This Author published in this journals
All Journal Jurnal Theologia
Ahmad Zainal Abidin
STAIN Tulungagung, Jawa Timur

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

EPISTEMOLOGI TAFSIR AL-QURAN FARID ESACK Abidin, Ahmad Zainal
TEOLOGIA Vol 24, No 1 (2013): Kajian al-Quran dan Hadis
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Epistemologically speaking, Esack’s herme­neu­tics is based on reception hermeneutics which is populer in the hand of Biblical hermenut, Fran­cis Shcussler-Fiorenza. In this hermeneutics, the truth of the holy books are seen in an eye of how far can the hermeneutics solve the actual human problems. This is wholly different from that of revelationist who put very huge burden on the discourse on God and how is He present and being involve in the world. Some other hermeneuts also contributed in a different level. In his hermeneutics, Esack put the three basic elements of hermeneutics namely the text-its author, interpreters, and an on going interpreta­tive activity itself. His basic assumption is a particular, contextual and practical interpretation. In South Africa’s  context, Esack tried to transform the context of oppression and dehumanization by apartheid into a critical interpretative model. This thought is based on a non prophetic human experience which is ba­sically interpretative and socially-culturally contex­tual. By this, it is impossible to sustain the existence of a static, universal, united and free-value interpretation. Reversally, this pursued a contextual-particular, temporal and “bias” interpretation. Abstrak: Pembicaraan secara epistemologis, hermeneutika Farid Esack berdasarkan pada hermeneutika resepsi yang populer di tangan ahli hermeneutika Biblikal, Francis Shcussler-Fiorenza. Dalam hermeneutika ini, kebenaran dari kitab-kitab suci dilihat dilihat dari sebuah pandangan sejauhmana bisa hermeneutika memecahkan persoalan-persoalan manusia aktual. Secara keseluruhan ini berbeda dari pewahyu yang meletakkan sangat besar dalam wacana tentang Tuhan dan bagaimana Dia menghadirkan dan terlibat di dunia ini. Beberapa hermeneutika yang lain juga berkontribusi pada level yang berbeda. Dalam hermeneutikanya, Esack menempatkan tiga unsur dasar hermeneutika, yaitu pengarang teks itu sendiri, penafsir, dan berlanjut pada aktivitas interpretatif sendiri. Asumsi dasarnya adalah partikular, kontekstual dan interpretasi praktis. Dalam konteks Afrika Selatan, Esack mencoba mentransformasi konteks penindasan dan dehumanisasi oleh apartheid [politik pemisahan penduduk yang bukan berkulit putih di Republik Afrika Selatan]  ke dalam sebuah model interpretatif kritis. Pemikiran ini berdasarkan pada pengalaman manusia yang non profetik yang pada dasarnya merupakan konteks interpretatif dan kontekstual secara sosio-kultural. Melalui ini memungkinkan untuk mempertahankan eksistensi statik, universal, keutuhan, dan interpretasi bebas nilai. Sebaliknya, ini berlanjut ke sebuah konteks-partikular, interpretasi “bias” dan temporal. Keywords: Reception hermeneutics, Present Context, Contextual-practical Interpretation