Siti Annisa Devi Trusda, Siti Annisa Devi
Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Bandung

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Frekuensi Kejadian Diare Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Bandung Oktober 2013–Maret 2014 Fatiha, Hoirunisa; Tejasari, Maya; Trusda, Siti Annisa Devi
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Penyakit diare di Indonesia semakin meningkat yang dapat menyebabkan kematian terutama balita. Salah satu faktor yang memengaruhi frekuensi kejadian diare adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua tentang diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang diare dengan frekuensi kejadian diare balita di wilayah kerja Puskesmas Tamansari Kota Bandung. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan desain potong lintang (cross sectional) periode April–Juni 2014. Subjek penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Tamansari. Jumlah sampel penelitian sebanyak 97 orang. Data yang dikumpulkan berupa data primer menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi.   Pengolahan data menggunakan SPSS versi 21 dan analisis statistik menggunakan uji chi-kuadrat. Hasil menunjukkan bahwa responden berpendidikan tinggi memiliki balita yang sebagian besar tidak pernah diare dan analisis statistik menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan frekuensi kejadian diare balita (p=0,001). Responden dengan pengetahuan baik sebanyak 21 dari 36 subjek memiliki balita tidak pernah diare dan analisis statistik menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi kejadian diare balita (p=0,007). Simpulan, terdapat hubungan tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan  ibu  tentang  diare dengan frekuensi kejadian diare balita di wilayah kerja Puskesmas Tamansari.   Kata kunci: Diare, frekuensi diare, pendidikan, pengetahuan   The Relationship Levels of Education and Mothers Knowledge about the Frequency of Occurence of Diarrhea in Infants of Tamansari Bandung in October 2013–March 2014   Abstract   Diarrhea disease in Indonesia is increasing, can cause death, especially in infants. One of the factors that affect the frequency of occurrence of diarrhea is knowledge, attitudes, and behaviors of parents of diarrhea. This study aims was to determine the relationship between levels of education and mothers level of knowledge about the frequency of occurrence of diarrhea in infants Puskesmas of Tamansari Bandung. This study was an observational analytic cross-sectional design in period April–June 2014. The subjects were mothers who had children in the Puskesmas of Tamansari. The number of samples were 97 people. The data collected for this study in the form of primary data using questionnaires that have been validated.  Processing data using SPSS version 21 and statistical analysis using chi-square test. The results indicated that respondents with higher education category had  largely  toddler  never had diarrhea. The  results  of statistical analysis showed that there was a significant relationship between the level of education and the frequency of occurrence of diarrhea infants (p=0.001). Respondents with good knowledge most had diarrhea toddler never amounted 21 of 36 subjects and the results of statistical analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge of mothers with children under five diarrhea occurrence frequency (p=0.007). In conclusion, there is a relationship between the level of maternal education and the mothers level of knowledge about the frequency of occurrence of diarrhea in infants Puskesmas of Tamansari.   Key words: Diarrhea, education, knowledge, the frequency of diarrhea
Characteristics of Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in Al-Ihsan Regional General Hospital Siti Annisa Devi Trusda; Wida Purbaningsih; Budiman Budiman; Siti Salma Nurhaliza Fitriadi
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.813 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v9i2.8123

