Claim Missing Document
Check
Articles

STRATEGI BUDIDAYA IKAN KOKI BASTER (Carasius Auratus) RAMAH LINGKUNGAN DALAM UPAYAMENINGKATAN PRODUKSI Mariam, Susanti; Supriyono, Eddy; Warlina, Lina
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol 19 No 2 (2018)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Koki baster fish (Carasius auratus) or goldfish, besides as ornamental fish are also used as fish feed and fishing bait which demand tends to increase from year to year. However, from 2012 to 2015, the production of koki baster fish has decreased. This study aims to analyze the application of the management of koki baster fish in Cisaat Subdistrict, Sukabumi Regency, so that a management strategy can be formulated in developing environmentally friendly koki baster in Sukabumi Regency. Data collection was conducted through interviews, observations, questionnaires and documentation. The questionnaires were distributed to 100 respondents who were conducting hatchery for koki baster that scattered in 13 villages in Cisaat Subdistrict. As comparative data, the hatchery of koki baster fish was conducted in the research pond. The variables used are the aquaculture stage (x) consisting of lime dosage, organic fertilizer, anorganic fertilizer, water height, female parent, parent feed, comparison of male and female parent, parent age, larvae feed and duration to number of larvae (y). The variables were analyzed by validity, reliability, multiple regression analysis and principal component analysis using SPSS and Minitab application. Based on the results of multiple regression analysis obtained the relationship between variables in the seeding stage with the number of larvae. Correlation test showed that the variable use of fertilizers had a positive correlation of 69,5% to the number of larvae. Conversely, the variable water height has a negative value on the number of larvae, which is -3.5%. The principal component analysis showed that the variable use of organic fertilizer, anorganic fertilizer and larvae feed was in the first component area. It means that the variable has a large correlation to the number of larvae. The conclusion of there search is the community does not yet have standard in managing fish hatching of koki baster fish, they only rely on experience and habits so that the obtained production is still low. Strategies to increase the production of koki baster fish are need to be standardized on how to farm koki baster fish, standarized koki baster fish and community coaching on the need to carry out the stages of koki baster fish breeding in accordance with the good and environmentally friendly method of fish hatchery. Ikan koki baster (Carasius auratus) selain sebagai ikan hias juga digunakan sebagai pakan ikan dan umpan pancing yang permintaannnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian dari tahun 2012 hingga 2015, produksi ikan baster mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan menganalisa penerapan manajemen usaha budidaya ikan koki baster di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi sehingga dapat dirumuskan strategi pengelolaan dalam pengembangan budidaya ikan koki baster di Kabupaten Sukabumi yang ramah lingkungan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengamatan, kuesioner dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dibagikan kepada 100 orang responden yang melakukan kegiatan pembenihan ikan koki baster di 13 desa yang tersebar di Kecamatan Cisaat. Sebagai data pembanding dilakukan kegiatan pembenihan ikan koki baster di kolam penelitian. Variabel yang digunakan dalam analisis keterkaitan produksi adalah tahapan budidaya (x) yang terdiri atas dosis kapur, pupuk organik, pupuk anorganik, tinggi air, induk betina, pakan induk, perbandingan induk jantan dan betina, umur induk, pakan larva, dan lama pemeliharaan terhadap jumlah larva (y). Variabel-variabel tersebut dianalisis dengan regresi berganda dan analisa komponen utama menggunakan aplikasi SPSS dan Minitab yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas.  Berdasarkan hasil analisa regresi berganda diperoleh keterkaitan antara varibael-variabel dalam tahapan pembenihan dengan jumlah larva. Uji korelasi menunjukan variabel penggunaan pupuk berkorelasi positif sebesar 69,5% terhadap jumlah larva.  Sebaliknya variabel tinggi air memiliki nilai korelasi negatif terhadap jumlah larva yaitu sebesar -3,5%.  Analisa komponen utama menunjukan bahwa variabel penggunaan pupuk organik, pupuk anorganik dan pakan larva  berada pada wilayah first component artinya variabel tersebut memiliki korelasi yang besar terhadap jumlah larva. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masyarakat belum memiliki standar dalam melaksanakan pengelolaan pembenihan ikan koki baster, hanya mengandalkan pengalaman dan kebiasaan saja sehingga produksi yang diperoleh masih rendah. Strategi untuk meningkatkan produksi ikan koki baster di masyarakat, perlu adanya standar tentang cara budidaya ikan koki baster, standardisasi ikan koki baster dan pembinaan kepada masyarakat tentang perlunya melaksanakan tahapan-tahapan budidaya ikan koki baster sesuai dengan cara pembenihan ikan yang baik dan ramah lingkungan.
BUDIDAYA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii (de Man, 1879)) SISTEM AKUAPONIK BERBASIS POLIKULTUR DENGAN IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) Setijaningsih, Lies; Gunadi, Bambang; Supriyono, Eddy
BERITA BIOLOGI Vol 18, No 2 (2019)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4465.64 KB) | DOI: 10.14203/beritabiologi.v18i2.3002

