Surawardi Surawardi, Surawardi
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

SISTEM DAN KELEMBAGAAN PENDIDIKAN ISLAM PERIODE MADINAH Surawardi, Surawardi
977-2442404
Publisher : Management of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem dan Lembaga pendidikan Islam pada masa periode Madinah berawal dari periode Makkah. Sistem dan lembaga pendidikan Islam periode Madinah yang dimaksud baik dalam konsep fisik dan non fisik. Sistem kelembagaan yang bersifat fisik terdiri dari adanya lembaga pendidikan Dar al Arqam, shufiah dan Masjid. Sistem kelembagaan yang berisifan non fisik terdiri dari: Kebijakan pendidikan Islam, tujuan, materi, metode/strategi, sarana/media, sistem evaluasi, lingkungan pendidikan dan kurikulum pendidikan Islam. Kebijakan pendidikan yang dilakukan Rasulullah Saw pada masa periode Madinah meliputi: Membangun masjid di Madinah dan mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik yang disinari nilai-nilai tauhid. Tujuan pendidikan Islam pada periode Madinah bertolak dari tujuan periode makkah yaitu pendidikan tauhid. Materi Pendidikan periode Madinah secara spesifik: Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan. Metode/strategi periode madinah metode Istima’ dan Tahfizh untuk materi Alquran sedangkan muhadharah dan mudzakarah untuk penyampaian materi bidang muamalah, sosial dan politik. Disamping itu dalam bidang keimanan: melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rasional dan ilmiah yang dikuatkan pula oleh mu’jizat Rasulullah Saw Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan uswah sehingga mudah diikuti masyarakat. Bidang akhlak: Nabi menitik beratkan pada metode Uswah.Sarana/media pembelajaran hanya tertupu pada media sentra Masjid. Sementara Evaluasi dilakukan dalam bentuk hafalan para sabahat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat Alquran dihadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Rasulullah juga dievaluasi oleh Allah melalui malaikat Jibril. Sebagaimana kisah kedatangan Malaikat Jibril kepada Nabi SAW ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu majelis. Malaikat Jibril menguji Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam dan jawaban Nabi selalu dibenarkan oleh Malaikat Jibri.Lingkungan pendidikan Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat alternatif, yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia. Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah kedamaian dan kasih sayang. Kurikulum pendidikan Islam periode Madinah menggunakan pendekatan Teacher Sentris.  Kata Kunci: Sistem, Kelembagaan, Pendidikan dan Teacher Sentris
PENDIDIKAN ISLAM DI PAKISTAN Surawardi, Surawardi
977-2442404
Publisher : Management of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebijakan pendidikan antara Pakistan dan Indonesia hampir sama yakni menjadikan pen­didikan wajib belajar bagi warga negaranya. Hanya saja Pakistan wajib belajarnya hingga tingkat SLTA sementara di Indonesia hanya sampai tingkat SLTP. Sementara lembaga pendidikan yang terdapat di Pakistan dan Indonesia juga hampir sama yakni adanya lembaga pendidikan Umum dan Agama/Madrasah serta sekolah tinggi/universitas baik umum dan keagamaan.Problematika pendidikan yang terjadi di Pakistan adalah adanya senyalemen yang mengindentifikasikan sebagian lembaga pendidikan Agama/Madrasah yang terlibat dalam gerakan teroris. Sementara di Indonesia juga ada terendus isu yang mengidentifikasikan hal yang serupa sebagaimana yang terjadi di Pakistan. Problematika lainnya yang hampir sama dengan di Indonesia adalah masih banyaknya anak putus sekolah di Pakistan demikian pula halnya dengan di Indonesia, padahal ada undang-undang yang mengatur wajib belajar bagi anak-anak namun pihak negara belum banyak berbuat untuk melayani amanat undang undang tersebut terbukti tidak adanya punishment bagi orang tua yang tidak melaksanakan wajib belajar sebagaimana yang diamanatkan oleh masing-masing undang-undang wajib belajar baik di Pakistan dan demikian pula di Indonesia.Penanganan pendidikan umum dan agama di Pakistan dan Indonesia juga hampir sama yakni pemerintah, swasta dan LSM. Akan tetapi pendidikan perempuan tentu saja di Indonesia lebih baik jika dibandingkan dengan yang dilakukan oleh pemerintahan Pakistan. Kata Kunci: Pendidikan, Kebijakan, Belajar dan Problematika
LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN DALAM MENENTUKAN JURUSAN/KONSENTRASI MAHASISWA JURUSAN PAI PADA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ANTASARI Surawardi, Surawardi; Masyithah, Masyithah
Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol 17, No 2 (2017): Published in September of 2017
Publisher : STAI AL FALAH Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The placement and distribution service in determining the majors/ concentration of students of PAI department at the Faculty of Tarbiyah and UB Antasari Training is conducted with the Procedures and Steps of Placement and Distribution Services, namely: First, Planning, subject at the KKNI curriculum sheet at the end of the fourth semester. Second, Implementation, Since being in semester V PAI college students based on their respective concentration. Third, Evaluation, Evaluation is done only in the form of a comprehensive examination in the form of written test and oral test applicable to all concentration with exam material is also the same. Fourth, Analysis of the results of the evaluation, analysis of comprehensive exam results that passed a written exam can perform oral exams and practice. Fifth, Follow-up, as a follow-up again is where munaqasyah thesis exam still there are students who have not correct reading Al Qur'an then when doing revision after test must learn again correct reading Al Qur'an so get the signature of revision by thesis examiner. Sixth, Reports, reporting made so far for students in placement and distribution services after they have determined their preferred concentration. Placement and Distribution service techniques include: First, Documentation studies on the results of instrumentation applications and data sets, No specific instruments have been used to determine the concentration of PAI faculty of Tarbiyah and UB Antasari Banjarmasin. Second, Observation of the Physical Condition, Communication Ability, and Other Student Behavior, and Environmental Physical Conditions. Third, the study of the rules, both written and unwritten apply, the technique of student placement in determining the concentration in the department / study program of Faculty of Tarbiyah and Teacher Training through the study of written rules and actually already exist in the academic script on the curriculum sheet of the department of PAI which regulates the distribution courses tailored to their respective concentrations. Fourth, Prospective and Conducive Environmental Conditions Study for Student Development, a perspective and conducive environmental condition study technique for the development of students in determining the type of concentration they choose in the PAI Department of Faculty of Tarbiyah and Teacher Training of UIN Antasari is to provide guidance that there is a certain concentration which is more prospective considering the limitations of teachers available to religious schools today. Fifth; Interview with related parties. Keywords: Service, placement and distribution, determining department/concentration
HUKUM ISLAM DI MALAYSIA Surawardi, Surawardi
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 3, No 2 (2005)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v3i2.3171

