Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Perbandingan Uji Diagnostik Mesothelin Serum dengan CA-125 pada Kanker Ovarium Tipe Epitel USHAN, ERI PERDANA; ASKANDAR T, BRAHMANA; BUDIONO, BUDIONO
Indonesian Journal of Cancer Vol 9, No 2 (2015): April-Juni 2015
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1314.123 KB)

Abstract

This study was conducted to determine and compare the sensitivity, specificity, PPA and NPV of Mesothelin tumor marker, CA-125, combination of Mesothelin and CA-125 as a tumor marker in patients with epithelial ovarian carcinoma. This is a cross sectional diagnostic test on 30 subjects with malignant dan 30 sunjects with benign ovarian tumors that meet the inclusion and exclusion of research criteria in Department of Obstetrics and Gynecology, Medical Faculty Airlangga University/Dr. Soetomo, Surabaya. Blood sample were taken prior to surgery to examine tumor markers (Mesothelin and CA-125) and ultrasound to evaluate tumor mass, and then histopathology of surgery specimen. Statistical data calculated using SPSS. There is a significant increase of Mesothelin serum level and can be used as a tumor marker (alone or in combination with other methods as a triage tool, consider the use of new cut-off value of 1.75 nmol/L). Sensitivity, specificity, PPV, NPV of CA125 is 70%, 33.3%, 51.2% and 52.6%. Sensitivity, specificity, PPV, NPV of Mesothelin-1 is 50%, 80%, 71.4% and 61.5%. Sensitivity, specificity, PPV, NPV of Mesothelin-2 is 36.7%, 93.4%, 84.6% and 59.6%. Sensitivity, specificit , PPV, NPV combination of CA-125 + Mesothelin-1 is 33.3%, 86.7%, 71.4%, 56.5% and 60%. Sensitivity, specificity, PPV, NPV combination of CA-125 + Mesothelin-2 is 23.3%, 93.3%, 77.8%, and 54.9%. Sensitivity, specificity, PPV, NPV of RMI is 83.3%, 36.7%, 56.8%, and 68.8%. CA-125 (as a single tumor marker) has the highest sensitivity and proved as a simple and effective method for the early detection at general population. Mesothelin-2 (either as a single tumor marker or in combination) is more appropriate for the diagnosis tools (triage, determining the risk of malignant from benign ovarian masses) are better than the current and can be considered to replace CA-125.Keywords: tumor marker, CA-125, Mesothelin, combine tumor marker.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui dan membandingkan sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV antara penanda tumor Mesothelin, CA-125, dan kombinasi Mesothelin dan CA-125 sebagai penanda tumor pada penderita keganasan ovarium tipe epitel. Penelitian ini merupakan uji diagnostik cross sectional terhadap 30 pasien tumor jinak dan 30 pasien tumor ganas tumor ovarium yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi di Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-Unair/RSU Dr. Soetomo, Surabaya. Dilakukan pengambilan serum darah untuk memeriksa tumor marker (Mesothelin dan CA-125) dan pemeriksaan ultrasonografi sebelum dilakukan tindakan pembedahan. Kemudian dilakukan pemeriksaan patologi anatomi spesimen operasi. Penghitungan data statistik menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan kadar serum Mesothelin yang dapat digunakan sebagai pemeriksaan penanda tumor tunggal atau kombinasi sebagai alat triase dengan mempertimbangkan penggunaan nilai cut-off 1,75 nmol/L. Sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV CA125 adalah 70%; 33,3%; 51,2%; dan 52,6%. Sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV Mesothelin-1 adalah 50%; 80%; 71,4%; dan 61,5%. Sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV Mesothelin-2 adalah 36,7%; 93,4%; 84,6%; dan 59,6%. Sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV kombinasi CA-125 + Mesothelin-1 adalah 33,3%; 86,7%; 71,4%; 56,5%; dan 60%. Sensitivitas, spesifisitas, PPV, dan NPV kombinasi CA-125 + Mesothelin-2 adalah 23,3%; 93,3%; 77,8%; dan 54,9%. CA-125 (sebagai penanda tumor tunggal) memiliki sensitivitas tertinggi sehingga merupakan metode sederhana dan efektif untuk deteksi dini pada populasi. Mesothelin-2 (baik sebagai penanda tumor tunggal maupun dalam kombinasi) lebih tepat untuk proses penegakan diagnosis (triase, penentuan risiko massa ovarium ganas dari jinak) yang lebih baik dan dapat menggantikan CA-125.Kata Kunci: penanda tumor, CA-125, Mesothelin, kombinasi CA-125 dan Mesothelin
Ekspresi Phosphatase Regenerating Liver-3 dan E-Cadherin pada Kanker Serviks Stadium Awal dan Lanjut Lokoregional ARIFUDDIN, SHARVIANTY; ASKANDAR, BRAHMANA; MISKAD, UPIK ANDERIANI
Indonesian Journal of Cancer Vol 6, No 3 (2012): Jul - Sep 2012
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.115 KB)