Abstract

This experiment aimed to find out the optimum density combinations of prawn (M. rossenbergii (de Man, 1879) and fish of kissing gouramy (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) in the polyculture based aquaponic fish culture system. There are four treatments and three replications applied in the Completely Randomized Design experiment. The treatments were the combination of giant freshwater prawn (U) and kissing gouramy (T) densities for one square meter (m2), namely (A) 30 prawns and 100 gouramy (U30T100); (B) 20 prawns and 50 gouramy (U20T50); (C) 30 prawns and 50 gouramy (U30T50) and (D) 20 prawns and 100 gouramy (U20T100). An equal density of aquatic plant of water spinach Ipomoea reptans Poir was planted in each treatment units. The results from 60 days experiment showed that the highest growth of prawn were achieved in treatment C i.e 9,355 ± 1,096 g and survival rates of 75.02±0.67%. The highest growth of kissing gouramy were achieved at treatment D i.e 13,688 ± 1,382 g and survival rates of 86.66±0.83%. The water spinach was able to reduce ammonia, nitrite and nitrate. The lowest reduction was achieved at treatment A, i.e., amonia 6.54 %, nitrite 1,33% and nitrate 5,90%. While the highest reduction of ammonia is 11.72% found at treatment D, 3,52% for nitrite at treatment C and 11,72% for nitrate at treatment D. The highest reduction of Total N dan Total P by water spinach were found at the treatment C i.e. 32.54% and D i.e. 47.62%. According to the dominance and abundance index of plankton, Chlorophyceae and Cyanophyceae were recognized as the dominant class in all treatments.
Utilization of MS 222 in Transport of Catfish (Pangasius sutchi) Seed Harton Arfah; Eddy Supriyono
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.028 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.119-122

