Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

ANALISIS KONSENTRASI LOW DENSITY LIPOPROTEIN TEROKSIDASI SERUM PADA TAHAPAN ATEROSKLEROSIS Ismawati, Ismawati; Oenzil, Fadil; Yanwirasti, Yanwirasti; Yerizel, Eti
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 4 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.04.11

Abstract

Aterosklerosis merupakan proses yang terjadi secara bertahap meliputi tahap inisiasi, progresi dan komplikasi. Beberapa penelitian memperlihatkan kaitan antara stres oksidatif dengan aterosklerosis, tetapi belum ada penelitian yang menganalisis perbedaan stres oksidatif pada berbagai tahap aterosklerosis. Konsentrasi oxidized low density lipoprotein (oxLDL) menggambarkan stres oksidatif yang terjadi sehingga dikenal sebagai marker stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi oxLDL serum pada berbagai tahap aterosklerosis pada hewan coba. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar oxLDL serum pada 24 ekor tikus yang terdiri dari kelompok normal, inisiasi, progresi dan komplikasi. Induksi aterosklerosis dilakukan dengan pemberian vitamin D3 (700.000 IU/kg) dan pakan tinggi lipid (kolesterol 2%, lemak kambing 5%, asam kolat 0,2%) masing-masing selama 2 hari, 4 hari dan 2 minggu. Konsentrasi oxLDL serum diukur dengan teknik Enzyme linked immunosorbent assays (ELISA). Data disajikan sebagai rata-rata±SD. Uji statistik yang digunakan adalah uji Anova. Konsentrasi oxLDL serum lebih tinggi pada inisiasi dibandingkan normal (2,17±0,26ng/mL versus 1,93±0,25ng/mL, p>0,05) dan lebih tinggi lagi pada progresi dan komplikasi (2,75±0,25ng/mL dan 3,3±0,61ng/mL, p<0,05) masing-masing terhadap normal dan inisiasi). Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi oxLDL pada berbagai tahap aterosklerosis dan konsentrasi paling tinggi pada tahap komplikasi. Hal ini membuka kemungkinan untuk mengembangkan oxLDL sebagai marker tahapan aterosklerosis.
PERBEDAAN KADAR CORTICOTROPIN RELEASING HORMONE PADA PERSALINAN PRETERM DAN ATERM Syahid MP, Miskah Indah; Yerizel, Eti; Amir, Arni
(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) Vol 6, No 2 (2021): JIMKesmas (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37887/jimkesmas.v6i2.17977

Abstract

Abstrak Imaturitas organ tubuh dapat terjadi pada janin dalam kehamilan kurang bulan atau preterm yang menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian bayi baru lahir . Salah satu biomarker penyebab terjadinya persalinan preterm yaitu peningkatan kadar corticotropin releasing hormone. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan kadar corticotropin realising hormone pada persalinan kurang bulan (preterm) dan persalinan cukup bulan (aterm) . Metode penelitian ini yaitu penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu sebanyak 23 persalinan preterm dan 23 persalinan aterm yang diambil secara consecutive sampling. Pemeriksaan corticotropin releasing hormone menggunakan ELISA Reader dengan Analisa statistic menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada persalinan preterm rerata kadar corticotropin releasing hormone lebih tinggi yaitu sebesar 5,13 ± 2,28 ng/ml dibandingan dengan persalinan aterm yaitu sebesar 4,63 ± 1,07 ng/ml dengan p value 0,030. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar corticotropin releasing hormone pada persalinan preterm dan aterm. Kata Kunci: Persalinan Preterm, Persalinan Aterm, Corticotropin Releasing Hormone
Analisis Kandungan Timbal Pada Gorengan yang Dijual Sekitar Pasar Ulakan Tapakis Padang Pariaman Secara Spektrofotometri Serapan Atom Angga Putra Perdana; Elmatris Sy; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i3.727

