Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Expression of Lon-like Protease Gene from Lactobacillus plantarum IIA-1A5 in Escherichia coli BL21(DE3) Olfa Mega; Cece Sumantri; Irma Isnafia Arief; Cahyo Budiman
Jurnal Agripet Vol 19, No 2 (2019): Volume 19, No. 2, Oktober 2019
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (835.803 KB) | DOI: 10.17969/agripet.v19i2.14904

Abstract

Proteases are one of most important and abundant enzymes produced by the biotechnology industry, for scientific, physiological and industrial application and dominates of the whole enzyme market. Lactobacillus plantarum IIA-1A5 is an Indonesian lactic acid bacteria (LAB) isolated from beef Peranakan Ongole cattle. Preliminary analysis on its whole genome sequence indicated that this strain harbours some genes involved in protein degradation and might be promising to be further applied. This study aims to optimize the gene sequence of a lon-like protease of L. plantarum IIA-1A5 for heterologous expression system. The Lon-like gene expression system is made using genes that have been optimized first in silico.  pET-28a(+), E. coli BL21(DE3), Nde1 and BamH1 were used in this study as a expression vector, a host and retriction enzyme, respectively.  Molecular weight was validated using SDS-PAGE and expasy.org software. The results showed that optimization increased codon adaptation index value (CAI) and GC content to 0.97 and 56.57%, respectively, which were suitable for the E. coli expression system. The Lon-like IIA gene was successfully expressed in the cell cytoplasm by induction of 1 mM Isopropyl β-D-1-thiogalactopyranoside (IPTG) at 37 °C.  As many as 88% of Lon-like IIA codons were distributed in the 91-100 quality group. Lon-like IIA was successfully expressed in a host cell induced with 1 mM IPTG at 37oC . IPTG induction was performed at the 3rd hour of incubation with OD600 0.59. In addition, Lon-like IIA molecular weight was detected approximately 43 kDa.
Total Count of Lactic Acid Bacteria in Goats and Cows Milk Yoghurt using Starter S. thermophilus RRAM-01, L. bulgaricus RRAM-01 and L. acidophilus IIA-2B4 Olfa Mega; Jaya Putra Jahidin; Noraimah binti Sulaiman; Muhammad Yusuf; Muhamad Arifin; Irma Isnafia Arief
Buletin Peternakan Vol 44, No 1 (2020): BULETIN PETERNAKAN VOL. 44 (1) FEBRUARY 2020
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v44i1.42311

Abstract

Yoghurt is a well-known fermented dairy product which produced using a combination of lactic acid bacteria (LAB) of Streptococcus thermophilus, Lactobacillus bulgaricus and L. acidophillus as fermentation starters. Cow milk is usually used as a raw ingredient. The LAB-based local yoghurt starter (S. thermophilus RRAM-01 (ST), L. bulgaricus RRAM-01 (LB) and L. acidophilus IIA-2B4 (LA)) were previously isolated from milk and meat, nevertheless had not been extensively attempted to be used in yoghurt production. This study aimed to evaluate the characteristics of cow and goat milk based yoghurt produced by using a single local strater of S. thermophilus RRAM-01 (ST) or L. bulgaricus RRAM-01 (LB) or L. acidophilus IIA-2B4 (LA). The yoghurts were produced through addition of the starter (3% v/v each) with 1010 CFU mL-1 of initial population, and then fermented at room temperature for 24 hr.  The result revealed that initial population of LAB in goat’s milk yoghurt fermented by ST or LB were significantly higher than that of by LA. Yet, after 24-hour of storage at room temperature, the total population of LA increased and reached final population which was higher than LB or ST. Meanwhile, cow’s milk yoghurt fermented by LB had the highest population of at the initial day (D0), while after fermentation the highest population were observed on LB or LA cow’s milk yoghurt. Overall goat’s milk yoghurt had significantly lower pH values than the cow’s milk yoghurt. These were accompanied by higher the total titrated acid (TTA) of goat’s milk yoghurt than that of cow’s milk yoghurt. Based on pH and TAT values, it was found that  ST bacteria produced significantly higher total acidity goat’s milk yoghurt, followed by LB and LA. However, the type of culture had no effect on total acidity of cow's milk yoghurt.
Pengaruh Pemberian Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) terhadap Karakteristik Dendeng Daging Ayam Petelur Afkir Olfa Mega; Warnoto Warnoto; Dewi Bintang Castika
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 4, No 2 (2009)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.4.2.106-112

