Camelia Herdini
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Metastasis Leher Tersembunyi pada Karsinoma Lidah T1-T2 Taufiqurrahman Taufiqurrahman; Camelia Herdini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.200

Abstract

AbstrakKarsinoma lidah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk bermetastasis ke limfonodi leher, bahkan pada stadium awal (T1-T2). Tidak ada metode imaging atau pemeriksaan lain yang dapat mendeteksi metastasis leher tersembunyi. Ketebalan atau kedalaman invasi tumor adalah satu-satunya kriteria prediktor metastasis nodal pada karsinoma lidah dengan nilai cut offberkisar antara 3-9 mm. Diseksi Leher Selektif (DLE) level I-III "Diseksi Leher Supraomohioid" (DLSOH) telah direkomendasikan sebagai terapi utama karsinoma lidah stadium awal dengan klinis Node negatif (N0). Hanya pada sebagian kecil kasus yang mengalami metastasis ke level IV yang dikenal dengan “skip metastasis”,extended supraomohyoid neck dissectionlevelI-IV direkomendasikan oleh beberapa penulis. Diseksi leher bilateral harus dilakukan bila telah melibatkan struktur midline lidah.Kata kunci: karsinoma lidah, metastasis leher tersembunyi, diseksi leher supraomohioid AbstractCarcinoma of tongue has a high propensity for nodal metastasis in the neck, even in early stages (T1–T2). There is no method of imaging or other examination that will detect occult nodal metastasis. Tumor thickness or depth of invasion is the only size criterion predictor of nodal metastasis in carcinoma of tongue, the critical cut off values ranged from 3 to 9 mm. Selective dissection of levels I–III “supraomohyoid neck dissection” has been recommended as a primary treatment of neck disease in early carcinoma of tongue with clinically N0 neck. Most of the relatively small number of isolated metastasis to level IV are from primary tumours of the tongue, which are known as “skip metastasis”. Thus an extended supraomohyoid neck dissection of levels I–IV is recommended by some authors for elective treatment of the neck in carcinoma of tongue. Bilateral neck dissection should be performed in elective treatment of tumours involving midline structure.Keywords : carcinoma of tongue, occult nodal metastasis, supraomohyoid neck dissection
Peran Narrow Band-Imaging pada Karsinoma Nasofarings Priyanto Priyanto; Camelia Herdini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.242

Abstract

AbstrakKarsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada bagian kepala dan leher yang memerlukan kajian jelas dalam penegakkan diagnosis agar penatalaksanaan yang diberikan sesuai dan akurat. Salah satu kendala yang ditemukan pada KNF adalah diagnosis dini dan rekurensi. Narrow Band-Imaging adalah salah satu teknik pemeriksaan noninvasive dan mudah dilakukan, menggunakan teknik optikal terkini dan filter sinar biru dengan panjang gelombang tertentu, yang mampu meningkatkan sensitivitas pemeriksaan nasoendoskopi dengan pengamatan perubahan struktur vaskularisasi akibat pertumbuhan tumor terutama untuk KNF dengan sifat pertumbuhan endofitik. Pola-pola perubahan vaskularisasi yang ditimbulkan oleh KNF dapat diamati dengan jelas melalui pemeriksaan ini dan diharapkan juga mampu memberikan kepastian waktu bagi klinisi dalam menentukan saat yang tepat untuk melakukan tindakan lanjut yang lebih invasif seperti biopsi sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat di saat yang tepat.Kata kunci: Narrow Band-Imaging, Karsinoma Nasofarings, Endoskopi AbstractNasopharyngeal carcinoma (NPC) is the most common cancer in the otolaryngology, head and neck region, that needs an accurate examination for the management. An obstacle in management of NPC is the early diagnosis of the disease and recurrency. Narrow-band imaging, is a non-invasive diagnostic technique, which uses optical technique and special long wave blue filter, that will increase the sensitivity of the nasoendoscopy in the diagnosis of NPC by observing the changes in vascularisation, especially in exophitic growth. This creates on better opportunity of clinician to do more invasive diagnostic testing at earlier stage of the cancer.Keywords:Narrow Band-Imaging, Nasopharyngeal carcinoma, Endoscopy
Uji serologi IgA karakter KNF EBNA1+VCA p-18 pada penderita keluhan kronis kepala leher Camelia Herdini; Susanna Hutajulu; Sagung Rai Indrasari; Bambang Hariwiyanto; Jajah Fachiro; Sofia Mubarika; Jaap Middeldorp
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 41, No 2 (2011): Volume 41, No. 2 July - December 2011
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.826 KB) | DOI: 10.32637/orli.v41i2.46