Abstract

Tujuan: untuk menyelidiki hubungan antara ekspresi PRL-3 dan E-Cadherin dengan stadium, jenis histopatologi, dan derajat diferensiasi kanker serviks. Metode: penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan potong lintang di beberapa rumah sakit pendidikan Bagian Obstetri dan Ginekologi, Makassar, mulai Januari hingga Juni 2011. Ekspresi PRL-3 dan E-Cadherin diperiksa dengan pengecatan imunohistokimia pada 16 kanker serviks stadium awal dan 15 stadium lanjut lokoregional. Hasil: ekspresi PRL-3 tidak berbeda bermakna antara kanker serviks stadium awal dengan stadium lanjut lokoregional, antara berbagai jenis histopatologik dan derajat diferensiasi (p>0,05). Ekspresi E-Cadherin juga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara berbagai stadium, jenis histopatologi, dan derajat diferensiasi (p>0,05). Tidak didapatkan korelasi bermakna antara ekspresi PRL-3 dengan E-Cadherin pada penelitian ini. Kesimpulan: tidak ada hubungan antara ekspresi PRL-3 dan E-Cadherin dengan stadium, jenis histopatologi, dan derajat diferensiasi kanker serviks.Kata Kunci: Kanker serviks stadium awal, kanker serviks stadium lanjutlokoregional, adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, derajat diferensiasi, PRL-3, E-Cadherin.
Hubungan antara Ekspresi Hsp 27 dan Hsp 70 Dengan Derajat Diferensiasi dan Angka Ketahanan Hidup Dua Tahun pada Penderita Kanker Endometrium Tipe I Pasca-Pembedahan di RSUD Dr. Soetomo YULIATI, INDRA; ASKANDAR, BRAHMANA; FAUZIAH, DYAH
Indonesian Journal of Cancer Vol 9, No 2 (2015): April-Juni 2015
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.783 KB)