Abstract

Timbal dapat mencemari lingkungan dan meracuni makhluk hidup. Timbal dapat menyebabkan berbagai gangguan pada tubuh mulai dari sistem hematopoetik, neurologis, endokrin, ginjal, gastrointestinal, hematologi, dan reproduksi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis kandungan timbal dalam jajanan rakik udang yang dijual sekitar Pasar Ulakan Tapakis Padang Pariaman. Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan kualitatif yang dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan dilanjutkan untuk pemeriksaan kuntitatif di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Andalas dari Agustus 2015 – Februari 2016. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel uji sebanyak 21 sampel yang jumlahnya sama dengan populasi (total sampling). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test kit timbal dan spektrofotmetri serapan atom. Hasil penelitianmenunjukan bahwa dari 21 sampel uji didapatkan semua sampel (100%) mengandung timbal namun masih berada dibawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh Kepala BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009. Didapatkan kadar timbal berada pada 0,037 ppm – 0,202 ppm dengan kadar rata-rata 0,112 ppm. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seluruh sampel positif mengandung timbal namun masih berada dibawahambang batas yang ditetapkan sehingga masih aman untuk dikonsumsi.
Gambaran Kadar Trombosit, Besar Limpa dan Kadar Albumin Serum pada Pasien Sirosis Hati dengan Varises Esofagus Vella Paraditha; Saptino Miro; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.601

Abstract

Gambaran Kadar Trombosit, Besar Limpa dan Kadar AlbuminSerum pada Pasien Sirosis Hati dengan Varises EsofagusVella Paraditha1, Saptino Miro2, Eti Yerizel3AbstrakVarises esofagus merupakan komplikasi sirosis hati yang didiagnosis dengan endoskopi. Pada keadaantertentu, pemeriksaan endoskopi tidak dapat dilaksanakan, sehingga diperlukan cara lain sebagai alternatif untukmenilai varises esofagus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kadar trombosit, besar limpa dan kadaralbumin serum pasien sirosis hati pada berbagai derajat varises esofagus. Penelitian ini berupa deskriptif retrospektifdengan instrumen data rekam medik pasien sirosis hati dengan varises esofagus yang telah menjalani pemeriksaanfisik, laboratorium dan endoskopi di RSUP dr. M. Djamil Padang dari Januari 2010 sampai Juli 2012. Sampel yangdidapatkan berjumlah 33 pasien. Sebagian besar pasien mengalami trombositopenia. Penurunan kadar trombosit tidakberhubungan dengan peningkatan derajat varises esofagus. Besar limpa pada sebagian besar pasien dengan varisesesofagus derajat 1, 2, maupun 3 adalah ≤ S1. Seluruh pasien mengalami hipoalbuminemia. Penurunan kadar albuminserum tidak berhubungan dengan peningkatan derajat varises esofagus. Penelitian ini menunjukkan bahwa penurunankadar trombosit dan kadar albumin serum tidak berhubungan dengan peningkatan derajat varises esofagus. Tidakterdapat perbedaan besar limpa yang signifikan antara pasien dengan varises esofagus derajat 1, 2, maupun 3.Direkomendasikan agar menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak pada penelitian selanjutnya dan data yangdigunakan sebaiknya diperoleh dari pemeriksa yang sama.Kata kunci: kadar trombosit, besar limpa, kadar albumin, derajat varises esofagusAbstractEsophageal varices is a complication in liver cirrhosis which can be diagnosed by endoscopy. However, oncertain conditions, endoscopy examination can not be performed. Another method is needed as an alternative toassess the esophageal varices. The objective of this study was to recognize platelet count, spleen size and serumalbumin level of liver cirrhosis patient in each esophageal varices degree. This is a retrospective descriptive study. Theinstruments used in this study are the medical record data of liver cirrhosis patients that have esophageal varices, whohave undergone physical, laboratory and endoscopy examinations in dr. M. Djamil Hospital Padang on January 2010-July 2012. Thirty-three patients were eligible for this study. The most of patients had thrombocytopenia. The decreasein platelet count was not related to the increase in esophageal varices degree. Spleen size in most of patients with first,second, and third degree esophageal varices was ≤ S1. All of patients had hypoalbuminemia. The decrease in albuminlevel was not related to the increase in esophageal varices degree. This study showed that the decrease in plateletcount and albumin level were not related to the increase in esophageal varices degree. There was no significantdifference in spleen size between patients with first, second, or third degree esophageal varices.Keywords: platelet count, spleen size, albumin level, esophageal varices degree
Pengaruh Pemberian Aspartam terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Diabetes Melitus Diinduksi Aloksan Ega Purnamasari; Eti Yerizel; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.134