Abstract

ABSTRACTProblems faced in supplying seed out of Java especially Bogor to Sumatera, for instance, are it only contains few seed (100 seeds/l) and it has a high mortality rate because of stress during transport.  This experiment was conducted to know the effect of MS 222 in keeping fish metabolism activity down while taking note of its survival rate and change of water quality. The experimental design used here was factorial design 3x5 with 3 repetitions.  Dosages of MS–222 were 0, 25 and 50 ppm and the fish densities were 100, 300, 400, 500 and 600 per liter.  As container was plastic bag (volume 10 l).  After putting the fish into the plastic bag, it was filled up with oxygen, which the volume was 3 times than water volume, than the plastic bag was closed by tying it.  After 18 hours of treatment the survival rate and water quality were checked.  Based on evaluation of survival rate, it was concluded that the combination between 25 ppm of MS 222 and fish density, which was 500 per liter, gave an optimum result.Keywords: Catfish, Pangasius sutchi, live transport, stress, MS–222, survival rate ABSTRAKKendala yang dihadapi dalam pemasokan benih ikan patin dari pulau Jawa terutama Bogor, keluar pulau Jawa terutama Sumatera adalah jumlah ikan yang terangkut masih sedikit (± 100 ekor/l) dan tingkat kematian yang cukup tinggi, karena stres selama perjalanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan MS–222 dalam menekan aktivitas metabolisme ikan dengan memperhatikan tingkat kelangsungan ikan dan perubahan kualitas air. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 3x5 dengan 3 ulangan. Dosis MS–222 yang digunakan: 0,25 dan 50 ppm dan kepadatan ikan: 100, 300, 400, 500 dan 600 ekor/l. Wadah pengangkutan berupa kantong plastik (volume 10 l). Ikan yang diangkut dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian dipompakan oksigen sebanyak 3 kali volume air, selanjutnya dilakukan pengikatan. Setelah 18 jam perlakuan dilakukan perhitungan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan dan perubahan kualitas air media. Hasil penelitian ini menunjukkan kombinasi penggunaan MS–222 25 ppm dan kepadatan ikan 500 ekor/l memberikan tingkat kelangsungan hidup yang optimal.Kata kunci: Ikan patin, Pangasius sutchi, pengangkutan hidup, stres, MS–222, tingkat kelangsungan hidup.
Blood Glukose Response of Giant Gouramy (Osphronemus gaouramy, Lac.) to the Stress of Environmental Temperature Changes S. Hastuti; Eddy Supriyono; Ing Mokoginta; . Subandiyono
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 2 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.367 KB) | DOI: 10.19027/jai.2.73-77

Abstract

This experiment was conducted to investigate blood glucose performance of giant gouramy (Osphronemus gouramy, Lac.) to environmental changes. Fish with body weight of about 52,15 g was used in the experiment. A hundred and twenty fish were subjected to stress by moving them to another aquarium containing cooler water for 5 minute before put them back to the origin aquarium. The stress treatments were Δ 0°C (A), Δ-3°C (B), Δ-6°C(C), and Δ-9°C(D). Blood glucose was measured at 0, 1, 2, 3, 4 and 5 hours post stress, each for 5 fish. During stress treatment, the survival offish were recorded. To study the role of insulin activation on reducing the stress effects, thirty fish were injected with insulin 2 IU/100 g body weight before subjected them to stressar. Blood glucose level of fish subjected to temperature stress of Δ-9°C was the greatest. The blood glucose response to temperature changes was linear, Y = 4,4543 X + 35,553 with R2 = 0,09976. The survival rate of fish was 100% for all treatments. Injected of insulin 2 IU/100 g body weight was able to reduce hyperglycemia that caused by stress. Key words: Blood glucose, giant gouramy, Osphronemus gouramy, stress   ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui performa glukosa darah ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac.) dalam merespon perubahan suhu lingkungan. Ikan berbobot rata-rata 52,15 g sebanyak 120 ekor diberi stres dengan cara diangkat dan dipindahkan ke suatu wadah yang bersuhu lebih dingin selama 5 menit dan dikembalikan lagi ke wadah mula-mula. Perlakuan stres perubahan suhu dingin tersebut adalah A (Δ 0°C), B (Δ- 3°C), C (Δ-6°C) dan D (Δ-9°C). Glukosa darah diukur dari 5 ekor ikan pada jam ke 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 jam pascastres. Kelangsungan hidup dihitung pada saat perlakuan stres. Untuk melihat peran aktivasi insulin dalam menekan efek stres, ikan sebanyak 30 ekor diinjeksi insulin 2 iu/100 g bobot badan sebelum diberi stres. Kadar glukosa darah ikan gurame yang diberi stres perubahan suhu dingin sebesar Δ-9°C mengalami peningkatan paling besar. Respon glukosa darah terhadap stres perubahan suhu tersebut berpola linier Y= 4,4543 X + 35,553, dengan R2 = 0,9976. Perlakuan tersebut menghasilkan kelangsungan hidup yang sama yaitu 100%. Injeksi insulin 2 IU/100 g bobot badan mampu menekan hiperglisemia akibat stres. Kata kunci: Glukosa darah, ikan gurami, Osphronemus gouramy, stres
Effect of LH-RHa Injection trough W/O/W LG (C-14) Emulsion on Gonad Development of Catfish (Pangasious hypophthalmus) N. Potalangi; M. Toelihere; M. Zairin Junior; Eddy Supriyono
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 3 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.676 KB) | DOI: 10.19027/jai.3.15-21

