adanya korelasi positif antara dua variabel tersebut yang ditunjukkan oleh indeks korelasi sebesar 0.6.Dengan persamaan regresi diperoleh citra temperatur permukaan di seluruh daerah pengamatan yang hasilnya menggambarkan bahwa lokasi pulau panas perkotaan sangat berpengaruh terhadap distribusi temperatur udara di atasnya.Heat island was a phenomenon where the temperature of air in one region higher than the temperature of the open air around it. Urban areas often had the temperature higher 1-6 Celsius when compared the area of surrounding area (the area of outskirts/rural). This phenomenon that was known as ”Pulau Panas Perkotaan” or ”Urban Heat Island” (UHI). This Research aimed to knowing influence of the heat islands of urban areas to climate parameter especially the temperature and the rainfall in the Jakarta and surrounding area. Data used in this research was rainfall data and daily air temperaturefrom 5 climate observation stations, within time period from January 1991 to December 2001 as the surface data. The Landsat satellite image 7 ETM+ path/row 122/064 acquisition date 15/07/2001, band 5, 4, 2 was used to analyze the cover of land and the band 6 was used for the distribution of surface temperature was based on the pixels value.Results showed the value of surface temperature in Jakarta and surrounding area was between 15.07˚C through to 33.28˚C. Location of heat island were in the centre Jakarta and north Jakarta, with the difference of the temperature as big as 3˚C with thesurrounding area. The land cover in this location were the housing building, the office complex, and the highway. Calculation of Spearman correlation value between the air temperature and surface temperature showed the existence of the positive correlation between two variables that it was demonstrated by the correlation index 0.6. From the regression equation we get the interpolated air temperature in Jakarta area.
HIDROGEOLOGI DAN POTENSI CADANGAN AIRTANAH DI DATARAN RENDAH INDRAMAYU Rizka Maria; Anna F Rusydi; Hilda Lestiana; Sunarya Wibawa
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 28, No 2 (2018)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1433.764 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2018.v28.803

Abstract

Potensi airtanah pada suatu cekungan tidak terlepas dari kondisi hidrogeologi di wilayah itu sendiri. Cekungan airtanah Indramayu, yang berada di pesisir utara Jawa Barat, hingga kini belum diketahui secara pasti potensi cadangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi cadangan  air tanah berdasarkan rekonstruksi hidrogeologi data bor. Hasil interpretasi hidrogeologi menunjukkan bahwa litologi akuifer didominasi oleh endapan lempung dengan sisipan lanau, sedikit pasir halus di bagian atas, endapan lempung marin dengan sisipan lanau, dan pasir halus di bagian bawah. Hasil perhitungan menunjukkan prediksi cadangan airtanah yang cukup potensial. Nilai rata – rata potensi airtanah bebas adalah 65.213,8 m3/hari atau 0,754 m3/det. Nilai rata – rata potensi airtanah tertekan adalah 79.557,1 m3/hari atau 0,920 m3/det. Tetapi kualitas airtanah di wilayah Losarang – Lobener – Pasekan – Sindang sebagian besar payau dan memiliki nilai DHL yang tinggi, berkisar antara 4710 – 11400 µs/cm.The groundwater potential of a basin depends on the hydrogeology of the area. Indramayu groundwater basin is located at the north coast of Java Island. Its reserves potential was not identified despite its importance. The objective of this research was to understand the potential of groundwater reserves based on hydrogeological reconstruction from drilling data analysis. The results of the hydrogeology interpretation had indicated that the aquifers lithology are dominated by clay deposits with silt layering, slightly fine sand at the top, marine clay deposits with silt inserts, and fine sand at the bottom. The calculation results had indicated a good potential of groundwater reserves. The mean value of the unconfined groundwater is 65,213.8 m3/day or 0.754 m3/sec. The mean value of the confined groundwater is 79,557.1 m3/day or 0.920 m3/sec. However, groundwater supply potential is not supported by the quality. The groundwater in Losarang - Lobener – Pasekan-Sindang area is brackish and has a high DHL value (4710 – 11400 µs/cm).
KESESUAIAN LAHAN UNTUK KOMODITAS TEH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG, JAWA BARAT Asep Mulyono; Hilda Lestiana; Dedi Mulyadi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 1 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1238.715 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.44

Abstract

ABSTRAK Penurunan produksi komoditas teh di wilayah Sagalaherang, Kabupaten Subang, telah terjadi sejak tahun 2007. Penurunan produksi ini disebabkan oleh semakin berkurangnya ketersediaan lahan untuk budidaya teh akibat konversi lahan perkebunan menjadi pemukiman, diversifikasi komoditas menjadi kelapa sawit. Ketersediaan dan kualitas lahan merupakan salah aspek penting dalam pengembangan komoditas teh guna meningkatkan produksi teh di masa datang. Oleh karena itu diperlukan studi untuk menilai kondisi lahan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kesesuaian lahan untuk komoditas teh di wilayah Sagalaherang. Kegiatan studi dimulai dengan penyusunan peta dasar, yaitu berupa peta-peta tanah, geomorfologi, topografi, dan geologi pada skala 1 : 100.000. Survei tanah dilakukan dengan pengambilan contoh tanah untuk analisa sifat kimia dan fisika tanah di laboratorium. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mencocokkan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan dengan teknik tumpang tindih (overlay). Hasil studi didapatkan bahwa di wilayah studi memiliki 4 ordo tanah, yaitu Inceptisols, Andisols, Ultisols dan Entisols dengan 8 sub grup. Nilai kelas kesesuaian lahan untuk komoditas teh diperoleh kelas S1 dengan luas 6,44 km2, kelas S2 dengan faktor pembatas lereng seluas 45,94 km2, kelas S3 dengan faktor pembatas lereng dan ketersediaan air seluas 38,50 km2 dan kelas N dengan faktor pembatas ketersediaan air dan nutrisi, kondisi drainase dan lereng seluas 32,98 km2. Berdasarkan penilaian kondisi lingkungannya, wilayah Sagalaherang secara umum memiliki kondisi lahan yang sesuai untuk komoditas teh. Oleh karena itu kegiatan alih fungsi atau konversi lahan baik berubah ke lahan pemukiman maupun beralih komoditas ke sawit perlu dibatasi, sehingga produksi teh dapat kembali meningkat dan menjadi komoditas utama di wilayah Sagalaherang.