Abstract

This research was performed to know the relation between Hsp 27 and Hsp 70 expressions with degree of differentiation and two years survival rate in endometrial cancer type I that has undergone surgery in Dr. Soetomo Hospital, Surabaya. Methods: using observational analysis with retrospective Cohort study design to the endometrial cancer type I patients that had undergone surgery in Dr. Soetomo Hospital. As many as 30 subjects were examined, with dependent variable: Hsp 27 and Hsp 70 expressions and Dependent Variable: the type of endometrial cancer differentiation and 2 years survival rate of the endometrial cancer type I patients. In this research, 30 patients with endometrial cancer type I that had undergone surgery were obtained, with well differentiation (grade I) for 20 samples (66.7%), moderate differentiation (grade II) for 3 samples (10%) and poor differentiation (grade III) accounts for 7 samples (23.3%). Positive results for Hsp 27 are 13 samples, while negative Hsp 27 results are 17 samples. From the analysis, correlation coefficient is -0.218 and p value 0.248 (p > 0.05). Samples with positive Hsp 70 results are 19 (63.3%) and negative Hsp 70 results are 11 samples (36.7%), with correlation coefficient -0.099 and p value 0.603 (p > 0.05). Overall survival rate for Hsp 27 is 22.5 months (log rank 0.066), survival rate 1 year for positive Hsp 27 are 100%, and negative Hsp 27 are 88.2%, while in Hsp 70, the overall survival rate is 22.5 months (log rank 0.076), survival rate 1 year for positive Hsp 70 are 100% and negative Hsp 70 are 81.8%. There are no significant relations between Hsp 27 expression with tumor cells differentiation (grade) and the 2 years survival rate of the endometrial cancer type I patients. And also there are no significant relations between Hsp 70 expressions with tumor cells differentiation (grade). 2 years survival rate of the endometrial cancer type I with positive or negative Hsp expressions are not significantly correlated. And there are no significant relations between 2 years survival rate of the endometrial cancer type I with the cells differentiation degree.Keywords: Hsp 27, Hsp 70, differentiation degree, survival rate, endometrial cancer typeI. ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi Hsp 27 dan Hsp 70 dengan derajat diferensiasi dan angka ketahanan hidup dua tahun pada penderita kanker endometrium tipe I pasca-pembedahan di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Penelitian ini menggunakan penelitian analitik observasional dengan rancangan studi kohort retrospektif terhadap penderita kanker endometrium tipe 1 yang telah dilakukan pembedahan di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, sebanyak 30 subjek. Sebagai variabel bebas: ekspresi Hsp 27 dan Hsp 70. Variabel tergantung: jenis diferensiasi kanker endometrium dan angka ketahanan hidup 2 tahun penderita kanker endometrium tipe 1. Pada penelitian ini, didapatkan kanker endometrium tipe I yang telah dilakukan pembedahan sebanyak 30 penderita. Didapatkan sediaan dengan diferensiasi baik (grade I ) sebanyak 20 (66,7%), diferensiasi sedang (grade 2) 3 sediaan (10%), dan diferensiasi buruk (grade 3) sebanyak 7 sediaan (23,3%). Dengan ekspresi Hsp 27 positif sebanyak 13 sediaan, sedangkan dengan ekspresi Hsp 27 negatif sebanyak 17 sediaan. Dari hasil analisis didapatkan koefisienkorelasi -0,218 dan p value 0,248 (p>0,05). Sediaan dengan ekspresi Hsp 70 positif sebanyak 19 (63,3%), sedangkan Hsp 70 negatif 11 sediaan (36,7%), dengan koefisien korelasi -0,099 dan p value 0,603 (p > 0,05). Dengan overall survival sebesar 22,5 bulan (log rank 0,066), survival rate 1 tahun untuk Hsp 27 positif sebesar 100% dan Hsp 27 negatif sebesar 88,2%. Sedangkan pada Hsp 70, overall survival 22,5 bulan (log rank 0,076) dan survival rate 1 tahun untuk Hsp 70 positif sebesar 100% dan Hsp 70 negatif sebesar 81,8%. Tidak ada hubungan yang bermakna antara ekspresi Hsp 27 dengan diferensiasi sel tumor (grade) dan angka ketahanan hidup dua tahun penderita kanker endometrium tipe I. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna juga antara ekspresi Hsp 70 dengan diferensiasi sel tumor (grade) dan angka ketahanan hidup dua tahun penderita kanker endometrium tipe I dengan ekspresi Hsp 70 positif ataupun negatif. Tidak ada hubungan antara angka ketahanan hidup dua tahun penderita kanker endometrium tipe I dengan derajat diferensiasi sel (grade). Kata Kunci: Hsp 27, Hsp 70, derajat diferensiasi, angka ketahanan hidup, kanker endometrium tipe 1.
Akurasi Kadar Lysophosphatidic Acid Plasma dan Ca125 Serum Penderita Tumor Ovarium Jenis Epitel untuk Prediktor Keganasan Ovarium APRILIAWAN, TRI; ASKANDAR, BRAHMANA
Indonesian Journal of Cancer Vol 8, No 2 (2014): April-Juni 2014
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study was conducted to determine and compare the sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value between CA125, Lysophosphatidic Acid Plasma (LPA) and combination of LPA - CA125 in patients with ovarian mass.This study was a analytic observational cross sectional studies, with 56 subjects who had ovarian tumors, who had the inclusion and exclusion criteria research, in Department of Obstetrics and Gynecology FK-Unair/dr. Soetomo Hospital, Surabaya. After that, patients performed surgery, and histopatology examination of operation specimens in this hospital. Inclusion criteria for this study were patients with epithelial ovarian tumors from Anatomical Pathology examination. The 56 study subjects , we were divided into 2 groups based on histopatological examination, one group with 31 subjects we classified into epithelial type malignant ovarian tumors study group, while the other group consist of 25 subjects we classified into epithelial type benign ovarian tumors study group.Sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value of CA125 was 87.1%; 28%; 60%; and 63.8%. Sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value LPA was 51.6%; 76%; 72.7%; and 55,9%. And sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value combination LPA - CA125 was 45.2%; 92%; 87.5%; and 57.5%. And in this study we get the CA125 cut-off at 50 u/mL gives better results than 35 u/mL, whereas the LPA cut-off 2.5 ?M still the best, although the Kappa analysis results for both are not significant.In this study, plasma LPA level patients with ovarian tumor can not be used as a tumor marker for epithelial malignant ovarian cancer. CA125 levels can be used as a tumor marker for epithelial malignant ovarian cancer, while combination of CA125 levels and LPA levels increase the specificity but does not increase the sensitivity. This was contrast with previous studies that the sensitivity and specificity of plasma LPA is excellent and they proposed use LPA plasma as a tumor marker.
Ekspresi p53 Mutan dan caspase 3 sebagai Faktor Prediksi terhadap Operabilitas Kanker Serviks IIB setelah Mendapat Kemoterapi Neoajuvan Prakosa, Teguh; Askandar, Brahmana; Fauziah, Dyah
Indonesian Journal of Cancer Vol 7, No 2 (2013): Apr - Jun 2013
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.197 KB)