Abstract

The prevalence of type 2 diabetes mellitus (T2DM) in Indonesia is high, contributing to the fourth mortality rate for non-communicable diseases in Indonesia. The population of T2DM patients spread across all provinces, including West Java, which is the most populous province in Indonesia. One of the referral hospitals in West Java is Al-Ihsan Regional General Hospital in Bandung regency. The purpose of this study was to describe the characteristics of T2DM patients who came to Al-Ihsan Regional General Hospital according to age, gender, and comorbidities parameters. It was a descriptive cross-sectional study using secondary data from medical records of T2DM patients between January 2017 and November 2020. The results were the highest prevalence and incidence of T2DM were in 2017 with as many as 5,051 and 653 respectively; the highest gender each year was female, range between 584–3,333, with the highest male: female ratio of 1:2 in 2017; the age group with the highest prevalence was 55–65 years which was 3,468 (39.53%); and top five comorbidities were hypertension (35.68%), cataracts (6.01%), osteoarthritis (3.58%), pulmonary tuberculosis (2.92%) and dyspepsia (2.91%). This study concluded that the prevalence and incidence of T2DM in Al-Ihsan Regional General Hospital were high, with the predominant female patients, elderly, and comorbid hypertension. KARAKTERISTIK PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD AL-IHSANAngka kejadian diabetes melitus tipe 2 (DMT2) di Indonesia cukup tinggi, menyumbangkan angka kematian keempat penyakit tidak menular di Indonesia. Penderita DMT2 tersebar di seluruh provinsi, termasuk Jawa Barat yang merupakan provinsi terpadat di Indonesia. Salah satu rumah sakit rujukan di Jawa Barat adalah RSUD Al-Ihsan di Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan karakteristik pasien DMT2 yang datang ke RSUD Al-Ihsan dilihat dari usia, jenis kelamin, dan komorbid. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional menggunakan data sekunder berupa rekam medis pasien DMT2 periode Januari 2017 hingga November 2020. Didapatkan bahwa prevalensi dan insidensi DMT2 tertinggi pada tahun 2017 sebesar 5.051 dan 653 masing-masing; jenis kelamin terbanyak pada setiap tahun adalah wanita sebesar 584–3.333 dengan rasio pria:wanita tertinggi 1:2 pada tahun 2017; kelompok usia dengan prevalensi tertinggi adalah 55–65 tahun sebesar 3.468 (39,53%); dan lima komorbid tertinggi adalah hipertensi (35,68%), katarak (6,01%), osteoartritis (3,58%), tuberkulosis paru (2,92%), dan dispepsia (2,91%). Simpulan penelitian ini adalah prevalensi dan insidensi DMT2 di RSUD Al-Ihsan tinggi dengan pasien terbanyak wanita, lanjut usia, dan komorbid hipertensi.
Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Frekuensi Kejadian Diare Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tamansari Bandung Oktober 2013–Maret 2014 Hoirunisa Fathia; Maya Tejasari; Siti Annisa Devi Trusda
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2784.018 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v3i1.1542

Abstract

Penyakit diare di Indonesia semakin meningkat yang dapat menyebabkan kematian terutama balita. Salah satu faktor yang memengaruhi frekuensi kejadian diare adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua tentang diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang diare dengan frekuensi kejadian diare balita di wilayah kerja Puskesmas Tamansari Kota Bandung. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan desain potong lintang (cross sectional) periode April–Juni 2014. Subjek penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Tamansari. Jumlah sampel penelitian sebanyak 97 orang. Data yang dikumpulkan berupa data primer menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi. Pengolahan data menggunakan SPSS versi 21 dan analisis statistik menggunakan uji chi-kuadrat. Hasil menunjukkan bahwa responden berpendidikan tinggi memiliki balita yang sebagian besar tidak pernah diare dan analisis statistik menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan frekuensi kejadian diare balita (p=0,001). Responden dengan pengetahuan baik sebanyak 21 dari 36 subjek memiliki balita tidak pernah diare dan analisis statistik menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi kejadian diare balita (p=0,007). Simpulan, terdapat hubungan tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan ibu tentang diare dengan frekuensi kejadian diare balita di wilayah kerja Puskesmas Tamansari. THE RELATIONSHIP LEVELS OF EDUCATION AND MOTHER'S KNOWLEDGE ABOUT THE FREQUENCY OF OCCURENCE OF DIARRHEA IN INFANTS OF TAMANSARI BANDUNG IN OCTOBER 2013–MARCH 2014Diarrhea disease in Indonesia is increasing, can cause death, especially in infants. One of the factors that affect the frequency of occurrence of diarrhea is knowledge, attitudes, and behaviors of parents of diarrhea. This study aims was to determine the relationship between levels of education and mother's level of knowledge about the frequency of occurrence of diarrhea in infants Puskesmas of Tamansari Bandung. This study was an observational analytic cross-sectional design in period April–June 2014. The subjects were mothers who had children in the Puskesmas of Tamansari. The number of samples were 97 people. The data collected for this study in the form of primary data using questionnaires that have been validated. Processing data using SPSS version 21 and statistical analysis using chi-square test. The results indicated that respondents with higher education category had largely toddler never had diarrhea. The results of statistical analysis showed that there was a significant relationship between the level of education and the frequency of occurrence of diarrhea infants (p=0.001). Respondents with good knowledge most had diarrhea toddler never amounted 21 of 36 subjects and the results of statistical analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge of mothers with children under five diarrhea occurrence frequency (p=0.007). In conclusion, there is a relationship between the level of maternal education and the mother's level of knowledge about the frequency of occurrence of diarrhea in infants Puskesmas of Tamansari.
Antagonic Effect of Soursop Leaf Aqueous Extract and Doxorubicin Combination in MCF7 and T47D Breast Cancer Cell Miranti Kania Dewi; Siti Annisa Devi Trusda; Lelly Yuniarti
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.934 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v9i3.8525

