Atih Surjati Herman, Atih Surjati
Kebijakan Industri Sekretariat BPKIMI

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MODEL AGROINDUSTRI BAWANG MERAH BREBES Herman, Atih Surjati
Jurnal Riset Industri Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Riset Industri
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1490.676 KB)

Abstract

ABSTRAK Model agroindustri bawang merah dirancang untuk Kabupaten Brebes, menggunakan pendekatan kegiatan rantai pasokan tradisional, yaitu pemasaran, pengolahan dan pasokan bahan baku dalam menentukan kelembagaan intinya. Verifikasi model dilakukan melalui analisis financial menggunakan data yang dikumpulkan antara Juli sampai dengan Desember 2003. Kelembagaan yang teridentifikasi untuk anggota agroindustri ini adalah kelompok petani, kolektor yang juga melakukan penanganan pasca panen, industri bawang goreng, industri serbuk bawang dan industri pewarna alam, serta eksportir. Salah satu elemen kunci untuk keberhasilan pembangunan agroindustri adalah fasilitator, yaitu tenaga professional independen yang dilatih khusus untuk memfasilitasi proses membangun jejaring bisnis dan memperkuat kerjasama antar perusahaan. Kapasitas agroindustri dirancang untuk mampu menyerap kelebihan produksi bawang merah sebagai hasil dari proses intensifikasi, yaitu 150.000 ton bawang segar/tahun. Industri bawang merah dan serbuk bawang direncanakan berdasarkan pada daya serap pasar, yaitu masing-masing sebesar 80 ton/hari. Bahan baku bawang dipasok oleh petani dengan lahan pertanian seluas 800 ha. Sebagian besar produk direncanakan dijual di pasar domestik (pabrik mie instan), dan ekspor dirancang untuk menyalurkan kelebihan produksi, yaitu 459 ton bawang merah segar serta masing-masing 80 ton bawang goreng dan serbuk bawang per bulan. Total modal diperkirakan sebesar Rp. 131,231 milyar dan total keuntungan mencapai Rp. 3,140 milyar. Petani akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 36 juta/ha/tahun. Konsep agroindustri merupakan alternatif pemecahan bagi masalah rendahnya harga bawang pada musim panen. Penerapan konsep harus didukung oleh pemerintah, khususnya dalam mengakses pasar dan membiayai fasilitator pada tahap awal pembentukannya.Kata kunci: bawang merah, agroindustri, model.
POTENSI UMBI-UMBIAN DAN SEREALIA DALAM MENUNJANG DIVERSIFIKASI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Wardayanie, Ning Ima Arie; Susanti, Irma; Aviana, Tita; Herman, Atih Surjati
Jurnal Riset Industri Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Riset Industri
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1003.863 KB)

Abstract

Pengalian data dan Informasi tentang produksi dan teknologi umbi-umbuian dan serealian telah dilakukan untuk mengidentifikasi potensi serta tegnologi pengolahan umbi-umbian dan serealialokal sebagai bahan baku industri pangan. Hasil kajian menunjukan bahwa umbi-umbian yang potensial yang berkembang dalam waktu dekat adalah garut (Maranta arumdiaceae) ganyong( Canna edulis Ker), gembili (Dioscorea aculeata), dan kimpul (xantosoma sagittifolium Schoot), teknologi proses yang paling di perlukanuntuk memdukung diversifikasikan produk olahan umbi-umbiandan serealia adalah pengeringan sedangkan produk yang paling strategis dikembangkan untuk menunjangdiversifikasi pangan dalam waktu dekat adalah tepung yang berkualitas baikdengan harga kopentitif. Dalam menunjang diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal , pnegolahan umbu-umbian dan serealia dapat di kembangkan sesuai denga kopetesiinti daerah dengan pendekatan OVOP (One Vilage One Product)
KAJIAN PENGEMBANGAN MODEL KETERKAITAN PERANAN LITBANG DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI ., Djumarman; Herman, Atih Surjati
Jurnal Riset Industri Vol 1, No 3 (2007):
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (911.381 KB)

Abstract

Banyak dan tersebarnya kegiatan litbang, menyebabkan terbukanya kemungkinan setiap unit litbang bekerja sendiri-sendiri sehingga perannya bagi pengembangan klaster kurang optimal. Telah dilakukan kajian untuk mengembangkan model keterkaitan peranan litbang dalam pembangunan klaster industri. Alternatif model inovasi dikembangkan dengan tujuan jangka pendek, yaitu: meningkatkan dukungan teknologi bagi industri anggota klaster prioritas; meningkatkan peran Balai litbang di lingkungan Depertemen Perindustrian dalam mendukung klaster industri; dan meningkatkan jejaring internal antar unit di lingkungan Departemen Perindustrian sebagai satu kesatuan dalam mendukung pengembangan klaster industri melalui penyediaan teknologi lokal.
PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DI PABRIK SAUS TOMAT SKALA MENENGAH: STUDI KASUS Sudibyo, Agus; Herman, Atih Surjati
Jurnal Riset Industri Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Riset Industri
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1324.921 KB)