Abstract

The objective of this research was to study the effect of LHRHa gonad maturity in broodstock of P. hypophthalmus through W/O/W LG (C-14) emulsion injection. The treatments consisted of control (A), 50 µg/kg fish wight (B), and 100 µg/kg fish weight (C), with five replications of each. Fish weight at the beginning of experiment was 2.0 kg/individual. The result showed that LHRHa in W/O/W emulsion had positive effect on egg maturation. This was shown by the value of average of eggs diameter. The maximum size of egg diameter for fish 701.52 ± 17.56 µm. The size of eggs was more homogenous in group B than those of group C and A. it was concluded that injection of LHRHa in W/O/W LG (C-14) emulsion if effective in promoting gonad maturation and oocyte development in the catfish
The use of sand as a substrate for culture of polychaeta worm Dendronereis pinnaticirris Ahmad Ghufron Mustofa; Enang Harris; Eddy Supriyono; Dedi Jusadi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 2 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (837.953 KB) | DOI: 10.19027/jai.11.118-123

Abstract

This experiment was conducted to study the activity, protein retention, daily growth rate, and production of Dendronereis pinnaticirris cultured in different soil substrates. Forty tested worms with average body weight of 150 mg were adapted in laboratory for 30 days. Thereafter, worms were cultured for 30 days in the 13.6 L aquaria and equipped with aeration system. A triplicate experiment was conducted using 10 cm depth of sterilized soil substrate with particle diameter of either 63‒250 μm, 250‒500 μm, or without substrate. The results showed that (1) D. pinnaticirris always swims actively when cultured in the medium without substrate, thereby resulting into the mass mortality (96.7%); (2) the substrate with particle diameter of 63‒250 μm generated significantly higher daily growth rate, survival rate, and production of D. pinnaticirris, but protein retention and feed efficiency were insignificance with those cultured in the substrate of 250–500 μm.Keywords: substrate, protein retention, production, Dendronereis pinnaticirris
Protein digestibility and ammonia excretion in catfish Clarias gariepinus culture Bambang Gunadi; Enang Harris; Eddy Supriyono; . Sukenda; Tatag Budiardi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2781.888 KB) | DOI: 10.19027/jai.12.62-69