Abstract

The success of breast cancer therapy is still not optimal and the side effects caused by breast cancer therapy. The use of standard drug combinations with herbs is often used as co-chemotherapy and is believed to increase the drug's effectiveness. However, research on the antagonistic effect of the drug combination is still minimal. This study examines the anticancer effect of soursop leaf aquoxes extract and the combined impact of doxorubicin on MCF7 and T47D breast cancer cells. This research is pure in vitro experimental study of MCF7 and T47D breast cancer culture cells at the Parasitology Laboratory of the Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada in August 2018. Toxicity tests were carried out using the method of tetrazolium 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl) 2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT) to calculate cell viability. The IC50 value was obtained by analyzing probit regression calculation using SPSS software. The synergism of this compound with doxorubicin was determined based on the value of the Combination Index (CI) using a combination test with series 1/2 IC50, 3/8 IC50, 1/4 IC50, and 1/8 IC50 and the data was analyzed using Compusyn 1.0 software. In this study, the effect of soursop leaf preparations will be tested on T47D and MCF7 breast cancer cell cultures and assess the impacts of co-chemotherapy of soursop leaf aqueous extract with doxorubicin. This study showed that IC50 soursop leaf aqueous extract in T47D breast cancer culture was 84 μg/mL and in MCF7 166.5 μg/mL. In contrast, the combined test showed that soursop leaf aqueous extract was antagonistic with doxorubicin in both T47D and MCF7 cancer cell cultures. EFEK ANTAGONIS KOMBINASI EXTRAK AIR DAUN SIRSAK DAN DOKSORUBISIN PADA KULTUR SEL KANKER MCF7 AND T47DKeberhasilan terapi kanker payudara saat ini masih belum optimal dan terdapat efek samping yang ditimbulkan dari terapi kanker payudara tersebut. Penggunaan kombinasi obat standar dengan herbal sering digunakan sebagai ko-kemoterapi dan diyakini dapat meningkatkan efektivitas obat, tetapi penelitian mengenai efek antagonis kombinasi obat masih sangat terbatas. Penelitian ini mengkaji efek antikanker ekstrak air daun sirsak dan kombinasinya dengan doksorubisin pada sel kanker payudara MCF7 dan T47D. Penelitian ini merupakan eksperimental murni secara in vitro pada sel kanker payudara MCF7 dan T47D di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada periode Agustus 2018. Uji toksisitas dilakukan menggunakan metode tetrazolium 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl) 2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT) untuk menghitung viabilitas sel. Nilai IC50 didapatkan melalui analisis menggunakan perhitungan regresi probit menggunakan perangkat lunak SPSS. Efek sinergis senyawa ini dengan doksorubisin ditentukan berdasar atas nilai Indeks Kombinasi (IK) menggunakan uji kombinasi dengan seri 1/2 IC50, 3/8 IC50, 1/4 IC50, dan 1/8 IC50 serta data dianalisis menggunakan perangkat lunak Compusyn 1.0. Efek sediaan daun sirsak pada penelitian ini akan diujikan terhadap kultur sel kanker payudara T47D dan MCF7 serta menilai efek ko-kemoterapi ekstrak air daun sirsak dengan doksorubisin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IC50 ekstrak air daun sirsak pada kultur sel kanker T47D adalah 84 μg/mL dan pada kultur sel kanker MCF7 166.5 μg/mL, sedangkan uji kombinasi memperlihatkan bahwa ekstrak air daun sirsak berefek antagonis dengan doksorubisin pada kultur sel kanker T47D dan MCF7.
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Asupan Gizi tidak Berhubungan dengan Derajat Stunting pada Balita Yolanda Azhari Sahroni; Siti Annisa Devi Trusda; Nurul Romadhona
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i2.5870