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dendeng ayam petelur afkir dengan pemberian jahe merah giling dalam bumbu sebagai perlakuan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan dan lima ulangan. Perlakuannya adalah : tanpa jahe merah dalam bumbu (P0), penambahan jahe merah 5 % dalam bumbu (P1) dan penambahan jahe merah 10% dalam bumbu (P2). Perbedaan antar perlakuan diuji lanjut dengan DMRT. Pada penyimpanan 0, 15 dan 30 hari dilakukanpengamatan terhadap keempukan, kadar air, nilai pH dan uji organoleptik. Hasil sidik ragam menunjukkan pemberian jahe merah pada dendeng ayam petelur afkir berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap keempukan dan kadar air dendeng pada umur penyimpanan 0, 15 dan 30 hari dan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap pH dendeng pada penyimpanan 0, 15 dan 30 hari. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa dendeng dengan pemberian jahe 10 % (P1) dalam bumbu pada penyimpanan 0, 15 dan 30 hari lebih disukai oleh panelis. Pemberian jahe dalam bumbu dendeng sebanyak 10 % memiliki karakteristik dendeng yang lebih baik yang ditunjukkan dengan meningkatkan keempukan, menekan pertambahan kadar air, menurunkan pH dan meningkatkan persentase tingkat kesukaan panelis terhadap rasa, warna, dan aroma dendeng ayam petelur afkir.Kata-kata kunci : jahe merah, ayam petelur afkir, dendeng
Komposisi Nutrisi Pasta Berbahan Baku Nikumi Kuda dan Sapi Olfa Mega
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 3, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.3.2.93-100

Abstract

ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengevaluasi komposisi nutrisi pasta berbahan baku nikumi kuda dan sapi. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial, faktor 1 terdiri dari jenis daging (daging kuda dan daging sapi) dan faktor 2 terdiri dari jumlah leaching (0, 3, 6 dan 9) kali. Data dianalisis dengan anova uji lanjut menggunakan Least square means (LSMeans). Hasil penelitian menunjukkan pencucian (leaching) nyata (P<0,05) menurunkan kadar lemak, protein, protein larut garam dan meningkatkan karbohidrat pasta tetapi tidak nyata meningkatkan kadar abu pasta. Persentase penurunan kadar lemak berturut-turut pada pencucian 3, 6 dan 9 kali adalah 15,96%; 29,16 % dan 42,12% untuk kadar protein adalah 13,14%; 24,56 % dan 29,35% serta untuk kadar ssp adalah 13,53%; 28,15% dan 67,64%. Karbohidrat meningkat 28,35%, 88,57% dan 120,35% dibanding tanpa pencucian.Kata-kata kunci: Pencucian, nutrisi, pasta nikumi.
Sifat-sifat Organoleptik Nikumi Kuda dan Sapi pada Beberapa Frekuensi Pencucian (Leaching) Olfa Mega
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 2, No 1 (2007)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.2.1.11-16

Abstract

ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat organoleptik nikumi kuda dan sapi,. dengan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis daging yaitu daging kuda dan daging sapi, faktor kedua adalah frekuensi pencucian ( 0, 3, 6 dan 9 kali). Uji yang digunakan adalah uji rating melibatkan 25 orang panelis semi terlatih meliputi penilaian terhadap warna, tekstur, bau atau aroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan frekuensi leaching nyata (P<0,05) menurunkan aroma, warna dan tekstur nikumi kuda dan sapi. Pada leaching 3 kali aroma nikumi kuda lebih amis dibanding nikumi sapi tetapi relatif sama pada leaching 6 kali dan 9 kali. Warna nikumi kuda lebih merah dari nikumi sapi sampai leaching 9 kali, sedangkan tekstur nikumi kuda lebih kasar dari nikumi sapi kecuali pada leaching 3 kali teksturnya relatif sama.Kata kunci : leaching, nikumi kuda dan sapi, organoleptik
Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso Olfa Mega; Desia Kaharuddin; Kususiyah Kususiyah; Yosi Fenita
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 3, No 1 (2008)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.3.1.30-34

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh beberapa level daging itik Manila dan tepung sagu terhadap komposisi kimia dan sifat organoleptik bakso. Rancangan yang digunakan ádalah rancangan acak lengkap terdiri dari 5 perlakuan dan 22 ulangan. Perlakuannya ádalah P0 = 60 % daging sapi dan 40% tepung sagu (kontrol), P1 = 85% daging itik 15% tepung sagu, P2 = 75% daging itik 25% tepung sagu, P3 = 65% daging itik 35% tepung sagu dan P4 = 55% daging itik 45% tepung sagu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar air dan kadar protein bakso tetapi nyata (P<0.05) mempengaruhi kadar lemak bakso. Nilai rataan dari kadar air dan protein adalah 60,34% dan 10,19%. Kadar lemak P1 nyata lebih tinggi (2,83%) dibanding P2 (1,23%), P3 (1,19%) dan P4 (1,17%). Kadar lemak bakso kontrol (P0) yang menggunakan daging sapi 60% nyata lebih rendah dibanding bakso yang menggunakan daging itik Manila pada semua level. Tidak ada perbedaan sifat organoleptik (keempukan, bau, warna dan rasa) bakso daging itik manila dengan beberapa kombinasi level daging dan tepung sagu.Kata Kunci: Daging itik, tepung sagu, komposisi kimia, organoleptik, bakso
Pengaruh Pemberian Air Nanas (Ananas cosumus) terhadap Kualitas Daging Ayam Petelur Afkir Yosi Fenita; Olfa Mega; Eva Daniati
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 4, No 1 (2009)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.4.1.43-50