Abstract

ABSTRACT A series of experiments was performed to analyze protein digestibility, ammonia excretion, and also heterothropic bacteria and phytoplankton dynamics in the catfish Clarias gariepinus culture. In the digestibility experiment, catfish with an individual initial size of 43.67±0.83 g were stocked into 120 L conical fiberglass tanks at a density of 20 fish per tank. Fish were fed on with commercial diet supplemented with Cr2O3 indicator at a concentration of 1%. In the ammonia excretion experiment, catfish with an individual size of 111.6±9.5 and 40.6±3.4 g, respectively,  were placed into a 10 L chamber filled with 8 L of water. Total ammonia nitrogen (TAN) in the chambers were monitored every hour for six consecutive hours. In the bacteria and phytoplankton dynamics experiment, catfish were stocked in the 25 m2 concrete tanks which was divided into two compartments (catfish 10 m2, and heterotrof compartments 15 m2). Catfish with individual size of 42,5±0 g were stocked into the tanks at a density of 100 fish per tank. Water was recirculated from catfish compartments to heterotrophic compartments. Fish were fed with floating feed. Molasses as carbon source for heterotrophic bacteria was applied daily. The experiment was conducted for six weeks. The results showed that the protein digestibility was 61.97±7.24%. Larger fish (size of 111.6 g) excreted ammonia at a rate of 0.008±0.003 mg TAN/g fish-weight/hour, which was lower than that of the smaller catfish (size of 40.6 g), i.e. 0.012±0.004 mg TAN/g fish-weight/hour. Keywords: protein digestibility, ammonia excretion, catfish  ABSTRAK Serangkaian penelitian telah dilakukan untuk menganalisis ketercernaan pakan dan protein, ekskresi amonia, serta dinamika bakteri dan fitoplankton pada budidaya ikan lele (Clarias gariepinus). Pada penelitian ketercernaan pakan, ikan lele berukuran 43,67±0,83 g/ekor dipelihara dalam bak fiberglas berbentuk corong berukuran 120 L dengan kepadatan 20 ekor/bak. Ikan diberi pakan berupa pelet yang diberi indikator Cr2O3 sebanyak 1%. Pada penelitian ekskresi amonia, ikan lele berukuran 111,6±9,5 dan 40,6±3,4 g/ekor yang telah diberi makan sampai kenyang dimasukkan ke dalam stoples berisi 8 L air. Kadar amonia total (total ammonia nitrogen, TAN) di dalam stoples diukur setiap jam selama enam jam. Pada penelitian dinamika bakteri dan fitoplankton, ikan lele dipelihara pada bak beton berukuran 25 m2 yang disekat menjadi dua bagian yaitu bagian ikan lele (10 m2) dan bagian heterotrof (15 m2). Ikan lele dengan bobot awal 42,5 g/ekor ditebar ke dalam bak dengan kepadatan 100 ekor/bak. Air mengalir secara resirkulasi dari bagian ikan lele ke bagian heterotrofik dengan bantuan pompa. Pakan yang diberikan berupa pelet apung komersial. Molase ditambahkan setiap hari sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri heterotrofik. Penelitian dilaksanakan selama enam minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketercernaan protein dari pakan yang diuji adalah 61,97±7,24%. Ikan lele berukuran besar (111,6 g/ekor) menghasilkan amonia sebanyak 0,008±0,003 mg TAN/g ikan/jam, lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang berukuran lebih kecil (40,6 g/ekor), yaitu 0,012±0,004 mg TAN/g ikan/jam.  Kata kunci: ketercernaan protein, ekskresi amonia, ikan lele
Evaluation of integrated sludge worm and catfish farming with biofloc system Dedi Pardiansyah; Eddy Supriyono; Daniel Djokosetianto
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2840.749 KB) | DOI: 10.19027/jai.13.28-35

