Syaiful Azmi
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010. Rahmat Hidayat; Syaiful Azmi; Dian Pertiwi
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.574

Abstract

AbstrakAnemia merupakan salah satu masalah utama pada pasien penyakit ginjal kronik. Tinggi rendahnya laju filtrasi glomerulus mempengaruhi kejadian anemia pada penyakit ginjal kronik. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan kejadian anemia dengan penyakit ginjal kronik pada pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam tahun 2010. Penelitian yang dilakukan merupakan survei analitik dengan menggunakan design penelitian cross sectional study. Penelitian menggunakan data sekunder yang diambil dari sub bagian Rekam Medik (Medical Record) RSUP dr. M Djamil Padang dari Juni–Desember 2012 dengan jumlah sampel adalah 67 pasien penyakit ginjal kronik. Ditemukan angka kejadian anemia pada pasien penyakit ginjal kronik sebesar 98,5% dengan rata-rata kadar Hb sebesar 7,3 g/dl dan rata-rata laju filtrasi glomerulus adalah 8,81 ml/menit/1.73m2. Dari hasil uji korelasi Pearson diperoleh hasil adanya hubungan kejadian anemia dengan penyakit ginjal kronik di RSUP dr M Djamil Padang  dengan p = 0,00 (p < 0,05). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah semakin rendah laju filtrasi glomerulus menunjukkan semakin rendah juga kadar hemoglobin pada pasien penyakit ginjal kronik.Kata kunci: anemia, penyakit ginjal kronik, laju filtrasi glomerulus AbstractAnemia is one of the major problems in patients with chronic kidney disease. High and low glomerular filtration rate affect the incidence of anemia in chronic kidney disease. The objective of this study was to identify the relationship  of anemia on patients with chronic kidney disease in the Internal Medicine. The type of this research was analytic studies using a cross sectional study research design from June–December 2012 . This study used secondary data taken from Medical Record department of dr. M. Djamil hospital  with  samples of the entire medical record is 67 persons chronic kidney disease patients in 2010. The result found the incidence of anemia in chronic kidney disease patients was 98.5%, with an average hemoglobin level at 7.3 g/dl and mean glomerular filtration rate was 8.81 ml /min/1.73m2. Pearson correlation of test results obtained by the result of the relationship of anemia on patients with chronic kidney disease at dr M Djamil Padang Hospital with p = 0.00 (p <0,05). The low rate of glomerular filtration rate also showed by the low level of hemoglobin in patients with chronic kidney disease    Keywords: anemia, chronic kidney disease, glomerular filtration rate
Perbedaan Berat Lahir Bayi Pasien Preeklampsia Berat / Eklampsia Early dan Late Onset di RSUP Dr. M. Djamil Padang Rizka Amelia; Ariadi Ariadi; Syaiful Azmi
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.457

Abstract

AbstrakPreeklampsia dan eklampsia tidak hanya berdampak bagi ibu, tetapi juga terhadap janin yang dikandungnya, seperti hambatan pertumbuhan janin intrauterin yang dapat dilihat dari berat lahir bayi tersebut. Ibu dengan preeklampsia berat/ eklampsia early onset cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK), sementara yang  late onset cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir Sesuai untuk Masa Kehamilan (SMK) atau bahkan Besar untuk Masa Kehamilan (BMK). Tujuannya penelitian ini adalah menentukan perbedaan berat lahir bayi pasien preeklampsia berat/ eklampsia early dan late onset. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2012 sampai Juli 2013 di bagian Rekam Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian preeklampsia berat/ eklampsia early onset adalah 26,1% dan yang late onset sebanyak 73,9%. Bayi KMK lebih banyak dilahirkan oleh ibu preeklampsia berat/ eklampsia early onset (16,67%) dibandingkan dengan yang  late onset (7,35%). Setelah dilakukan analisis melalui uji chi-square, disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan berat lahir bayi antara pasien preeklampsia berat/eklampsia early dan late onset secara signifikan (p>0,05).Kata kunci: preeklampsia berat/eklampsia early onset, preeklampsia berat/eklampsia late onset, berat lahir bayi AbstractPreeclampsia and eclampsia are not only effect to mother, but also influent to the fetus, such as intrauterine fetal growth retardation  which can be seen as baby's birth weight. Mothers with early onset severe preeclampsia / eclampsia tend to give birth small for gestational age  babies, while the late onset tend to give birth normal birth weight or large for gestational age babies. The objective of this study was to determine the differentiation between baby's birth weight of early and late onset severe preeclampsia/ eclampsia. The research was conducted from October 2012 to July 2013 at the medical records department of general hospital center Dr. M. Djamil Padang. The type of this research was observational analytic with cross sectional design. The results showed that the incidence of early onset severe preeclampsia/ eclampsia was 26.1% and late onset was 73.9%. Small for gestational age babies born from mothers with early onset severe preeclampsia/ eclampsia (16.67%) is more than the late onset (7.35%). After analyzed by chi square test, it was concluded that there was no differentiation between baby's birth weight of early and late onset severe preeclampsia/ eclampsia significantly (p> 0,05).Keywords: early onset severe preeclampsia/eclampsia, late onset severe preeclampsia/eclampsia, baby’s birth weight
Pola Tekanan Darah Pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Padang Pasir Padang Januari 2014 Saskia Konita; Syaiful Azmi; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.233