Abstract

ABSTRAK Penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di industri makanan skala menengah dikaji dengan mengambil pabrik saus tomat sebagai studi kasus. Kajian bertujuan untuk mempelajari kesiapan industri skala menengah di Indonesia dalam menerapkan HACCP. Berdasarkan hasil kajian, dirancang model penerapan HACCP yang diharapkan dapat digunakan sebagai panduan untuk pabrik sejenis lainnya (pabrik produk pangan berasam, pH 3,6 – 4,5 , diawet dengan teknologi pasteurisasi). Analisis dilakkan menggunakan metode deskriptif melalui empat modul, yaitu: I. mengkaji kondisi pabrik saus tomat sebelum menerapkan sistem HACCP; II. Mengidentifikasi potensi titik kritis sepanjang alur proses; III. Menyusun program implementasi HACCP; dan IV. Mengevaluasi program penerapannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa kondisi pabrik saus tomat studi kasus belum memenuhi persyaratan dasar untuk mengimplementasikan HACCP, begitu pula pengelolaan sistem keamanan pangan yang diterapkannya. Teridentifikasi lima potensi titik kritis yang perlu dikendalikan secara efektif sebagai CCP’s. Program implementasi HACCP yang dirancang mencakup perbaikan dari persyaratan dasar termasuk pembuatan SSOP-nya, pendidikan dan pelatihan karyawan, dan investasi peralatan untuk mendukung beroperasinya sistem HACCP. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa biaya penerapan HACCP mencapai sekitar 180 juta rupiah dan waktu yang diperlukan sejak merancang dan mengoperasikan sistem sampai hasil auditnya memenuhi persyaratan dasar dan sistem HACCP mencapai sekitar 12 bulan. Dari kajian ini disimpulkan bahwa kecukupan pengelolaan sistem keamanan pangan dan penerapan HACCP di industri skala menengah masih memerlukan upaya yang bersifat mendasar untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Diperlukan upaya sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para pelaku industri dalam masalah keamanan pangan dan HACCP.Kata kunci: HACCP, saus tomat, keamanan pangan, studi kasus.
KAJIAN PENERAPAN ALAT PENGERING BAWANG MERAH DI SENTRA PRODUKSI BREBES - JAWA TENGAH Alamsyah, Rizal; Pohan, Guring; Herman, Atih Surjati
Jurnal Riset Industri Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Riset Industri
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1281.085 KB)

Abstract

Alat pengerin buatan untuk bawang merah saat musim hujan sangan dibutuhkan kerena bila tidak kpengeringan yang kurang sempurnaakan terjadi dan berakibat menurunya mutu bawang merahpenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan alat pengering buatan , melakukan analisis teknik dan mengkaji tekno ekonomi, studi dilakukan di daerah brebes sebagai salah satusentra produksi bawang merah metode yang di lakukan terdiri dari metode pengukuran parameter pengeringan,perhitungan jumlah kebutuhan alat pengering, uji kerja, pengkajian analisis teknikkonstruksi serta tekno ekonomi, bedasarkan hasil uji alat pengering terdapat beberapa aspek yan perlu di perbaiki antara lain: 1)penyebaran panas, 2)sistem pembakaran, 3)laju pengeringan4)kecepatan udara pengering, 5)ruang rak pengering. Analisis finansial di lakukan baik terhadap pengering buatan maupun matahari . Biaya pengerin matahari adalah Rp 104/kg dengan lama pengeringan7-10 hari sedangkan dengan pengering bautan adalah Rp 207.4/kg dengan lama pengeringan selama 18 jam (trun over lebih cepat)bedaserkan produksi bawang pada tahun 2002 di perlukan jumlah alat pengering buatan sebayak 142 unit. untuk memproduksi 2000 kg bawang kering mengunakan pengering buatan , total infestasi yang di perlukan Rp 59.549.000 dengan 50 hari kerja selama musim huajan, penghasilanbersih dan pengembalian modal masing-masing adalah Rp 12.793.00,- dan 3.14 tahun dari kajian ini usaha itu cukup layak untuk di lakukan