Abstract

ABSTRACTCurrently, supply of sludge worm (Tubifex sp.) merely came from wild, so that it could not meet demand for fish hatchery. Additionally, harvest from the wild did not have a quality assurance, due to the possibility of sludge worm becoming an agent of disease. This study was conducted to evaluate the production of sludge worm culture by utilizing catfish culture waste (Clarias sp. ) in bioflok system. In this system, water from catfish culture media flowed into sludge worm culture media using recirculation systems. This study used a completely randomized design with four treatments and two replications, in which treatment A (addition of catfish culture waste from intensive system), treatment B (addition of catfish culture waste from biofloc system), treatment C (the addition of fermented chicken manure at the beginning of experiment as negative control), and treatment D (addition of fermented chicken manure at the beginning of experiment and then every five days as positive control). The results showed that the highest production was obtained by treatment B at biomass growth of 0.97 kg/m2 and sludge worm density of 388.000 individu/m2. Keywords: sludge worm, biofloc, chicken manure, catfish, catfish culture waste  ABSTRAK Saat ini pasokan cacing sutra (Tubifex sp.) hanya berasal dari alam, sehingga belum mencukupi permintaan untuk kegiatan pembenihan ikan. Selain itu, hasil tangkapan dari alam tidak memiliki jaminan kualitas, karena cacing sutra dapat menjadi agen penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil produksi budidaya cacing sutra dengan memanfaatkan limbah budidaya ikan lele (Clarias sp.) sistem bioflok. Pada sistem ini, air dari media budidaya ikan lele dialirkan ke media pemeliharaan cacing sutra menggunakan sistem resirkulasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan dua ulangan, yaitu perlakuan A (pemberian limbah ikan lele sistem intensif), perlakuan B (pemberian limbah ikan lele sistem bioflok), perlakuan C (penambahan fermentasi kotoran ayam pada awal penelitian sebagai kontrol negatif), serta perlakuan D (penambahan fermentasi kotoran ayam pada awal penelitian yang dilanjutkan setiap lima hari sekali sebagai kontrol positif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi cacing sutra tertinggi diperoleh pada perlakuan B dengan pertumbuhan bobot sebesar 0,97 kg/m2 dan kepadatan cacing sutra sebesar 388.000 individu/m2. Kata kunci : cacing sutra, bioflok, kotoran ayam, ikan lele, limbah budidaya ikan lele
Acute and sublethal toxicity of copper in Siam-catfish juvenile Pangasianodon hypophthalmus Dody Sihono; Eddy Supriyono\; Mia Setiawati
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2870.211 KB) | DOI: 10.19027/jai.13.36-45

Abstract

ABSTRACT This study was aimed to determine the level of acute toxicity (LC50) and to analyze the effect of Cu on the survival, growth, haematological, and bioaccumulation of Cu in Pangasianodon hypophthalmus juvenile at sublethal conditions. The experiment trial used completely randomized design with five concentration treatments and two replications to determine LC50. The Cu concentration used were 0, 0.2, 0.7, 1.2, and 1.7 ppm. Sublethal treatment used four Cu concentrations with three replicates. The concentrations were 0, 0.167, 0.334 and 0.667 ppm. Experimental fish used had an average total length 11.0±1.7 cm and weight 13.00±1.72 g. Results showed that Cu was highly toxic to P. hypophthalmus with a LC50-96 hours value of 0.667 ppm (0.539–0.805 ppm). At sublethal concentrations, Cu significantly decreased survival and growth, and increased Cu accumulation started from concentration of 0.167 ppm. Bioaccumulation of Cu started from the highest were in liver, gills, skin and flesh, respectively. Decreased of erythrocytes, haemoglobin and hematocrit indicated anemia, while increased of leukocytes indicated infection and physical stress on the body tissues. Keywords: copper toxicity, haematological, bioaccumulation, Siam-catfish juvenile  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat toksisitas akut (LC50) dan menganalisis pengaruh Cu terhadap sintasan, pertumbuhan, kondisi hematologi, dan akumulasi Cu pada juvenil ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) pada kondisi subletal. Rancangan penelitian yang digunakan adalah lima perlakuan konsentrasi dengan dua ulangan untuk menentukan LC50. Konsentrasi Cu yang digunakan adalah 0; 0,2; 0,7; 1,2; dan 1,7 ppm. Pemeliharaan subletal menggunakan empat variasi konsentrasi dengan tiga ulangan. Konsentrasi Cu yang digunakan adalah 0; 0,167; 0,334; dan 0,667 ppm. Ikan uji yang digunakan memiliki panjang total rata-rata 11,0±1,7 cm dan berat 13,00±1,72 g. Hasil menunjukkan bahwa Cu sangat toksik terhadap juvenil P. hypophthalmus dengan nilai LC50-96 jam sebesar 0,667 ppm (0,539–0,805 ppm). Pada konsentrasi subletal, Cu berpengaruh nyata terhadap penurunan sintasan dan pertumbuhan serta menyebabkan peningkatan akumulasi Cu mulai pada konsentrasi 0,167 ppm. Bioakumulasi Cu secara berurutan mulai dari yang tertinggi yaitu pada hati, insang, kulit dan daging. Penurunan eritrosit, hemoglobin dan hematokrit menunjukkan terjadinya anemia, sementara peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi dan stres fisik pada jaringan tubuh. Kata kunci: toksisitas tembaga, hematologi, bioakumulasi, bioakumulasi, sintasan, juvenil patin siam
Utilization of fermented chicken manure and catfish culture waste in recirculated sludge worm culture Diana Sriwisuda Putri; Eddy Supriyono; Daniel Djokosetiyanto
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3075.089 KB) | DOI: 10.19027/jai.13.132-139