Abstract

AbstrakSaat ini, di seluruh dunia jumlah penduduk lanjut usia diperkirakan mencapai 500 juta, dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Berdasarkan data penduduk mutakhir, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia sekarang sekitar 16 juta jiwa. Pada tahun 2025, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 273 juta jiwa, dan hampir seperempat dari jumlah penduduk tersebut atau sekitar 62,4 juta jiwa tergolong sekelompok penduduk lanjut usia.Menjadi lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya.Kemunduran struktur dan fungsi organ juga terjadi pada sistem kardiovaskular, salah satunya adalah dinding arteri telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis sehingga darah dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah dan menimbulkan berbagai komplikasi yang mengancam jiwa.Penelitian dilakukan pada lansia di posyandu lansia Kelurahan Padang Pasir pada Januari 2014. Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan jenis cross sectional study dengan jumlah sampel 17 lansia. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tekanan darah langsung kepada lansia. Hasil penelitian menemukan bahwa 11 dari 17 lansia (64,7%) menderita hipertensi. Kelompok umur terbanyak yang menderita hipertensi dalam rentang 60-65 tahun, dan angka kejadian wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki serta stadium hipertensi yang dominan adalah stadium satu (140-159/90-99). Dari 11 lansia hipertensi, 10 diantaranya (90,9%) menderita hipertensi sistolik terisolasi.Kata Kunci: lansia, tekanan darah, hipertensi sistolik terisolasiAbstractCurrently, the worldwide number of elderly people is expected to reach 500 million, and is expected in 2025 will reach 1.2 billion. Based on the latest population data, the number of elderly people in Indonesia now around 16 million people. In 2025, Indonesia's population is projected to reach 273 million people, and nearly a quarter of the total population, or about 62.4 million people belong to a group of elderly people. Being elderly is a process of gradual disappearance of the network’s ability to self-repair or replace themselves and maintain the structure and function normally. Setbacks structure and function of organs also occur in the cardiovascular system, one of which is the arterial wall has been thickened and stiff due to arteriosclerosis so that blood is forced through narrow vessels than usual and cause a rise in blood pressure and cause life-threatening complications. The study was conducted elderly at Padang Pasir elderly intergrated health post in January 2014. This study used observational design with the type of cross -sectional study by using 17 elderly as samples. Files collection was performed by measurement of blood pressure directly to the elderly. The results found that 11 of the 17 elderly (64.7 %) had hypertension. Largest age group with hypertension in a span of 60-65 years, and the incidence of women is higher than men with the dominant stage is the first stage of hypertension (140-159/90-99). Between 11 elderly hypertensive, 10 of them (90.9 %) had isolated systolic hypertension.Keywords: elderly, blood pressure, isolated systolic hypertension
Karakteristik Pasien Hipertensi di Bangsal Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013 Bagus Sedayu; Syaiful Azmi; Rahmatini Rahmatini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.192