Abstract

Tujuan: untuk mengetahui ekspresi caspase 3 dan p53 mutan dalam memprediksi respons operabilitas (pra-operatif) pada penderita kanker serviks IIB yang mendapatkan kemoterapi neoajuvan paclitaxel-platinum.Metode: ekspresi caspase 3 dan p53 mutan diperiksa dengan pengecatan immunohistokimia pada 40 potongan biopsi jaringan pasien kanker serviks IIB yang memenuhi kriteria inklusi, yang melakukan pengobatan di RSUD dr. Soetomo, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya mulai bulan Desember 2006 hingga Juli 2011. Kriteria inklusi meliputi penderita kanker serviks IIB yang mendapatkan rejimen kemoterapi neoajuvan paclitaxel-platinum (cisplatin 75 mg/m2 atau carboplatin AUC 5 – paclitaxel 175 mg/m2) sebanyak tiga seri berturut-turut 3 mingguan dan telah dilakukan evaluasi operabilitasnya pasca-kemoterapi neoajuvan yang dilakukan sebelum operasi, 3 minggu sampai 4 minggu setelah kemoterapi yang terakhir. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan studi kasus kontrol.Hasil: hubungan antara ekspresi p53 mutan dan caspase 3 dengan operabilitas post kemoterapi neoajuvanpaclitaxel-platinum dianalisis dengan uji regresi logistik sederhana. Dari penelitian ini didapatkan sejumlah 22 (55%) pasien kanker serviks IIB yang mendapat kemoterapi neoajuvan memberikan respons inoperable dan 18 (45%) pasien memberikan respons operabel. Ekspresi p53 mutan terbanyak menunjukkan hasil ekspresi negatif, dengan rentang skor 0-1, yaitu sebanyak 33 (82,5%) penderita. Ekspresi positif didapatkan pada 7 (17,5 %) penderita, dan tidak didapatkan perbedaan yang signifikan (p 0,48; OR: 0,55 (CI 95%:0,11-2,87)). Jumlah ekspresi caspase 3 yang positif dan negatif menunjukkan jumlah yang sama besarnya baik pada luaran inoperabel maupun operabel, yaitu masing-masing 13 (72,2%) dan 11 (50,0%); dengan p=0,158, OR:2,60(CI 95%:0,69-9,81).Kesimpulan: ekspresi caspase 3 dan p53 mutan tidak dapat memprediksi respons operabilitas pada pasien kanker serviks IIB yang mendapatkan kemoterapi neoajuvan paclitaxel-platinum.Kata kunci: kanker serviks stadium IIB, kemoterapi neoajuvan paclitaxel-platinum, operabilitas pascakemoterapi neoajuvan
Ekspresi Heat Shock Protein 70 (HSP70) dan Caspase-3 sebagai Prediktor terhadap Operabilitas Kanker Serviks Stadium IIB setelah Mendapat Kemoterapi Neoajuvant Paclitaxel-Carboplatin Udiyanto, Hermawan; Askandar, Brahmana; Fauziah, Dyah
Indonesian Journal of Cancer Vol 7, No 3 (2013): Jul - Sep 2013
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1074.677 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ekspresi HSP70 dan Caspase-3 terhadap keberhasilan operabilitas kanker serviks stadium IIB setelah pemberian kemoterapi neoajuvant Paclitaxel-Carboplatin 3 seri. Metode: ekspresi HSP70 dan caspase-3 diperiksa dengan pengecatan imunohistokimia pada 40 potongan biopsi jaringan pasien kanker serviks IIB yang memenuhi kriteria inklusi, yang melakukan pengobatan di RSUD dr. Soetomo, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, mulai Desember 2006 hingga Juli 2011. Kriteria inklusi meliputi penderita yang telah dilakukan evaluasi keberhasilan terapi (operabilitas) pasca-kemoterapi neoajuvant Paclitaxel-Carboplatin sebanyak 3 seri berturut-turut, dengan interval pemberian 3 minggu. Evaluasi keberhasilan terapi (operabilitas) tidak mengikuti kriteria respons terapi berdasarkan RECIST (Response Evaluation Criteria in Solid Tumours). Waktu pemeriksaan 3 – 4 minggu setelah pemberian kemoterapi yang terakhir. Operabilitas tumor, yaitu kondisi klinis kanker serviks di mana pada pemeriksaan dalam vagina (vaginal toucher/VT) dan pemeriksaan dalam rektum oleh tim ginekologi onkologi setelah penderita mendapatkan kemoterapi neoajuvant Paclitaxel-Carboplatin 3 seri dinyatakan bahwa pada parametrium secara klinis tidak didapatkan infiltrasi tumor. Jenis dan bentuk penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, studi case control pada penderita kanker serviks IIB yang mendapat kemoterapi neoajuvant Paclitaxel-Carboplatin sebanyak 3 kali dengan interval pemberian kemoterapi 3 minggu.Hubungan antara ekspresi HSP70 dan caspase-3 dengan operabilitas post-kemoterapi neoajuvant Paclitaxel-Carboplatin dianalisis dengan regresi logistik. Ekspresi HSP70 negatif dan HSP70 positif mempunyai jumlah total yang sama, yaitu 20 orang (50%), masing-masing 9 orang pada kelompok operabel dan 11 orang pada kelompok inoperabel. Tidak ada perbedaan yang bermakna hubungan antara HSP70 dengan operabilitas ( p = 1 ), dengan OR = 1,00 ( 95%CI : 0,28-3,47 ). Ekspresi caspase-3 positif sebanyak 24 orang (60,0%), masing-masing 13 orang pada kelompok operabel dan 11 orang pada kelompok inoperabel. Pada ekspresi Caspase-3 negatif, sebanyak 16 orang (40,0%), masing-masing 5 orang pada kelompok operabel dan 11 orang pada kelompok inoperabel. Tidak ada perbedaan yang bermakna hubungan antara ekspresi caspase-3 dengan operabilitas ( p = 0,154 ), dengan OR = 0,06 ( 95%CI : 0,69-9,81). Kombinasi antara ekspresi HSP70 (+) dan ekspresi caspase-3 (-), sebanyak 8 orang (20%), masing-masing 2 orang pada kelompok operabel dan 6 orang pada kelompok inoperabel. Sedangkan pada kelompok selain kombinasi antara ekspresi HSP70 (+) dan ekspresi caspase-3 (-) sebanyak 32 orang (80%), masing-masing 16 orang pada kelompok inoperabel dan 16 orang pada kelompok operabel. Tidak ada perbedaan yang bermakna hubungan antara kombinasi ekspresi HSP70 (+) dan ekspresi caspase-3 (-) dengan operabilitas ( p = 0,217 ), dengan OR = 3,0 ( 95 % CI : 0,525-17,159).Kesimpulan: ekspresi HSP70 dan caspase-3 tidak dapat dijadikan sebagai prediktor operabilitas pada kanker serviks stadium IIB yang mendapatkan neoajuvant kemoterapi Paclitaxel-Carboplatin.Kata kunci: Kanker serviks stadium IIB, kemoterapi neoajuvant Paclitaxel-Carboplatin, operabilitas pascakemoterapi neoajuvant.
Comparison Between HE4, CA-125, and Combination of Both HE4 and CA-125 as Tumor Markers for Epithelial Ovarian Carcinoma Patients MULAWARDHANA, PUNGKY; ASKANDAR, BRAHMANA; -, SOEHATNO
Indonesian Journal of Cancer Vol 6, No 2 (2012): Apr - Jun 2012
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.115 KB)