Abstract

AbstrakAspartam merupakan gula pengganti rendah kalori yang sering dikonsumsi oleh pengidap diabetes, tetapi keamanannya masih kontroversi. Intensitas rasa manis aspartam yang tinggi diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian lain menyebutkan hasil metabolisme aspartam berupa asam aspartat dan fenilalanin dapat menjadi prekursor glukosa melalui glukoneogenesis. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian aspartam terhadap kadar glukosa darah tikus diabetes melitus diinduksi aloksan. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post-test only control group design. Sampel penelitian ini terdiri dari 20 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi kelompok kontrol negatif (KN), kontrol positif (KP), perlakuan 1 (P1), perlakuan 2 (P2). Aloksan 150 mg/kgBB diinduksikan pada kelompok KP dan P2, aspartam 315 mg/kgBB diberikan pada kelompok P1 dan P2 selama 4 minggu. Kadar glukosa darah puasa diukur setelah 4 minggu menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian ini didapatkan rerata kadar glukosa darah puasa kelompok KN (88,39 mg/dL), KP (134,11 mg/dL), P1 (93,95 mg/dL), dan P2 (66,66 mg/dL). Analisis data dengan Uji ANOVA nilai p= 0,000 (p<0,05), terdapat perbedaan kadar glukosa darah puasa yang bermakna pada semua kelompok. Keimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian aspartam terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa tikus diabetes melitus diinduksi aloksan.Kata kunci: aspartam, kadar glukosa darah, diabetes melitus, aloksanAbstractAspartame is a low-calorie sugar substitute that is often consumed by people with diabetes, but the safety of aspartame is still controversial. The high intensity of aspartame sweetness could be expected to lower blood glucose levels. Other study said the results of the metabolism of aspartame such aspartic acids and phenylalanine which can be a precursor of glucose through gluconeogenesis. The purpose of this study was to determine the effect of aspartame on blood glucose levels of alloxan induced diabetic rats. This study is an experimental study with a post-test only control group design. Twenty male Wistar rats were divided into 4 groups: negative control (KN), positive control (KP), treatment 1 (P1), treatment 2 (P2). Alloxan 150 mg/kg body weight induced in KP and P2 groups, aspartame 315 mg/kg body weight administered on P1 and P2 groups for 4 weeks. Fasting blood glucose levels were measured after 4 weeks using a spectrophotometer. The results of this study, the mean fasting blood glucose levels KN group (88.39 mg/dL), KP (134.11 mg/dL), P1 (93.95 mg/dL), and P2 (66.66 mg/dL). Data were analyzed using ANOVA test, p-value=0.000 ( p<0.05 ), there are differences in fasting blood glucose levels were significant in all groups. The conclusions of this study is the provision of aspartame in alloxan induced diabetic rats can cause a decrease in blood glucose levels significantly.Keywords: aspartame, blood glucose levels, diabetes mellitus, alloxan
Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang Tiara Dwi Pratiwi; Masrul Masrul; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.595

Abstract

AbstrakStatus gizi merupakan salah satu indikator kesehatan anak. Masa lima tahun (masa balita) adalah periode penting dimana anak membutuhkan kecukupan gizi untuk menunjang pertumbuhan fisiknya. Anak bergantung pada ibu yang berperan dalam pengasuhan dan perawatan anak. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Belimbing. Telah dilakukan penelitian dengan desain cross-sectional dengan sampel sebanyak 163 ibu dengan 163 anak berumur 12-60 bulan. Ibu sebagai responden, diwawancarai langsung dengan menggunakan kuesioner. Status gizi balita diukur dengan indikator berat badan/tinggi badan dan diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi status gizi WHO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 84,7% balita memiliki status gizi normal dan 15,3% balita memiliki status gizi kurang. Pola asuh berdasarkan pola asuh makan terbanyak pada kategori sedang yaitu 40,5%, berdasarkan pola asuh kesehatan terbanyak pada kategori baik sebanyak 44,8% dan pola asuh psikososial terbanyak pada kategori sedang sebanyak 78,5%. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh makan dan pola asuh kesehatan dengan status gizi (p=0,014; p=0,006). Pola asuh psikososial tidak terdapat adanya hubungan signifikan dengan status gizi (p=0,842). Kesimpulan studi ini menyarankan kepada ibu-ibu agar memperhatikan asupan makan serta perawatan kesehatan anak. Ibu juga seharusnya membawa anak secara rutin ke posyandu atau pelayanan kesehatan terdekat.Kata kunci: pola asuh, status gizi, balita AbstractNutritional status is one of child’s health indicator. The first five year of children life is the important period whereby child needs proper nutrition to support the growth. In order to fulfill this, as a caregiver for the children, every mother has an important role. The objective of this study was to determine the association care practices to nutritional status in children.This study was cross sectional on 163 mothers from 163 children whose age were 12-60 months old. Care practices was measured by interviewed mother by using questionnaire and nutritional status was measured by using body weight/body height according to WHO growth chart. The study showed that 84,7% children were normal nutritional status and 15,3% children were underweight. The study also found that 40,5% children with moderate care for feeding, 44,8% with good care for health and 78,5% with moderate care for psychosocial. There was significant association between care for nutrition and care for health with child nutritional status (p=0,014; p=0,006) and there was no significant association between care for psychosocial with child nutritional status (p=0,842). The conclusion suggest  the mothers have to pay attention with food intake and child health care. Mothers should take their children regularly to public health center. Keywords: care practices, nutritional status, children
Pengaruh Pemberian Aspartam terhadap Kadar Low-Density Lipoprotein dan High-Density Lipoprotein pada Tikus Wistar Diabetes Melitus Diinduksi Aloksan Revivo Rinda Pratama; Eti Yerizel; Rahmatini Rahmatini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.172

