Wiwin Winiati, Wiwin
Balai Besar Tekstil, Kementerian Perindustrian, Bandung

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH BOTTOM ASH SEBAGAI ADSORBEN LIMBAH ZAT WARNA INDUSTRI TEKSTIL Rismayani, Sinta; ., Indarto; Winiati, Wiwin; Ariwahjoedi, Bambang
Jurnal Riset Industri Vol 1, No 3 (2007):
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1104.099 KB)

Abstract

Limbah bottom ash dari industri tekstil dengan kadar karbon yang masih tinggi berpotensi untuk dijadikan karbon aktif. Pembuatan karbon aktif diawali dengan proses pemisahan karbon dari residu bottom ash menggunakan teknik floating. Karbon yang dihasilkan kemudian diaktivasi menggunakan uap pada suhu 1000  selama 1 jam. Karbon aktif kemudian digunakan untuk mengadsorbsi zat warna reactive black 5 dan acid red 4. Untuk melihat kemungkinan penerapan proses adsorbsi pada efluen limbah tekstil, dilakukan uji coba adsorbsi dengan proses kontinu pada reaktor vertikal. Karbon aktif yang diperoleh pada percobaan ini mempunyai luas permukaan spesifik 548 m2/g dan nilai kalori 6370 kal/g. Kapasitas adsorbsi, Kf pada zat warna reactive black 5 dan acid red 4 berturut-turut 56 dan 47 mg/g dan hasil ini lebih baik dibandingkan karbon aktif komersial. Analisa struktur mikro menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan karbon aktif bottom ash mempunyai struktur makro pori yang banyak pada permukaannya. Uji coba terhadap efluen air limbah indigo berhasil menurunkan warna dan COD sebanyak 34% dan 53%. Sedangkan percobaan terhadap efluen limbah zat warna reaktif/disperse berhasil menurunkan warna dan COD sebanyak 89% dan 61%.
PEMBUATAN SERAT NANO KITOSAN TANPA BEADS MELALUI PENAMBAHAN PVA DAN HDA Judawisastra, Hermawan; Winiati, Wiwin; Ramadhianti, Prisa Annisa
Arena Tekstil Vol 27, No 2 (2012)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1297.821 KB)

Abstract

Serat nano kitosan telah berhasil dibuat melalui penambahan polyvinyl alcohol (PVA), denganpermasalahan pada kadar kitosan diatas 50% berat dengan derajat deasetilasi kitosan di bawah 70%, pembentukanbutiran (beads) masih terjadi sepanjang serat nano kitosan/PVA. Penelitian ini dilakukan untuk membuat serat nanotanpa beads yang berbahan dasar kitosan dengan derajat deasetilasi lebih kecil dari 70%. Pembuatan serat nanokitosan dilakukan melalui penambahan polimer PVA dan surfaktan kationik Hexadecylamine (HDA). Sintesiskitosan dilakukan melalui deasetilasi kitin dari kulit udang windu selama 4 jam. Kajian literatur yang mendalampada pembuatan serat nano kitosan/PVA dilakukan dengan analisis mengenai hubungan antara derajat deasetilasikitosan dengan jumlah PVA yang diperlukan untuk membuat serat nano tanpa beads. Larutan dengan variasi rasiokitosan/PVA/HDA dibuat dan diproses menjadi serat nano kitosan/PVA/HDA melalui proses electrospinning.Karakterisasi serat nano dilakukan untuk menentukan morfologi dan diameter serat nano dengan menggunakanScanning Electron Microscope (SEM). Suatu persamaan untuk menentukan kadar PVA yang diperlukan dalammembuat serat nano kitosan/PVA tanpa beads telah diperoleh. Namun, penambahan PVA saja tidak akan efektifdalam mengurangi jumlah beads pada serat nano kitosan. Penambahan HDA pada larutan kitosan/PVA efektifmenghilangkan beads serat nano berbahan dasar kitosan (kadar kitosan 60% berat) dengan derajat deasetilasi 65%.Serat nano kitosan tanpa beads dengan derajat deasetilasi 65% dapat dibuat melalui proses electrospinning denganpenambahan PVA sebesar 40% berat larutan dan penambahan HDA 1x10-6 mol/L.
FIKSASI KITOSAN PADA KAIN KATUN SEBAGAI ANTIBAKTERI Winiati, Wiwin; Kasipah, Cica; Yulina, Rizka; Wahyudi, Tatang; Mulyawan, Agus Surya; Septiani, Wulan
Arena Tekstil Vol 29, No 1 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (969.547 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah mendapatkan metode fiksasi/pembubuhan kitosan pada kain katun untuk memperoleh kain katun yang bersifat antibakteri,  penelitian dilakukan dilaboratorium dan   selanjutnya metoda yang ditemukan di uji-coba dengan skala pilot di industri tekstil. Pada penelitian ini fiksasi  kitosan pada kain katun dilakukan dengan metoda kimia, yaitu modifikasi kovalen pada serat kapas yang merupakan serat selulosa dengan pembentukan gugus aldehida yang akan berikatan dengan gugus amina pada kitosan yang dilakukan dengan cara perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses oksidasi selulosa pada kain katun hingga memiliki gugus aldehida yang kemudian berikatan dengan gugus amina pada kitosan telah menghasilkan fiksasi kitosan pada kain  katun,  sehingga memberikan sifat antibakteri pada kain katun.  Penggunaan kitosan dengan BM 171.790 Da sebagai zat antibakteri pada kain katun telah menghasilkan kain katun antibakteri yang memiliki ketahanan terhadap proses pencucian, dan pemanasan (setrika), tidak menurunkan parameter kualitas tekstilnya seperti kekuatan  dan kenampakannya,  serta cocok (compatible) dengan zat-zat kimia tekstil yang digunakan pada proses tekstil  yaitu proses pencelupan. Hasil percobaan pembuatan kain katun antibakteri di laboratorium, telah diaplikasikan di industri dan memberikan hasil yang baik.
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK SERAT KITOSAN MELALUI PROSES PLASTISISASI DENGAN GLISEROL SETELAH PROSES DEHIDRASI DENGAN METANOL Winiati, Wiwin; Wahyudi, Tatang; Kurniawan, Indra; Yulina, Rizka
Arena Tekstil Vol 27, No 2 (2012)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.672 KB)