Abstract

ABSTRACT This study aimed to analyze the effect of utilization of chicken manure and catfish (Clarias sp.) waste on yield of sludge worm (Tubifex sp.) culture with recirculation systems in multi-storey container. The experimental design used was completely randomized design with four treatments and two replications. Treatments conducted were addition of fermented chicken manure into sediments (P0), fermented chicken manure into sediments and repetition once in five days (P1), fermented chicken manure into sediment and waste from intensive catfish farming (P2), fermented chicken manure into sediments and repetition once in five days and also waste from intensive catfish farming (P3). The container used to rear sludge worm was a wooden container at size of 100x50x15 cm3. Containers made multi-storey (three-level). The medium used was a sludge and chicken manure. Sludge worm was stocked as much as 100 g/m2. Silk worms were given additional fertilizer of fermented chicken manure about 500 g/container with repetition of administration done every five days. Parameters measured were individual abundance, biomass and water quality. The results showed that addition of fermented chicken manure into sediment and waste from intensive catfish farming was the best medium to increase the growth of silk worms with an average abundance at 1,697 ind/m2, and average biomass at 6,470.98 g/m2. Keywords: sludge worm, recirculation, storey container, fermentation chicken manure, catfish waste protein   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanfaatan kotoran ayam dan limbah lele (Clarias sp.) terhadap hasil panen cacing sutra (Tubifex sp.) dengan sistem resirkulasi dalam wadah bertingkat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan masing-masing terdiri atas dua ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah pemberian kotoran ayam fermentasi di sedimen (P0), pemberian kotoran ayam fermentasi di sedimen dan pengulangan lima hari sekali (P1), pemberian kotoran ayam fermentasi di sedimen dan pemberian limbah dari budidaya lele intensif (P2), pemberian kotoran ayam fermentasi di sedimen dan pengulangan lima hari sekali dan pemberian limbah dari budidaya lele intensif (P3). Wadah penelitian yang digunakan untuk budidaya cacing sutra adalah kotak kayu berukuran 100x50x15 cm3. Wadah dibuat bertingkat (tiga tingkat). Media yang digunakan yaitu lumpur dan kotoran ayam. Cacing sutra ditebar sebanyak 100 g/m2. Cacing sutra diberi pupuk tambahan berupa kotoran ayam fermentasi sebanyak 500 g/wadah dengan pengulangan lima hari sekali. Parameter yang diamati meliputi kelimpahan individu, biomassa dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kotoran ayam fermentasi di sedimen dan pemberian limbah dari budidaya lele intensif (P2) merupakan media pemeliharaan terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan cacing sutra dengan kelimpahan rata-rata sebesar 1.697 ind/m2 dan rata-rata biomass sebesar 6.470,98 g/m2. Kata kunci: cacing sutra, resirkulasi, wadah bertingkat, kotoran ayam fermentasi, limbah ikan lele