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air buah nanas (Ananas cosumus) terhadap kualitas daging ayam petelur afkir. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap(RAL) 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuannya adalah (P0) pemberian air minum tanpa air nanas, (P1) pemberian air nanas selama satu minggu sebelum dipotong, (P2) pemberian air nanas selama dua minggusebelum dipotong, (P3) pemberian air nanas selama tiga minggu sebelum dipotong. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), bila terdapat pengaruh yang nyata diuji dengan Duncan Multiple Range Test (Steel dan Torrie, 1993). Variabel yang diamati yaitu pH daging, keempukan daging, lemak abdominal, cooking loss, konsumsi air minum, dan uji organoleptik (warna, bau, dan rasa). Hasil penelitian  menunjukkan bahwa pemberian air buah nanas secara nyata (P<0,05) dapat menurunkan lemak abdominal, dan meningkatkan keempukan daging, susut masak, uji organoleptik namun tidak berpengaruh nyata terhadap pH daging dan konsumsi air minum. Apabila dilihat secara kuantitatif keempukan daging dengan pemberian air buah nanas selama tiga minggu lebih baik dari kontrol.Kata kunci: air nanas, daging, kualitas, petelur afkir
Pengaruh Leaching terhadap Komposisi Nutrisi Bakso Itik Talang Benih Olfa Mega
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 4, No 1 (2009)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.4.1.51-56

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari komposisi nutrisi bakso itik talang benih yang dibuat dari bahan baku nikumi. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak lengkap, yang terdiri dari empat perlakuan yaitu P0 (tanpa pencucian), P1 (1 kali pencucian), P2 (2 kali pencucian) dan P3 (3 kali pencucian), masing-masing perlakuanterdiri dari 3 ulangan. Data dianalisis ragam dengan menggunakan prosedur General Linier Models (GLM) dari Statistical Analysis System (SAS) Program. Perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut dengan Duncan Muliple Range Test (Steel dan Torrie, 1995). Hasil penelitian menunjukkan leaching (pencucian) tidak nyata (P>0,05) berpengaruhi terhadap kadar air dan kadar abu bakso tetapi nyata (P<0,05) menurunkan kadar protein dan kadar lemak, sedangkan karbohidrat meningkat pada leaching 2 kali (21,79%) dan 3 kali (21,87%). Penurunan kadar protein berturut-turut pada P1, P2 dan P3 adalah 2%; 9% dan 14%, sedangkan untuk kadar lemak turunsebanyak 1%; 29% dan 27% dibanding P0.Kata-kata kunci : komposisi nutrisi,bakso, itik talang benih, leaching
Stabilitas Emulsi, Susut Masak dan Karakteristik Organoleptik Pasta Nikumi Kuda dan Sapi Olfa Mega
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 1, No 2 (2006)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.1.2.39-44

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas emulsi, susut masak  karakteristik organoleptik pasta nikumi kuda dan sapi. Penelitian menggunakan rancang acak kelompok dengan pola faktorial.  Faktor pertama adalah jenis daging yaitu daging kuda dan daging sapi, faktor kedua adalah frekuensi pencucian (0,3,6 dan 9 kali). Hasil penelitian menunjukan peningkatan frekuensi leaching tidak nyata (P>0.05) mempengaruhi stabilitas emulsi dan susut masak tetapi pasta nikumi kuda lebih stabil disbanding pasta nikumi sapi. Leaching sangat nyata (P<0.01) meningkatkan kesukaan terhadap aroma, rasa dan warna tetapi tidak nyata terhadap sifat oles.Kata kunci : stabilitas emulsi, susut masak, organoleptik, pasta nikumi
Kualitas Karkas Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum dengan Suplementasi Tepung Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Gustina Gustina; Olfa Mega; Rustama Saepudin
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.8.2.97-110

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas karkas ayam broiler dengan ransum protein yang menggunakan tepung kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) sebagai feed suplement. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan.Ayam yang digunakan sebanyak 48 ekor broiler. Perlakuan terdiri dari P0 (ransum basal), P1 (ransum basal+0,5% tepung kelopak bunga rosella), P2 (ransum basal+1% tepung kelopak bunga rosella), P3 (ransum basal+1,5% tepung kelopak bunga rosella). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung kelopak bunga rosella nyata (P<0,05) menurunkan berat karkas. Pada perlakuan P3 (331,13 g) nyata lebih rendah dari P2 (390,50 g), P1 (488,38 g) dan P0 (606,25 g). Berat karkas perlakuan P2 (390,50 g) nyata lebih rendah dibandingkan P1 (488,38 g) dan P0 (606,25 g) dan berat karkas perlakuan P1 (488,38 g) nyata lebih rendah dari P0 (606,25 g). Namun demikian perlakuan tersebut tidak nyata mempengaruhi persentase karkas (P0 59,14%, P1 58,84%, P2 59,62%, dan P3 59,91%), warna karkas (berkisar 3,03-3,27) dan meat bone ratio paha dan dada (Paha berkisar 1,96-2,63 dan dada berkisar 1,95-3,29). Pemberian tepung kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) menurunkan berat karkas tetapi tidakberpengaruh terhadap persentase karkas, warna karkas dan meat bone ratio paha dan dada.Kata Kunci :Feed suplement, kualitas karkas, tepung kelopak bunga rosella