Abstract

Serat kitosan mempunyai sifat getas, kekuatan yang rendah terutama dalam keadaan basah dan elongasisaat putus yang rendah disebabkan kristalin yang tinggi. Untuk dapat digunakan sebagai benang operasimonofilamen, diperlukan serat kitosan dengan diameter yang relatif kecil tetapi mempunyai kekuatan tarik yangtinggi disertai fleksibilitas dan elongasi yang baik sehingga mudah dibuat simpul. Proses dehidrasi dengan metanoltelah berhasil meningkatkan kekuatan dan menurunkan diameter tetapi elongasi menurun. Penelitian ini ditujukanuntuk meningkatkan sifat mekanik terutama elongasi serat kitosan dengan cara melakukan proses plastisisasidengan gliserol setelah proses dehidrasi dengan metanol . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada serat kitosanyang dibuat dari larutan kitosan dengan viskositas 5.684 mPa.s dengan alat wet-spinning menggunakan spinneretdengan diameter 1500 μm, proses dehidrasi dengan metanol dilanjutkan dengan proses plastisisasi dengan gliserolmemberikan penurunan diameter 7 %, peningkatan densitas 46%, peningkatan kekuatan tarik 90%, danpeningkatan elongasi 167 %. Dengan proses plastisisasi serat kitosan menjadi lebih hidrofil, densitas dan %kristalinitas naik sehingga serat lebih padat merata dan memberikan peningkatan elongasi yang signifikan.
PELAPISAN KITOSAN PADA KAIN KATUN DENGAN CARA PERENDAMAN DAN ELEKTROSPINNING Kasipah, Cica; Winiati, Wiwin
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2834.219 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bahan tekstil yang dilapisi  kitosan yang diharapkan dapat digunakan sebagai penutup luka.  Penelitian dimulai dengan isolasi kitin dari kulit udang, dilanjutkan dengan proses deasetilasi kitin untuk mendapatkan kitosan.  Dilakukan pelapisan larutan kitosan pada kain katun yang berupa kain kasa dan kain tenun dengan cara perendaman dan pelapisan kain kasa dengan cara elektrospinning.  Untuk mengetahui karakteristik  hasil pelapisan dilakukan pengujian permeabilitas dan uji degradasi dengan enzim lisozim, yang merupakan parameter yang diperlukan pada penutup luka, serta pengamatan dengan Scanning Electron Microscope.  Pelapisan kitosan  pada kain katun mempunyai permeabilitas terhadap uap air yang baik, yaitu antara 3900-5400 mg/hari/L, dan pelapisan kasa perban dengan kitosan dalam pelarut asamtrifloroasetat (TFA) memberikan hasil yang tertinggi.  Pelapisan dengan teknik elektrospinning hanya dihasilkan lapisan kitosan pada bahan penunjang, belum memperoleh serat atau butiran kitosan dengan ukuran nano ataupun mikro. Pada pengujian degradasi terhadap enzim lisozim, semua bentuk kain yang dibubuhi kitosan,  kandungan kitosannya  telah habis terdegradasi pada 1 jam pertama waktu degradasi.  Maka  kecepatan degradasi kitosan pada kain yang dibubuhi kitosan tersebut mempunyai kecepatan degradasi kitosannya  yang lebih besar dari hasil perhitungan untuk degradasi 1 jam, yaitu > 5,925 mg/cm2.jam.
PENGARUH BERAT MOLEKUL KITOSAN TERHADAP FIKSASI KITOSAN PADA KAIN KAPAS SEBAGAI ANTIBAKTERI Yulina, Rizka; Winiati, Wiwin; Kasipah, Cica; Septiani, Wulan; Mulyawan, Agus Surya; Wahyudi, Tatang
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.808 KB)