Abstract

Background: Nasopharyngeal carcinoma (NPC), especially the WHO type III, is correlated almost100% with Epstein Barr Virus (EBV) infection. This is indicated by high IgG and IgA antibody responsesagainst viral capsid antigen (VCA), early antigen (EA) and Epstein Barr Nuclear antigen (EBNA).Increased IgA NPC character antibodies may be detected 2-10 years before the presence of the tumor. Thisoccurs as a result of reactivation of EBV infection. Purpose: To find out the level of IgA NPC characterantibodies (EBNA1+VCA p-18) in patients with chronic symptoms in the head and neck and to determine whether the level of IgA can be used as an early sign of NPC. Methods: Observational analytic study on 218 patients with chronic symptoms in the head and neck. The research was conducted from July 2006to September 2010. ELISA technique was used as serology test for IgA (EBNA1+VCA p-18). Result: Samples were 90 males and 128 females. High level of IgA by ELISA was found in 28 males (31.1%) and 45 females (35.2%). The IgA level tended to increase with age. The most common chronic symptoms inthe head and neck were chronic rhinitis (15.6%) and nasal obstruction (7.8%). From all patients who hadhigh level of IgA, 3 patients (4.1%) were found positive of early stage NPC. Conclusion: More than 33%of patients with chronic symptoms of head and neck had high level of IgA NPC character. This methodcan be used as an early detection of NPC. Keywords: serology test in NPC, EBNA1, VCA p-18, NPC symptoms in head and neck Abstrak :  Latar belakang: Karsinoma nasofaring (KNF) terutama tipe WHO III berkorelasi hampir 100%dengan infeksi Epstein Barr Virus (EBV). Hal ini ditunjukkan dengan tingginya respons antibodi IgGdan IgA terhadap viral capsid antigen (VCA), early antigen (EA) EBV serta antibodi Epstein BarrNuclear Antigen (EBNA). Kenaikan antibodi IgA dengan karakter KNF dapat terjadi 2-10 tahun sebelumterjadinya tumor. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya reaktivasi infeksi EBV. Tujuan: Mengetahui kadarIgA karakter KNF (EBNA1+VCA p-18) pada penderita dengan gejala kronis di daerah kepala dan leherdan mengetahui apakah kadar IgA dapat digunakan sebagai tanda awal terjadinya KNF. Metode: Suatukajian analitik observasional terhadap 218 penderita dengan gejala kronis di daerah kepala dan leher.Penelitian ini dilakukan Juli 2006 sampai dengan September 2010. Pemeriksaan serologi IgA (EBNA1+VCA-p18)dilakukan denganteknik ELISA.Hasil:Terdapat90penderita laki-lakidan128 penderitaperempuan.HasiltesserologiIgAELISAdengankadartinggiditemukanpada28laki-laki(31,1%)dan45perempuan (35,2%). Kadar IgA cenderung meningkat pada peningkatan usia. Gejala kronis yangterbanyak dikeluhkan penderita adalah rinitis kronis, yaitu sebanyak 34 penderita (15,6%), diikuti denganobstruksi hidung sebanyak 17 penderita (7,8%). Pemeriksaan klinis lebih lanjut dari penderita yangmempunyai kadar IgA tinggi menunjukkan bahwa 3 penderita (4,1%) positif terkena kanker nasofaringstadium awal. __ Lebih dari 33% penderita dengan gejala kronis di daerah kepala dan lehermemiliki kadar IgA karakter KNF yang tinggi. Kadar IgA karakter KNF yang tinggi dapat digunakansebagai penanda awal kejadian KNF. Kata kunci: uji serologi KNF,EBNA1, VCA p-18, gejala KNF
Pewarnaan Toluidin blue sebagai petanda ketepatan biopsi pasca terapi karsinoma sel skuamosa kepala-leher Bambang Hariwiyanto; Camelia Herdini; Inawati Bobot
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 42, No 1 (2012): Volume 42, No. 1 January - June 2012
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.44 KB) | DOI: 10.32637/orli.v42i1.41