Abstract

AbstrakAspartam telah disetujui oleh FDA untuk dikonsumsi. Konsumsi pemanis buatan ini menggunakan dosis ADI (Acceptable Daily Intake) yaitu 50 mg/kgBB. Individu dengan diabetes melitus kemungkinan menjadi antusias terhadap adanya aspartam. Aspartam dapat mempengaruhi metabolisme profil lipid. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian aspartam terhadap kadar LDL dan HDL tikus diabetes melitus diinduksi aloksan. Ini merupakan penelitian eksperimental dengan randomized post test only control group design. Subjek penelitian adalah 15 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri dari lima (5) ekor tikus. Pemberian aspartam (dosis 315 mg/kgBB tikus) diberikan kepada kelompok perlakuan selama empat (4) minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian aspartam pada tikus diabetes melitus diinduksi aloksan berpengaruh terhadap penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar HDL. Kadar LDL pada kelompok kontrol positif adalah 30 ± 2 mg/dl, pada kelompok perlakuan adalah 24 ± 2 mg/dl. Sedangkan kadar HDL pada kelompok kontrol positif adalah 19 ± 1 mg/dl, pada kelompok perlakuan adalah 22 ± 1 mg/dl. Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar LDL dan HDL antara kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pemberian aspartam pada tikus diabetes melitus diinduksi aloksan berpengaruh terhadap penurunan kadar LDL dan peningkatan kadar HDL.Kata kunci: aspartam, diabetes melitus, LDL, HDLAbstractAspartame has been approved by the FDA for consumption. Consumption of artificial sweeteners is using ADI (Acceptable Daily Intake) dose which is 50 mg/kg. Individuals with diabetes mellitus would likely be enthusiastic consumers of aspartame. Aspartame can influence the metabolism of lipid profile. The purpose of this study was to determine the effect of aspartame on levels of LDL and HDL at rats with diabetes mellitus induced by alloxan. The research is experimental research with randomized post test only control group design. The subjects were 15 male Wistar rats those were divided into three groups: a negative control group, a positive control group, and the treated group. Each group consists of five (5) male rats. Administration of aspartame (dose of 315 mg/kg rat) was administered to the treatment group for four (4) weeks. The results showed that administration of aspartame in rats with diabetes mellitus induced by alloxan was influenced the decreased in LDL levels and increased in HDL levels. The LDL levels in positive control group was 30 ± 2 mg/dl, in the treatment group was 24 ± 2 mg/dl. While the levels of HDL in positive control group was 19 ± 1 mg/dl, in the treatment group was 22 ± 1 mg/dl. There is a significant difference in the levels of LDL and HDL between the positive control group with the treatment group. The conclusion of this research are the administration of aspartame in rats with diabetes mellitus induced by alloxan influenced the decreased in LDL levels and increased in HDL levels.Keywords: aspartame, diabetes mellitus, LDL, HDL
Gambaran NAFLD pada Pasien dengan Sindrom Metabolik di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Nadila Andam Astari; Eva Decroli; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.269