Abstract

Stunting merupakan kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek apabila dibanding dengan tinggi badan orang lain seusianya. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap stunting adalah pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi. Pengetahuan ibu terhadap gizi akan menentukan kualitas asupan makanan anak yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang asupan gizi dengan derajat stunting pada balita di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Metode penelitian ini berupa analitik dengan pendekatan cross-sectional study kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu wilayah Puskesmas Cihideung Kota Tasikmalaya dan home visit pada bulan Agustus–September 2019. Sampel pada penelitian ini, yaitu 85 ibu yang memiliki anak stunting. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini adalah ibu dengan tingkat pengetahuan baik memiliki anak berstatus pendek sebesar 49%, dan sebanyak 34,1% anak berstatus sangat pendek. Berdasar atas hasil perhitungan chi-square menunjukkan nilai p=0,075. Simpulan penelitian, tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang asupan gizi dan derajat stunting pada balita. MOTHER'S LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT NUTRITIONAL INTAKE IS NOT RELATED WITH DEGREE OF STUNTING IN TODDLERSStunting is a condition where the person’s height is shorter compared to his or her peers’ height at the same age. One factor which influences the stunting is maternal knowledge about health and nutrition. Maternal knowledge about nutrition will determine the quality of children’s food intake, which in turn affects growth and development. This study aimed to find out the correlation between maternal knowledge about nutritional intake and stunting level towards under-five years old children in Cihideung, Tasikmalaya City. The study method was analytic with a quantitative cross-sectional study approach. This research was conducted in Posyandu Cihideung Public Health Centre, Tasikmalaya City, and home visit, in August–September 2019. The research sample was 85 mothers who had stunting children. They were chosen by purposive sampling technique. The questioner was used for collecting the data. Afterward, the data were analyzed by using the chi-square test at a 95% confidence level. The result of the study was, the well knowledgeable mother had 49% of short status children and 34.1% of undersized status children. The chi- square calculation results showed a value of p=0.075. The conclusion of the study, there is not any relationship between these variables, the levels of maternal knowledge about nutrition to stunting level towards under-five years old children.
Scoping Review SGLT-2 Inhibitor Efektif dalam Menurunkan Albuminuria pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 virna wulandari; Siti Annisa Devi Trusda; rika nilapsari
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i1.7478

Abstract

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular dengan insidensi terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu komplikasi DM tersering adalah nefropati diabetik yang ditandai dengan albuminuria. Sodium glucose co-transporter (SGLT-2) inhibitor merupakan golongan obat antidiabetik yang bersifat insulin independen dan diharapkan menurunkan kejadian kerusakan fungsi ginjal. Kurangnya penelitian dan informasi obat golongan ini di Indonesia menyebabkan peneliti melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui efektivitas pemberian obat golongan SGLT-2 inhibitor pada pasien DM tipe 2 terhadap penurunan kejadian albuminuria. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah scoping review, dengan bahan penelitian artikel dari jurnal internasional yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Artikel ini kemudian diseleksi menggunakan diagram PRISMA dengan mempertimbangkan Population (DM tipe 2), Intervention (pemberian SGLT-2 inhibitor), Comparison (plasebo atau anti diabetik lain), Outcome (penurunan albuminuria), Study (RCT dan Cohort retrospective). Didapatkan dari 13 artikel bahwa obat SGLT-2 inhibitor yang digunakan bervariasi yaitu canagliflozon (6), empagliflozin (3), dapagliflozin (2), ertugliflozin (2), dan yang tersering digunakan adalah canagliflozin ditemukan pada 6 artikel (50%). Golongan obat SGLT-2 inhibitor memiliki kecenderungan yang sama, dapat ditoleransi dengan baik dan efektif dalam menurunkan kejadian albuminuria melalui mekanisme perubahan hemodinamik ginjal, dengan urin albumin-kreatinin rasio (UACR) sebagai parameter. Scoping ReviewSGLT-2 Inhibitors Effective to Reduce Albuminuria in Type 2 Diabetes Mellitus Diabetes mellitus (DM) is a non-communicable disease with an increasing incidence every year. One of the most common complications of DM is diabetic nephropathy which is characterized by albuminuria. Sodium-glucose co-transporter (SGLT-2) Inhibitors is a class of anti-diabetic drugs that are insulin-independent and expected to reduce the incidence of impaired kidney function. The aim of this study was to ensure the effectiveness of SGLT-2 inhibitor drug administration in type 2 DM patients to reduce the incidence of albuminuria. The method used is scoping review, with research articles from international journals sorted by the inclusion and exclusion criteria. These articles was selected using the PRISMA diagram by considering Population (DM type 2), Intervention (administration of SGLT-2 inhibitors), Comparison (placebo or other anti-diabetic), Outcome (decreased albuminuria), Study (RCT and retrospective cohort). It was obtained from 13 articles that the SGLT-2 inhibitor drugs used varied, canagliflozon (6), empagliflozin (3), dapagliflozin (2), ertugliflozin (2), and the most commonly used was Canagliflozin found in 6 articles (50%). The SGLT-2 inhibitor class of drugs has the same tendency, well-tolerated, and effective in reducing the incidence of albuminuria through the mechanism of renal hemodynamic changes, with urine albumin-to-creatinine ratio (UACR) as a parameter.
Karateristik Pasien Karsinoma Ovarium Berdasarkan Gejala Klinis, Penyakit Penyerta, Komplikasi, dan Usia di Ruang Rawat Inap RSUD Al-Ihsan Bandung Raden Ajeng Wahyu Ayuadiningsih; Siti Annisa Devi Trusda
Jurnal Riset Kedokteran Volume 1, No.1, Juli 2021, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.816 KB) | DOI: 10.29313/jrk.v1i1.111