Abstract

AbstrakHipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Sekitar 95% hipertensi adalah hipertensi primer dan 5% adalah hipertensi sekunder. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien hipertensi di bangsal rawat inap SMF penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan observasional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik periode 1 Januari sampai31 Desember 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling dan didapatkan 143 sampel. Dari hasil penelitian, didapatkan 97.9% adalah pasien hipertensi primer dan sisanya hipertensi sekunder. Persentase kelompok usia ≥ 60 tahun didapatkan paling banyak, yaitu 37.1%. Dari jenis kelamin, wanita lebih banyak dari pria, yaitu 64.3%.59.4% hipertensi adalah derajat II dan sisanya hipertensi derajat I. Amlodipin merupakan obat antihipertensi yang sering digunakan dengan persentase 31.6%. Gagal jantung merupakan komplikasi yang paling sering didapat dengan persentase 36,1%. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar pasien hipertensi adalah hipertensi primer, kelompok terbanyak usia ≥ 60 tahun, wanitalebih banyak daripada pria, hipertensi derajat II lebih banyak, amlodipin paling banyak digunakan, dan gagal jantung merupakan komplikasi yang paling seringKata kunci: hipertensi, karakteristik hipertensi, gagal jantungAbstractHypertension is one of the non-communicable disease that grow health problems in Indonesia. Approximately 95% of hypertension is essential hypertension and 5% is secondary hypertension. The objective of this research was to investigate characteristic of hypertensive patient in hospitalization ward functional medical staff internal medicine department of RSUP Dr. M. Djamil Padang in 2013. The research methods used was descriptive with observational approach. Sample collection was conducted by using secondary data from medical records period January 1st until December 31th, 2013. Sampling was conducted with a total sampling and obtained 143 samples.From the research, obtained that 97.9%is patient with primary hypertension and the rest is secondary hypertension. The percentage of the agegroup ≥ 60 years is earned the most,that is 37.1%. By gender, women is more than men is 64.3%. 59.4% hypertension is stage II and the rest is stage I hypertension. Amlodipine is antihypertensive drugs that often used with a percentage of 31.6%. Heart failure is a complication that is the most often obtained with a percentage of 36.1%.The conclusion of this research is majority of hypertensive patients is primary hypertension, group age ≥ 60 years is the most, women is more than man, more stage II hypertension, amlodipin is the most used, and heart failure is he most often complication.Keywords: hypertension, characteristic of hypertension, heart failure
Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Esensial di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSUP DR. M. Djamil Tahun 2011 Heri Fitrianto; Syaiful Azmi; Husnil Kadri
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i1.24

Abstract

AbstrakPenyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan dan berkaitan erat dengan penurunan usia harapan hidup. Penderita hipertensi juga sering kali disertai oleh penyakit penyerta. Umumnya, golongan obat antihipertensi yang dikenal yaitu, diuretik, ACE Inhibitor, Angiotensin Reseptor Bloker, Canal Calcium Blocker, and Beta Blocker. Terapi yang diberikan pada penderita hipertensi tanpa penyakit penyerta dan dengan penyakit penyerta tentunya berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penggunaan obat antihipertensi antara pasien hipertensi esensial dengan penyakit penyerta dan yang tidak disertai dengan penyakit penyerta di poliklinik RSUD Dr. M. Djamil, Padang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan mengambil data dari rekam medik. Data dari 380 pasien yang dikumpulkan selama periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2011. Jumlah subjek ditentukan dengan teknik total sampling. Dari data penelitian didapatkan bahwa 277 pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta dan sebanyak 103 pasien hipertensi dengan penyakit penyerta. Komposisi dari 103 pasien hipertensi dengan penyakit penyerta yaitu 63 pasien dengan diabetes melitus, 13 pasien dengan PJK, 13 pasien dengan stroke, 7 pasien dengan gagal jantung, 4 pasien dengan pasca infark miokard, 3 pasien dengan gagal ginjal kronik. Berdasarkan data penelitian didapatkan penggunaan obat antihipertensi yang sering digunakan yaitu Hidroklortiazid (35,5%), Captopril (26,2%), Valsartan (20,6%), Amlodipin (15,2%), dan obat antihipertensi lain (2,5%). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa hipertensi dengan penyakit penyerta terbanyak adalah diabetes melitus dan penggunaan obat terbanyak berasal dari golongan diuretik yaitu penggunaan Hidroklortiazid.Kata kunci: obat antihipertensi, hipertensi, diuretikAbstractHypertension can not be cured and is closely related to a decrease in life expectancy. Patients with hypertension are also often accompanied by complience indication. Generally, antihypertensive drug classes are known, namely, diuretic, ACE Inhibitor, Angiotensin Reseptor Bloker, Canal Calcium Blocker, and Beta Blocker. Therapy which given to patients with or without complience indications is certainly different. The objective of this study was to determine the usage of anti-hypertension medicine in essential hypertension patients with or without complience indications in policlinic of General Hospital Dr. M. Djamil Padang. This was a descriptive study which the data were taken from medical record. The 380 patient’s data in period January 2011 – December 2011. The number of subjects was determined by the total sampling. The data showed 277 hypertension patients without complience indications and 103 hypertension patients with complience indications. Compositions of 103 hypertension patients with complience indications are 63 patients with diabetes mellitus, 13 patients with PJK, 13 patients with stroke, 7 patients with heart failure, 4 patients with post-infarct myocardium, and 3 patients with chronic kidney failure. Concerning the usage of anti-hypertension medicines which were frequently i.e. Hidroclortiazid (35,5%), Captopril (26,2%), Valsartan (20,6%), Amilodipin (15,2%), and other anti-hypertension drugs (2,5%). Based on the results of this study are concluded that complience indications suffered by most hypertension patients is diabetes mellitus and the usage of medicine by most patients is from diuretic which is Hidroclortiazid.Keywords: antihypertension drugs, hypertension, diuretics
CORRELATION OF RENOGRAM WITH CYSTATIN-C LEVELS AND CREATININE CLEARANCE IN MEASURING GLOMERULAR FILTRATION RATE Aisyah Elliyanti; Iskandar Iskandar; Syaiful Azmi
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 1 (2015): Published in May 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.256 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i1.p1-6.2015