Abstract

AbstrakSindrom metabolik adalah kumpulan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang terjadi secara bersamaan pada seorang individu, antara lain: peningkatan glukosa darah puasa, obesitas sentral, dislipidemia, dan hipertensi. Salah satu manifestasi sindrom metabolik adalah non alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran NAFLD pada pasien dengan sindrom metabolik di poliklinik penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan bentuk cross sectional dan pendekatan retrospektif menggunakan data primer berupa hasil USG hati dan lingkar perut serta data sekunder berupa data rekam medis hasil pemeriksaan tekanan darah dan lab darah (gula darah, kolesterol, dan trigliserida) pasien dengan sindrom metabolik di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Oktober 2013 – Agustus 2014. Dari 30 subjek yang didapatkan, didapatkan 20 diantaranya menderita NAFLD (67%). Dari 20 orang penderita NAFLD, 20 orang (100%) obesitas sentral, 19 orang (95%) menderita gula darah puasa terganggu, 13 orang (65%) mengalami peningkatan trigliserida darah, 13 orang (65%) mengalami penurunan kadar HDL darah, dan 15 orang (75%) hipertensi.Kata kunci: sindrom metabolik, NAFLD, obesitas AbstractMetabolic syndrome is a set of cardiovascular disease risk factors that occur simultaneously on an individual, i.e. increase in fasting blood sugar, central obesity, dyslipidemia, and hypertension. Non alcoholic fatty liver disease (NAFLD) is one of the manifestations of metabolic syndrome. The objective of this study was to determine description of NAFLD on patients with metabolic syndrome at internal medicine polyclinic RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Descriptive research has been conducted with a cross-sectional study and a retrospective approach using liver USG result and waist circumference as primary data and medical record of blood pressure and lab (triglyceride, HDL, fasting blood sugar) as secondary data on patients with metabolic syndrome at RSUP Dr. M. Djamil Padang during October 2013 – August 2014. The result of this study showed 20 cases of NAFLD (67%) from 30 subjects found. From those 20 cases, 20 have central obesity (100%), 19 have impaired fasting blood sugar (95%), 13 have hypertriglyceridemia (65%), 13 have decrease of blood HDL level (65%), and 15 have hypertension (75%).Keywords: metabolic syndrome, NAFLD, obesity
Pengaruh Pemberian Ekstrak Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Terhadap Kadar Malondialdehid dan Aktivitas Katalase Tikus yang Terpapar Karbon Tetraklorida Zuraida Zuraida; Eti Yerizel; Eliza Anas
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i3.366

Abstract

Abstrak Pemberian rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) diharapkan melindung hepar tikus dari kerusakkan akibat stres oksidatif pada keracunan karbon tetraklorida (CCl 4). Senyawa yang sering dijadikan petunjuk adanya kerusakan tersebut adalah malondialdehid (MDA). Rosella mengandung vitamin C, flavonoid, polifenol dan beta karoten. Tujuanpenelitian ini adalah menentukan pengaruh pemberian ekstrak rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) terhadap MDA dan aktivitas katalase tikus yang terpapar CCl 4. Ini adalah penelitian eksperimental dengan desain Post test Only Control Group Design. Sampel 24 ekor tikus Strain Wistar berumur 2-3 bulan, berat 150-200 gr. Sampel diambil secara acakdan dibagi 4 kelompok terdiri dari kelompok kontrol negatif, kontrol positif (CCl 4), perlakuan 1 (CCl 4 dan ekstrak rosella 250 mg/kg bb) dan perlakuan 2 (CCl4  dan ekstrak rosella 500 mg/kg bb). Pemberian CCl 4secara oral dosis tunggal, setelah 24 jam kemudian diberi ekstrak rosella secara oral selama 14 hari. Data dianalisis dengan uji Anova, tingkatkepercayaan 95%.Pemberian ekstrak rosella secara statistik didapatkan perbedaan yang signifikan rerata kadar MDA dan katalase antar kelompok (p < 0,05). Disimpulkan bahwa ekstrak rosella dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas katalase tikus yang terpapar CCl 4. Kata kunci: karbon tetraklorida, MDA, katalase, rosella Abstract Administering roselle (Hibiscus sabdariffa Linn) is expected to protect rat liver from damage caused by oxidative stress in CCl4 poisoning. Rosella contains vitamin C, flavonoids, polyphenol and beta carotene. Compounds which was often used as marker of the damage caused by free radicals wa MDA. The objective of this study was to determine the effect of extracts of roselle (Hibiscus sabdariffa Linn) on MDA and catalase activity of rats exposed to CCl4. Experimental research design with Post test Only Control Group Design. Samples of 24 male Wistar Strain rats were 2-3 months old. weighing 150-200 gr. Samples were taken at random and divided into 4 groups consisting of a negative control group, positive control (CCl4), treatment 1 (CCl4 and roselle extract 250 mg / kg bw) and treatment 2 (CCl4 and roselle extract 500 mg / kg bw). CCl4 was given a single dose orally, after 24 hours, the subjects were given rosella extract orally for 14 days. Data were analyzed by ANOVA with a confidence level of 95%. Rosella extract obtained statistically significant differences of MDA and catalase levels among groups (p <0.05). It can be concluded that the rosella extract can reduce levels of MDA and increase the activity of catalase mice exposed to CCl4. From the research it can be concluded that the rosella extract can reduce levels of MDA and increas the activity of catalase mice exposed to CCl4. It is needed further research on the toxicity of extracts of rosella and organ damage caused.Keywords: carbon tetrachloride, MDA, catalase, rosella
Pengaruh Pemberian Susu Coklat Terhadap Kadar F2Isoprostan pada Siswa di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Sumatera Barat Dezi Ilham; Afriwardi Afriwardi; Eti Yerizel
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i3.344