Abstract

Federasi Malaysia adalah suatu negara yang mencantumkan dengan resmi Islam sebagai agama negara. Konsekuensinya adalah adanya hubungan antara Federasi Malaysia sebagai negara dengan Islam sebagai agama resmi sehingga Malaysia tidak dapat dinamakan negara sekuler. Konsekuensi lebih jauh adalah ajaran Islam dan hukum Islam dianut dan harus dilaksanakan di Federasi Malaysia. Akan tetapi pelaksanaan hukum Islam di Malaysia tidak secara tekstual tetapi lebih bersifat kontekstual. Karenanya menurut Mahathir yang lebih penting adalah nilai keadilan. Sistem perundangan dan common law di Malaysia sudah melaksanakan konsep keadilan menurut Islam, karena para pelaku kejahatan dihukum dengan undang-undang Islam tetapi dengan sistem lain
SISTEM DAN KELEMBAGAAN PENDIDIKAN ISLAM PERIODE MADINAH Surawardi, Surawardi
Management of Education: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 1, No 2: Agustus 2015
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.37 KB) | DOI: 10.18592/moe.v1i2.349

Abstract

Sistem dan Lembaga pendidikan Islam pada masa periode Madinah berawal dari periode Makkah. Sistem dan lembaga pendidikan Islam periode Madinah yang dimaksud baik dalam konsep fisik dan non fisik. Sistem kelembagaan yang bersifat fisik terdiri dari adanya lembaga pendidikan Dar al Arqam, shufiah dan Masjid. Sistem kelembagaan yang berisifan non fisik terdiri dari: Kebijakan pendidikan Islam, tujuan, materi, metode/strategi, sarana/media, sistem evaluasi, lingkungan pendidikan dan kurikulum pendidikan Islam. Kebijakan pendidikan yang dilakukan Rasulullah Saw pada masa periode Madinah meliputi: Membangun masjid di Madinah dan mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik yang disinari nilai-nilai tauhid. Tujuan pendidikan Islam pada periode Madinah bertolak dari tujuan periode makkah yaitu pendidikan tauhid. Materi Pendidikan periode Madinah secara spesifik: Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan. Metode/strategi periode madinah metode Istima dan Tahfizh untuk materi Alquran sedangkan muhadharah dan mudzakarah untuk penyampaian materi bidang muamalah, sosial dan politik. Disamping itu dalam bidang keimanan: melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rasional dan ilmiah yang dikuatkan pula oleh mujizat Rasulullah Saw Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan uswah sehingga mudah diikuti masyarakat. Bidang akhlak: Nabi menitik beratkan pada metode Uswah.Sarana/media pembelajaran hanya tertupu pada media sentra Masjid. Sementara Evaluasi dilakukan dalam bentuk hafalan para sabahat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat Alquran dihadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Rasulullah juga dievaluasi oleh Allah melalui malaikat Jibril. Sebagaimana kisah kedatangan Malaikat Jibril kepada Nabi SAW ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu majelis. Malaikat Jibril menguji Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam dan jawaban Nabi selalu dibenarkan oleh Malaikat Jibri.Lingkungan pendidikan Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat alternatif, yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia. Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah kedamaian dan kasih sayang. Kurikulum pendidikan Islam periode Madinah menggunakan pendekatan Teacher Sentris. Kata Kunci: Sistem, Kelembagaan, Pendidikan dan Teacher Sentris
PENDIDIKAN ISLAM DI PAKISTAN Surawardi, Surawardi
Management of Education: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 1, No 1: Februari 2015
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.747 KB) | DOI: 10.18592/moe.v1i1.345

Abstract

Kebijakan pendidikan antara Pakistan dan Indonesia hampir sama yakni menjadikan pendidikan wajib belajar bagi warga negaranya. Hanya saja Pakistan wajib belajarnya hingga tingkat SLTA sementara di Indonesia hanya sampai tingkat SLTP. Sementara lembaga pendidikan yang terdapat di Pakistan dan Indonesia juga hampir sama yakni adanya lembaga pendidikan Umum dan Agama/Madrasah serta sekolah tinggi/universitas baik umum dan keagamaan.Problematika pendidikan yang terjadi di Pakistan adalah adanya senyalemen yang mengindentifikasikan sebagian lembaga pendidikan Agama/Madrasah yang terlibat dalam gerakan teroris. Sementara di Indonesia juga ada terendus isu yang mengidentifikasikan hal yang serupa sebagaimana yang terjadi di Pakistan. Problematika lainnya yang hampir sama dengan di Indonesia adalah masih banyaknya anak putus sekolah di Pakistan demikian pula halnya dengan di Indonesia, padahal ada undang-undang yang mengatur wajib belajar bagi anak-anak namun pihak negara belum banyak berbuat untuk melayani amanat undang undang tersebut terbukti tidak adanya punishment bagi orang tua yang tidak melaksanakan wajib belajar sebagaimana yang diamanatkan oleh masing-masing undang-undang wajib belajar baik di Pakistan dan demikian pula di Indonesia.Penanganan pendidikan umum dan agama di Pakistan dan Indonesia juga hampir sama yakni pemerintah, swasta dan LSM. Akan tetapi pendidikan perempuan tentu saja di Indonesia lebih baik jika dibandingkan dengan yang dilakukan oleh pemerintahan Pakistan.Kata Kunci: Pendidikan, Kebijakan, Belajar dan Problematika