Abstract

Tujuan: Mengetahui dan membandingkan sensitivitas, spesifisitas, Positive Predictive Value, dan Negative Predictive Value antara  HE4, CA-125, serta kombinasi  HE4 dan CA-125 sebagai  tumor  marker pada pasien  kanker ovarium tipe epitel. Mengetahui adanya korelasi antara kadar HE4 dengan kadar CA-125 serum pada pasien tumor ovarium.Metode penelitian dan tempat:  Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan  cross-sectional, dilaksanakan di poli, ruang kandungan, dan Laboratorium Patologi  Klinik RSU dr. Soetomo, sert laboratorium Prodia. Sampel dan alur penelitian: Terdapat 53 pasien dengan  tumor  ovarium  yang dioperasi di RSU dr. Soetomo antara Februari sampai  Mei 2011 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Terhadap masing-masing pasien dilakukan pemeriksaan HE4 dan CA-125 pada  1 hari sebelum operasi.  Setelah  hasil PA selesai,  didapatkan 11 pasien  yang mengalami drop out, 42 pasien  lainnya kami masukkan dalam analisa  penelitian dengan  rincian 17 pasien  kanker ovarium tipe epitel  dan 25 pasien  dengan  tumor  jinak ovarium. Peneliti  berusaha mengetahui dan membandingkan sensitivitas, spesifisitas, Positive Predictive Value, dan Negative Predictive Value antara HE4, CA-125, serta kombinasi HE4 dan CA-125 sebagai tumor marker pasien kanker ovarium tipe epitel.Hasil penelitian: Analisis statistik  Mc Nemar menunjukan kadar CA-125 serum memiliki perbedaan yang bermakna  dengan  hasil PA (p = 0,004), sedangkan kadar HE4 serum (p = 1,000) dan kombinasi kadar HE4 & CA-125 serum (p = 0,344) tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan hasil PA dalam menentukan diagnosis kanker ovarium. Spesifisitas kombinasi HE4 dan CA-125 (88,00%) lebih baik dari HE4 (80,00%) maupun CA-125 (20,00%). Sensitivitas HE4 (76,47%) lebih baik dari CA-125 (70,59%) maupun kombinasi  HE4 dan CA-125 (58,82%). Positive predictive value kombinasi  HE4 dan  CA-125 (76,92%) lebih  baik dari HE4 (72,22%) maupun CA-125 (37,50%). Negative predictive value HE4 (83,33%) lebih baik dari kombinasi HE4 dan CA-125 (75,86%) maupun CA-125 (50,00%). Uji korelasi dari Pearson  menilai semua  pasien  sampel  tumor ovarium mendapatkan adanya korelasi kadar HE4 serum dengan  CA-125 serum, nilai r = 0,453 (p = 0,003).Kesimpulan: Kombinasi HE4 dan CA-125 memiliki nilai diagnostik lebih tinggi dibandingkan dengan  HE4 tunggal  dan CA-125 tunggal  sebagai tumor marker kanker ovarium tipe epitel. Terdapat korelasi antara kadar CA-125 serum  dengan  kadar HE4 serum  pada  pasien  tumor  ovarium, walaupun  tidak ada hubungan patofisiologi antara  kedua tumor marker tersebut.Kata kunci: HE4, CA-125, sensitivitas, spesifisitas, positive  predictive value, negative predictive value, kanker ovarium tipe epitel, tumor jinak ovarium
Ekspresi Heat Shock Protein 70 (HSP-70) dan P53 Mutan sebagai Faktor Prediksi Operabilitas Pasca-kemoterapi Neoajuvan pada Kanker Serviks IIB SIMANJUNTAK, ROY YUSTIN; ASKANDAR, BRAHMANA; FAUZIAH, DYAH
Indonesian Journal of Cancer Vol 6, No 4 (2012): Oct - Dec 2012
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.115 KB)