Abstract

Proses depolimerisasi kitosan telah dilakukan untuk memperoleh kitosan dengan berat molekul yang lebih rendah dan mengetahui sifat antibakterinya setelah difiksasi pada kain kapas. Proses depolimerisasi dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan oven microwave disertai penambahan larutan garam elekrolit NaCl dan CaCl2. Variasi proses pemanasan dilakukan pada rentang daya microwave 300-800 watt dan rentang waktu selama 5-25 menit. Berat molekul kitosan ditentukan dari viskositasnya dan dihitung menggunakan persamaan Mark Houwink. Hasil depolimerisasi kitosan menggunakan pelarut campuran CH3COOH 1% /CaCl2 0,25 M dengan rasio volume 7:3 dan rentang daya microwave 300-650 watt telah berhasil menurunkan berat molekul kitosan secara signifikan dari 171.790 Da hingga mencapai 59.746 Da. Hasil analisa terhadap spektra Fourier Transform Infra Red menunjukkan bahwa proses depolimerisasi kitosan tidak mengubah gugus fungsi dari kitosan. Fiksasi kitosan terdepolimerisasi dengan rentang berat molekul 59.746-79.570 Da pada kain kapas menghasilkan sifat antibakteri yang sangat baik yakni mencapai 99-100%, sekalipun prosesnya diikuti dengan proses pencelupan warna. Hasil uji N-total menunjukkan bahwa kain kapas terfiksasi kitosan berat molekul 79.500 Da menghasilkan nilai N-total yang lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan berat molekul 171.790 Da. Hasil kurva ketuaan warna menunjukkan bahwa kitosan BM rendah cocok (compatible) dengan zat warna reaktif yang digunakan pada proses pencelupan dan memberikan warna pada kain kapas yang lebih tua dibandingkan dengan kitosan BM tinggi dan tanpa kitosan.
AKTIFITAS BIODEGRADASI IN VITRO DAN IN VIVO SERAT KITOSAN YANG TELAH DIBERI PERLAKUAN DEHIDRASI DAN PLASTISISASI Winiati, Wiwin; Septiani, Wulan
Arena Tekstil Vol 28, No 1 (2013)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3811.118 KB)

Abstract

Pada penelitian ini dipelajari aktifitas biodegradasiin vitro dengan menggunakan enzim lisozim untuk serat kitosan yang telah diberi perlakuan proses dehidrasi dan plastisisasidan biodegradasi in vivo terhadap kucing.  Dengan tujuan  untuk mengetahui parameter yang dapat menurunkan kecepatan biodegradasi yang ditunjukkan oleh penurunan besarnya kehilangan  kekuatan tarik, padabiodegradasi in vitro dilakukan pengukuran diameter dan densitas, kekuatan tarik dan morfologi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa biodegradasi serat kitosan dengan enzim lisozim dalam media larutan PBS (phosphat buffer saline)pada suhu 37oC selama 3 hari, menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan tarik, dan besarnya penurunan kekuatan tarik dipengaruhi oleh diameter serat, densitas serat,  proses dehidrasi dan plastisisasi yang dilakukan, derajat deasetilasi kitosan serta jumlah enzim yang diberikan. Peningkatan densitas, melakukan proses dehidrasi dilanjutkan  plastisisasi (DP) dan penggunaan kitosan dengan  derajat deasetilasi (DD) yang lebih rendah berhasil mengurangi kehilangan kekuatan tarik serat karena biodegradasi. Biodegradasi menyebabkan terjadinya hidrolisa ikatan kimia dalam rantai polimer pada serat kitosan  yang mengakibatkan terjadinya pengikisan/keropos pada serat.  Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa biodegradasi yang terjadi adalah menurut mekanisma bulk degradation. Uji biodegradasi in vivo menunjukkan serat kitosan biodegradable dan biokompatabel dengan jaringan kulit kucing, dan pada biodegradasi in vivo secara visual terlihat serat kitosan lebih cepat melebur dari pada saat uji in vitro.