Abstract

AbstrakRenogram 99mTc-DTPA (diethylenetriamine pentacetic acid) memiliki beberapa kelebihan dalam mengukur laju filtrasi glomerulus (LFG). Cystatin-c digunakan sebagai petanda biologik baru untuk memperkirakan LFG. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan korelasi nilai LFG antara renogram dengan cystatin-c dan kliren kreatinin pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK). Subjek penelitian adalah pasien PGK stadium dua berdasarkan hasil estimasi LFG dengan rumus Cockroft-Gault. Pasien yang memenuhi kriteria diperiksa renogram, kadar kreatinin serum, cystatin-c dan klirens kreatinin.Rerata LFG dari 30 orang subjek yang diperiksa dengan renogram, cystatin-c, creatinine clearance, Cockroft-Gault’s formula berturut turut adalah 64.96 ml/min/1.73m2 (SD 28.047), 53.37 ml/min/1.73m2 (SD 21.29), 58.09 ml/min/1.73m2 (SD 35.45), 46.00 ml/min/1.73m2 (SD 12.06). Korelasi antara renogram dengan cystatin-c dengan nilai r = 0.585 dan p = 0.0007, antara renogram dengan klirens kreatinin dengan nilai r = 0.388 dan p = 0.03) dan antara renogram dengan rumus Cockroft-Gault’s dengan nilai r = -0.029 dan p=0.87. Pada penelitian ini didapatkan hasil korelasi yang lebih baik antara renogram dengan cystatin-c dari pada antara renogram dengan klirens kreatinin dan antara renogram dengan rumus Cockroft-Gault’s. Lebih lanjut, cystain-c merupakan alternatif yang lebih baik untuk memperkirakan LFG jika metode pemeriksaan LFG yang mendekati teknik pemeriksaan yang ideal tidak tersedia.AbstractRenogram using 99mTc-DTPA (diethylenetriamine pentacetic acid) has advantages in the measurement of glomerular filtration rate (GFR). Serum cystatin-c was recently projected to be the new marker of estimated GFR. The aim of this study is to establish correlation between GFRs, derived from renogram with cystatin-c levels and creatinine clearances in chronic kidney disease patients.We put to study thirty consecutive stage two of chronic kidney disease patients assigned based on GFR estimation by Cockroft-Gault’s formula, taking into account the serum creatinine. Cystatin-c and creatinine clearance were performed to determine of GFR and renogram was included in this study. A total of thirty subjects, the mean of GFRs were taken from renogram, cystatin-c, creatinine clearance, Cockroft-Gault’s formula were 64.96 ml/min/1.73m2 (SD 28.047), 53.37 ml/min/1.73m2 (SD 21.29), 58.09 ml/min/1.73m2 (SD 35.45), 46.00 ml/min/1.73m2 (SD 12.06) respectively. A correlation between renogram with cystatin-c (r = 0.585 and p = 0.0007) and renogram with creatinine clearance (r = 0.388 and p = 0.03) and renogram with Cockroft-Gault’s formula (r = -0.029 and p=0.87). This study has shown that a better correlation between renogram with cystatin-c than with creatinine clearance or Cockroft-Gault’s formula. Furthermore, cystain-c would be better alternative method incase having problems to obtain a closest ideal methods for GFR.