Abstract

Tujuan: untuk mengetahui ekspresi HSP-70 dan p53 mutan dalam memprediksi respons operabilitas (pra-operatif) pada penderita kanker serviks IIB yang mendapatkan kemoterapi neoajuvan Paclitaxel-Platinum. Metode: penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan kasus kontrol. Ekspresi p53 mutan dan HSP 70 diperiksa dengan pengecatan imunohistokimia pada 40 potongan biopsi jaringan pasien kanker serviks IIB yang memenuhi kriteria inkluasi, yang melakukan pengobatan di RSUD dr. Soetomo, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, mulai Desember 2006 hingga Juli 2011. Kriteria inklusi meliputi ukuran tumor ? 4 cm, telah dievaluasi operabilitas melalui pemeriksaan klinis dan mendapatkan kemoterapi neoajuvan Paclitaxel-Platinum (setiap 3 minggu selama 3 siklus).Hasil: dari penelitian ini didapatkan total sampel sebanyak 40 pasien yang mendapat kemoterapi neoajuvan Paclitaxel- Platinum. Dari 40 sampel tersebut, 22 (55%) pasien kanker serviks IIB memberikan respons inoperable dan 18 (45%) pasien memberikan respons operabel. Ekspresi p53 mutan terbanyak menunjukkan hasil ekspresi negatif, dengan rentang skor 0-1, yaitu sebanyak 33 (82,5%) penderita. Ekspresi positif didapatkan pada 7 (17,5%) penderita dan tidak didapatkan perbedaan yang signifikan (p 0,48; OR: 0,55 (CI 95%:0,11- 2,87)). Jumlah ekspresi HSP 70 yang positif dan negatif menunjukkan jumlah yang sama besarnya, baik pada luaran inoperabel maupun operabel, masing-masing 11 (50,0%) dan 9 (50,0%), dengan p=1,00, OR: 1,00 (CI 95%:0,289-3,48). Hubungan antara ekspresi p53 dan HSP 70 dengan operabilitas post kemoterapi neoajuvan Paclitaxel-Platinum dianalisa dengan uji Chi-square.Kesimpulannya, ekspresi HSP 70 dan p53 mutan tidak dapat memprediksi respons operabilitas pada pasien kanker serviks IIB yang mendapatkan kemoterapi neoajuvan Paclitaxel-Platinum.Kata kunci: Kanker serviks stadium IIB, kemoterapi neoajuvan Paclitaxel- Platinum, operabilitas pasca-kemoterapi neoajuvan.
Ekspresi CD44 dan ALDH1 (Penanda Sel Punca Kanker) sebagai Prediktor Respons Kemoterapi Neoadjuvant Cisplatin pada Kanker Serviks Uteri Stadium IIB RUSULDI, GUNAWAN; ASKANDAR, BRAHMANA
Indonesian Journal of Cancer Vol 11, No 3 (2017): July - September 2017
Publisher : Indonesian Journal of Cancer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1610.351 KB)