Abstract

Abstrak Latihan fisik yang berlebihan dapat meningkatkan produksi radikal bebas di dalam tubuh. Peningkatan radikalbebas ini kalau tidak dinetralisasi oleh antioksidan di dalam tubuh, maka terjadilah stres oksidatif yang dapatmenyebabkan terjadinya peroksidasi lipid, sehingga menghasilkan produk senyawa F2-isoprostan yang dapatberdampak terhadap berbagai masalah kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruhpemberian susu coklat terhadap kadar F2-isoprostan. Penelitian ini merupakan eksperimental pre and post test controlgrup design terhadap 36 siswa atlet, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Subjek dibagi dua kelompok yaituyang diberikan perlakuan susu coklat dan kontrol susu putih. Susu diminum setelah latihan fisik rutin atlet sebanyaksatu kali sehari selama 15 hari. Kadar F2-isoprostan dinilai sebelum dan sesudah secara ELISA. Data dianalisisdengan paired sample t-Test, bermakna bila p<0,05. Hasil penelitian didapatkan rerata kadar F2-isoprostan sebelumperlakuan pada kelompok susu coklat adalah 65,98±14,61 pg/ml dan sesudah perlakuan adalah 45,55±13,74 pg/ml.Rerata kadar F2-isoprostan sebelum perlakuan pada kelompok kontrol susu putih adalah 54,24±20,44 pg/ml dansesudah perlakuan adalah 48,80±20,23 pg/ml. Kesimpulan yang diperoleh ada pengaruh yang bermakna dari reratakadar F2-isoprostan sebelum dan sesudah perlakuan baik pada kelompok perlakuan susu coklat dan kelompok kontrolsusu putih.Kata kunci: latihan fisik, radikal bebas, F2-isoprostan, susu coklatAbstract Excessive physical exercise can increase the production of free radicals in the body. The increase in freeradicals if not neutralized by antioxidants in the body and it caused oxidative stress which can cause lipid peroxidation,resulting in F2-isoprostane product compounds that can affect a variety of health problems. The objective of this studywas to determine the influence of milk chocolate on F2-isoprostane levels. This study was an experimental pre andpost test control group design to the 36 student athletes, who meet the inclusion and exclusion criteria. The subjectswere divided in two groups: the treatment given milk chocolate and white milk is given control, drunk after a routinephysical exercise athlete, once a day for 15 days. F2-isoprostane levels were assessed before (pre) and after (post) byELISA, the data were analyzed by Paired Sample t-Test, significant if p <0.05. The results showed average levels ofF2-isoprostane before treatment group was 65.98 ± chocolate milk 14.61 pg / ml and after treatment was 45.55 ±13.74 pg / ml. Average F2-isoprostane levels before treatment in the control group was 54.24 ± white milk 20.44 pg /ml and after treatment was 48.80 ± 20.23 pg / ml. There is a significant influence on the mean levels of F2-isoprostaneboth before and after treatment in the treatment group and the control group of milk chocolate and white milkKeywords: physical exercise, free radicals, f2-isoprostane, milk chocolate