Abstract

Background: Squamous cell carcinoma (SCC) is the most frequent malignancy in the head and neck. The treatment modalities of SCC are surgery followed by chemotherapy and/or radiotherapy, could also chemotherapy and/or radiotherapy without surgery. The gold standard of assessing success  in SCC treatment is if there no malignant cells found not only in frozen section tissues, but also in  post chemotherapy and/or radiotherapy tissues. Determining the spot of biopsy tissue for malignancy assessment after treatment is not easy. Toluidin Blue (TB) is a staining material, absorbed by intercellular space in epithelial dysplasia, included SCC.   To determine the validity of Toluidin Blue as sign of accuracy for biopsy site in SCC post treatment malignancy, which not only for surgically treated cases, but also after chemotherapy and/or radiotherapy without surgical treatment. Method: Diagnostic test study to determine sensitivity test, specificity test, positive predictive value and negative predictive value of TB to detect malignant cells in post treatment head and neck SCC patients. Result: There were 30 samples biopsy material from 30 post treatment SCC patients. Sensitivity test was 83,3%, specificity  test: 66,7%, positive predictive value: 79.0%, negative predictive value: 72,7%. Conclusion: TB staining is accurate for determining biopsy spot in post treatment head and neck SCC. Keyword : Validity, toluidin blue, squamous cell carcinoma, post treatment.  Abstrak :  Latar belakang: Karsinoma sel skuamosa (KSS) merupakan jenis keganasan kepala dan leher yang paling sering dijumpai dibanding keganasan yang lain. KSS kepala leher dapat dilakukan terapi pembedahan diikuti kemoterapi dan/atau radioterapi maupun kemoterapi dan/atau radioterapi tanpa pembedahan. Penentuan keberhasilan radikalitas pengobatan ditandai dengan tidak adanya sisa tumor secara mikroskopis yang diambil pada jaringan pasca kemoradiasi tanpa pembedahan, atau pemeriksaan jaringan secara frozen section. Untuk menentukan apakah pada jaringan masih ada sisa tumor atau sudah bebas tumor secara makroskopis terkadang sulit. Toluidin Blue (TB) adalah zat pewarna yang dapat terserap pada ruang interseluler epitel yang mengalami displasia seperti yang terjadi pada KSS. Tujuan: Menilai validitas pewarnaan TB sebagai petanda ketepatan lokasi biopsi KSS pasca terapi, baik pasca pembedahan, maupun yang diterapi dengan kemoterapi dan/atau radioterapi tanpa pembedahan. Metode: Uji diagnostik untuk menentukan sensitifitas dan spesifitas pewarnaan, nilai duga positif dan nilai duga negatif TB sebagai salah satu petanda ketepatan biopsi KSS pasca terapi KSS kepala-leher. Hasil: Didapatkan 30 sampel penelitian yang berasal dari 26 penderita KSS yang telah dilakukan terapi baik bedah maupun kemoradiasi tanpa bedah. Sensitifitas pewarnaan TB terhadap hasil biopsi pasca terapi 83,3%, spesifitas 66,7%, nilai duga positif 79,0% dan nilai duga negatif 72,7%. Kesimpulan: Pewarnaan TB valid untuk menentukan ketepatan biopsi keganasan KSS kepala dan leher pasca terapi. Kata kunci: Validitas, toluidin blue, karsinoma sel skuamosa, pasca terapi