Abstract

Giving neoadjuvant chemotherapy allows stage IIB cervical cancer having surgery with a chance of avoiding radiotherapy. Giving neoadjuvant chemotherapy in several studies produces varied responsses. The method for predicting whether a cervical cancer patient experiences responsse of treatment in neoadjuvant chemotherapy becomes important thing, considering the side effects of chemotherapy, time, and cost. Sub-population of cells called Cancer Stem Cells (CSC) is something which is alleged to be responssible for cancer growth, recurrence and the process of resistance to chemotherapy and radiation. Some researchers proved that this occurrence is due to the cancer stem cell which is surviving after chemotherapy. The presence of cervical cancer stem cells is shown by CD44 and ALDH1. This research proves there is connection between the expression of CD44 and ALDH1 as a marker of cancer stem cells with cisplatin neoadjuvant chemotherapy responsse and correlation in the increasing of expression of CD44 and ALDH1 (a marker of cancer stem cells) against cisplatin neoadjuvant chemotherapy resistance in cervical cancer stage IIB. Design observational analytic form prospectively study with total samples 30 patient cervical cancer IIB from December 2016 until May 2017. Clinical and MRI examination and cervical biopsy to immunohistochemistry examination for CD44 and ALDH1. Administration of neoadjuvant chemotherapy (NAC) cisplatin 50 mg/m2 4 times everyweek. After 2–3 weeks after last NAC, repeat to MRI examination. Assesment responsse therapy with RECIST criteria. Chemotherapy responsse obtained Partial Responsse (PR) 12 pts (40%), Stable Dissease (SD) 12 pts (40%), and Progressive Dissease (PD) 6 pts (20%). There is Relationship Strong Negative Correlation Expression CD44 with chemotherapy responsse (Spearman test rs= - 0.903 and p= 0.000); analysis ROC curve obtained cut off 37.00 and 76.00 with accuration 86,67%. Also there is Relationship Strong Negative Correlation Expression ALDH1 with chemotherapy responsse (Spearman test rs= - 0.893 and p= 0.000); analysis ROC curve obtained cut off 55.00 and 94.00 with accuration 93.33%. Analysis with Spearman there is Strong Correlation between CD44 with ALDH1 (rs= 0.907 and p=0.000). And ALDH1 is more better predictor than CD44 to predict chemoterapy responsse (beta coeficient CD44 = -0.389, ALDH1= -0.551). CD44 and ALDH1 expression can be used a predictor of responsse to neoadjuvant chemotherapy cisplatin in patient with cervical cancer IIB; and ALDH1 more better as predictor than CD44. ABSTRAK Pemberian kemoterapi neoadjuvant memungkinkan kanker serviks stadium IIB dapat dilakukan pembedahan dengan kemungkinan menghindari pemberian radioterapi. Pemberian kemoterapi neoadjuvant pada beberapa penelitian memberikan hasil yang bervariatif. Metode untuk memprediksi apakah seseorang penderita kanker serviks mengalami respons terapi pada kemoterapi neoadjuvant menjadi hal yang penting, mengingat efek samping kemoterapi, waktu, dan biaya. Subpopulasi sel yang dinamakan sel punca kanker/cancer stem cells (CSC) tersebutlah yang diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya pertumbuhan kanker, kekambuhan, serta proses resistansi terhadap kemoterapi dan radiasi. Beberapa peneliti membuktikan bahwa kejadian seperti ini disebabkan sel punca kanker yang tetap bertahan hidup pasca-kemoterapi. Keberadaan sel punca kanker serviks ditunjukkan oleh CD44 dan ALDH1. Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara ekspresi CD44 dan ALDH1 sebagai penanda sel punca kanker dengan respons kemoterapi neoadjuvant cisplatin; dan terdapat korelasi peningkatan ekspresi CD44 dan ALDH1 (penanda sel punca kanker) terhadap resistansi kemoterapi neoadjuvant cisplatin pada kanker serviks stadium IIB. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik observasional secara prospektif dengan jumlah sampel 30 pasien kanker serviks IIB mulai Desember 2016 sampai Mei 2017. Pemeriksaan klinis dan MRI serta biopsi serviks dilakukan, kemudian dilanjutkan pemeriksaan imunohistokimia CD44 dan ALDH1. Pemberian kemoterapi neoadjuvant (NAC) cisplatin 50 mg/m2 dilakukan 4 kali setiap minggu. Setelah 2–3 minggu NAC terakhir pasien dilakukan pemeriksaan ulang klinis ataupun MRI untuk menilai respons terapi secara kriteria RECIST. Respons kemoterapi menunjukkan partial response (PR) 12 subjek (40%), stable dissease (SD) 12 subjek (40%), and progressive dissease (PD) 6 subjek (20%). Terdapat korelasi negatif kuat antara ekspresi CD44 dengan respons terapi (Spearman test rs= - 0,903 dan p= 0,000). Analisis kurva ROC mendapatkan nilai cut off 37,00 dan 76,00 dengan nilai akurasi sebesar 86,67 %. Juga terdapat korelasi negatif kuat antara ekspresi ALDH1 dengan respons terapi (Spearman test rs= - 0,893 and p= 0,000); dilanjutkan analisis kurva ROC didapatkan nilai cut off 55,00 dan 94,00 dengan nilai akurasi sebesar 93,33%. Analisis dengan Spearman didapatkan hubungan korelasi kuat antara ekspresi CD44 dengan ALDH1 (rs= 0,907 dan p=0,000). ALDH1 merupakan prediktor yang lebih baik daripada CD44 (beta coeficient CD44 = -0,389; ALDH1= -0,551). Ekspresi CD44 dan ALDH1 (penanda sel punca kanker) dapat dipakai sebagai prediktor respons kemoterapi neoadjuvant cisplatin pada kanker serviks IIB. ALDH1 merupakan prediktor yang lebih baik daripada CD44
Hubungan Peritoneal Carcinomatosis Index dan Predictive Index Value Fagotti dengan Kadar Serum Fatty Acid Binding Protein 4 pada Kanker Ovarium Epitel Stadium Lanjut YAZNIL, MUHAMMAD RIZKI; TJOKROPRAWIRO, BRAHMANA ASKANDAR; FAUZIAH, DYAH
Indonesian Journal of Cancer Vol 11, No 3 (2017): July - September 2017
Publisher : Indonesian Journal of Cancer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.469 KB)

