Abstract. Urban area management in developed countries such as the United States and Japan which have implemented âTransit Oriented Developmentâ (TOD), shows that TOD seems capable of increasing the property values and and reducing household expenditure for transportation costs. However, applying the TOD concept in Indonesian cities such as Jakarta, Surabaya, and Medan, is a unique and considerable challenge, considering urban transportation condition in Indonesia that is far different from the conditions in urban areas in developed countries. One of important infrastructure policy issues for Jakarta and other rapidly growing cities in Indonesia is how to raise fiscal revenues through âvalue captureâ, in which the increase the property values is due to better access and services from the existances of the railway stations. The research is based on a case study in Serpong, a neighborhood in Jakarta Metropolitan Area (JMA), Indonesia. The focus of this study is to test the basic viewpoint of TOD strategy which is how transport infrastructure such as railway stations influence the property values of a neighborhood. Following Anselin and Lozano-Graciaâs (2009) framework, this paper uses a spatial hedonic pricing model that allows to measure both âdirect and in-direct effectsâ or âexternality spilloversâ from the existence of the railway stations.Abstrak. Pengelolaan kawasan perkotaan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan lain-lain yang telah menerapkan konsep "Pembangunan berorientasi Transit" atau lazim disebut dengan istilah âtransit oriented developmentâ (TOD), menunjukkan bahwa TOD tampaknya mampu meningkatkan nilai properti dan dan mampu mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk biaya transportasi. Namun demikian, menerapkan konsep TOD di kota-kota Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, merupakan tantangan yang unik dimana kondisi tataruang kota dan transportasi perkotaan di Indonesia yang jauh berbeda dari kondisi di daerah perkotaan di negara-negara maju. Salah satu isu kebijakan infrastruktur penting untuk Jakarta dan kota-kota berkembang pesat di Indonesia adalah bagaimana memberikan jastifikasi meningkatkan pendapatan fiskal melalui konsep "value capture", di mana nilai properti meningkat karena akses dan layanan yang baik dari keberadaan stasiun kereta api. Penelitian ini didasarkan pada studi kasus di Serpong, sebuah lingkungan di Jakarta Metropolitan Area (JMA), Indonesia. Fokus dari penelitian ini adalah untuk menguji sudut pandang dasar strategi TOD yaitu bagaimana infrastruktur transportasi, seperti stasiun kereta api, mempengaruhi nilai properti yang ada disekitarnya. Dengan menggunakan kerangka metodoologi yang sama dengan Anselin dan Lozano-Gracia (2009),âspatial hedonic pricing modelsâ studi ini mampu mengukur baik "efek langsungâ maupun âtidak langsung" dari "limpahan eksternalitas" keberadaan stasiun kereta api.