Co-Authors . Humairani . Sukenda . Sulistiono Adang Saputra Adang Saputra Agustinus Ngaddi Ahmad Ghufron Mustofa Aisyah Lukmini Alexander Burhani Marda Ali Djamhuri Amin Pamungkas Anang Hari Kristanto Ani Widiyati Ani Widiyati Ardyen Saputra Arif Faisal Siburian Aris Darmansah Aris Darmansah Aris Sando Hamzah Bambang Gunadi Bambang Gunadi Bambang Gunadi Bambang Gunadi Bambang Priyo Utomo Berlianti . Budiyanti Cecep Kusmana Dadang Shaffruddin Dadang Shafruddin Dadang Shafruddin Dadang Shafrudin Daniel Djokosetianto Daniel Djokosetianto Daniel Djokosetiyanto Daniel Djokosetiyanto DEDI JUSADI Dedi Pardiansyah Dewi Puspaningsih Diana Sriwisuda Putri Diana Sriwisuda Putri Dinamella Wahjuningrum Dinar Tri Soelistyowati Dini Wulandari Dody Sihono Donny Prariska Eka Rosyida Eko Harianto Enang H. Surawidjaja Enang Haris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Surawidjaja Ernik Yuliana Eva Prasetiyono Fauziah Azmi Ferdinand Hukama Taqwa Fina Lestari Guttifera Hanif Azhara, Muhammad Harton Arfah I Wayan Nurjaya Idil Ardi Iman Rusmana Imron Imron Ing Mokoginta Intan Wulandari Irzal Effendi Ismail Failu Izhar Amirul Haq I’ana Rahma Salisa Julie Ekasari Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kukuh Adiyana Kukuh Nirmala Kukuh Nirmala Kukuh Nirmala Lies Setijaningsih Lilik Sulistyowati Lina Warlina Liubana, Debora Victoria Lolita Thesiana Lolita Thesiana M. Faisol Riza Ghozali M. Toelihere M. Yusuf Arifin M. Zairin Junior Maman Tocharman Mariam, Susanti Mariska Putri Nur Hidayah Mas Tri Djoko Sunarno Mia Setiawati Muhamad Dzikri Muhamad Yamin Muhamad Yamin MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Fauzan Isma Muhammad Nabil Muhammad Zairin Jr. Muhammad Zairin Jr. Mulyasari Mulyasari Munti Yuhana MURIE DWIYANITI1 N. Potalangi Neltje Nobertine Palinggi Neltje Nobertine Palinggi Nur Fauziyah Nurdin, Muh Saleh Nurul Taufiqu Rochman Nurul Taufiqu Taufiqu Rochman O.D. Subakti Hasan Obed Lepa Saba Kulla Odang Carman Petrus Rani Pong-Masak Prama, Ega Aditya Rahma Vida Anandasari Raudhatus Sa'adah Riandini Riandini Riani Rahmawati Ridwan Affandi RIDWAN AFFANDI Rifqah Pratiwi Rio Yusufi Subhan Ris Dewi Novita Rizki Eka Puteri Ruspindo Syahputra S. Hastuti Saka Tirta Septya Santi Febrianti Santosa Koesoemadinata Saputra, Henry Kasmanhadi Selly Ratna Sari Setijaningsih, Lies Siska Mellisa Sophia N. M. Fendjalang Sri Nuryati Sri Wahyuni Firman Sugeng Budiharsono Sugeng H. Suseno Sugeng Hari Suseno Suhaiba Djai Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sulistiono Suri Purnama Febri Susanti Mariam Sutrisno Sutrisno Tatag Budiardi Teuku Fadlon Haser Thomas Nugroho Titin Kurniasih Tri Heru Prihadi Usman Usman Usman Usman Usman Usman Wahyu Pamungkas Wahyu Wahyu Wasjan Wasjan Widanarni . Widanarni Widanarni Wijianto Wijianto Wildan Nurussalam Wildan Nurussalam, Wildan Wisriati Lasima Y. Hadiroseyani Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yosmaniar Yoyo Wiramiharja Yuni Puji Hastuti Yuni Puji Hastuti