Abstract

In advanced ovarian cancer, the main goal of surgery is complete debulking with no visible residual tumor, and predicting it before surgery has become a goal that still unresolved. The ability in advanced ovarian cancer surgery varied between healthcare facilities. Recent discovery put forward the role of fatty acid as one of the main source of energy for ovarian cancer aggresiveness and the role of fatty acid binding protein (FABP) escpecially FABP4 expression as an important biomarker for predicting residual disease in ovarian cancer. There are no data about FABP4 serum in ovarian cancer and it’s role in predicting the extensiveness of advanced stage ovarian cancer. To evaluate correlation between FABP4 serum level with PIV Fagotti Score and Peritoneal Carcinomatosis Index (PCI) in advanced stage ovarian cancer. Analytic observational study. Among 28 subjects, most age groups (46.4%) are 40–45 years of age, 46.4% with normal body mass index, 71.4% with ovarian cancer stage IIIC, 75% with high grade serous adenocarcinoma, average ascites volume 3232.1 ± 2006.9 mL, median CA125 serum 1094 u/mL (12–19425 u/mL). The rate of optimal and complete debulking is 53.5% from 28 subjects. Strong expression of FABP4 on 42.9% subjects. MeanFABP serum 69.6 ± 51.4 ng/mL. Mean PCI score is 14.5 (3–29), mean PIV score is 6 (2–12). There is a significant correlation between FABP4 expression and FABP4 serum level (p<0.05) with moderate power (r=0.55), and a significant correlation with moderate power (r=0.421) between FABP4 serum level with PCI and PIV score. There is a significant correlation with moderate power between rising FABP4 serum and the extent of peritoneal carcinomatosis evaluated by PCI and PIV Fagotti Score in advanced stage ovarian cancer.ABSTRAKPrediksi resektabilitas pada kanker ovarium epitel masih merupakan masalah penting yang belum terpecahkan. Penelitian-penelitian mutakhir mengemukakan peran dari asam lemak sebagai salah satu sumber energi penting bagi progresivitas kanker ovarium. FABP4 sebagai salah satu protein yang berperan dalam transportasi asam lemak merupakan salah satu biomarker yang dijumpai pada kanker ovarium dengan residu tumor. Akan tetapi, penelitian mengenai kadar serum FABP4 pada stadium lanjut belum ada. Selain itu, apakah PCI dan PIV skor Fagotti mempunyai hubungan dengan kadar serum FABP4 pada kanker ovarium stadium lanjut belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi antara PIV skor Fagotti dan PCI dengan kadar serum FABP4 pada penderita kanker ovarium stadium lanjut. Observasional analitik digunakan dalam penelitian ini, di mana peneliti ingin melihat korelasi antara nilai skor PIV skor Fagotti dan PCI dengan kadar serum FABP4. Subjek penelitian berjumlah 28 orang dengan karakteristik: kelompok usia terbanyak 40–45 tahun (46,4%); indeks massa tubuh normal (46,4%); stadium FIGO IIIC (71,4%); high grade serous ovarian cancer (75%); jumlah rerata asites 3232,1 ± 2006,9 mL; median kadar serum CA125 1094 u/mL (12–19425 u/mL); 53,5% subjek dapat dilakukan sitoreduksi optimal dan komplit. Ekspresi FABP4 yang kuat terjadi pada 42,9% subjek. Rerata kadar serum FABP4 69,6 ± 51,4 ng/mL. Korelasi signifikan antara ekspresi FABP4 dengan kadar serum FABP4 pada penelitian ini (p<0,05), dengan tingkat korelasi sedang (r=0,55). Rerata PCI total 14,5. Rerata PIV adalah 6 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 12.Didapatkan korelasi signifikan (p<0,05) antara kadar serum FABP4 dengan penilaian PCI dan PIV dengan tingkat korelasi sedang (r=0,421, r=0,458). Pada penelitian ini ditemukan korelasi signifikan dengan kekuatan korelasi sedang antara peningkatan skor PIC dan PIV skor Fagotti dengan peningkatan kadar serum FABP4 pada pasien kanker ovarium stadium lanjut.