Abstract

Abstract. Ovarian carcinoma is a primary malignant process that occurs in the ovaries. This disease is commonly found in postmenopausal women with various clinical symptoms, comorbidities, and complications. This study aims to determine how ovarian carcinoma is based on the characteristics of clinical symptoms, comorbidities, complications, and age in patients at Al-Ihsan Hospital Bandung for the period January 2018-December 2019. The population in this study were patients with ovarian carcinoma at Al-Ihsan Hospital Bandung. . The sampling technique used in this study was the total sampling technique, covering all patients with ovarian carcinoma at RSUD Al-Ihsan Bandung for the period 2018-2019. The results showed that the number of patients hospitalized in RSUD Al-Ihsan Bandung for no longer than 5 days was 72.5%. In addition, the number of ovarian carcinoma patients at Al-Ihsan Hospital Bandung with the most clinical symptoms detected, namely anemia by 47.83%, comorbidities, namely uterine myoma and gastritis by 40.00%, complications namely sepsis and pleural effusion by 33.33%. , and most have an age between 30-50 years at 47.50%. Abstrak. Karsinoma ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada ovarium. Penyakit ini umumnya dijumpai pada wanita usia pasca menopause dengan berbagai macam gejala klinis, penyakit penyerta, dan komplikasi yang timbul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karsinoma ovarium berdasarkan karateristik gejala klinis, penyakit penyerta, komplikasi, dan usia pada pasien di RS Al-Ihsan Bandung periode Januari 2018 – Desember 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita karsinoma ovarium di RS Al-Ihsan Bandung. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik total sampling, mencangkup seluruh pasien penderita karsinoma ovarium di RSUD Al-Ihsan Bandung periode 2018–2019. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah pasien yang dirawat inap di RSUD Al-Ihsan Bandung paling lama kurang dari 5 hari sebesar 72,5%. Selain itu jumlah pasien karsinoma ovarium di RSUD Al-Ihsan Bandung yang paling banyak terdeteksi gejala klinis yaitu anemia sebesar 47,83%, penyakit penyerta yaitu mioma uteri dan gastritis sebesar 40,00%, komplikasi yaitu sepsis dan efusi pleura sebesar 33,33%, serta paling banyak memiliki usia antara 30-50 tahun sebesar 47,50%.
Gambaran Usia dan Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis Rifampisin Sensitif Berdasar Atas Tes Cepat Molekuler di RS Al-Islam Kota Bandung Tahun 2018−2019 Elfira Azmi Nabilah; Yani Triyani; Siti Annisa Devi Trusda
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.429

Abstract

Abstract. Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is still a major cause of health problems and one of the top ten causes of global mortality. The World Health Organization (WHO) has recommended the diagnosis of tuberculosis patients using the Rapid Molecular Test (Xpert MTB/RIF test), which detect the rifampin resistance (rpoB) gene encoding M. tuberculosis in sputum in approximately two hours and can help diagnose new patients TB can be quickly detected. The objective of this study was to determine the characteristics of rifampin-sensitive. This is was a descriptive study with a cross sectional approach, describing the characteristics of rifampin-sensitive and resistant TB patients based on age and sex. Data in the form of medical records were taken from the clinical pathology lab section of the Al Islam Hospital, Bandung City in 2018–2019. Data collection was carried out in July-August 2021. Total research subjects were 265 people who met the inclusion criteria. The results showed that TB patients with positive rifampin-sensitive Xpert MTB/RIF test had the characteristics of the early adolescent to the ederly age group, the most frequent was adult age group as many as 92 people (34.7%), while female (51.7%) was higher than male. The conclusion of this study that the characteristics of sensitive rifampin TB patients based on Xpert MTB/RIF test at Al Islam Hospital in Bandung City in 2018–2019 were mostly found to be adults and female. Abstrak. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menjadi penyebab utama dalam gangguan kesehatan dan salah satu dari sepuluh penyebab kematian utama di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan diagnosis pasien tuberkulosis menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) dengan Xpert MTB/RIF, alat ini dapat mendeteksi gen pengkode resisten rifampisin (rpoB) M.tuberculosis pada sputum kurang lebih dua jam serta dapat membantu penegakan diagnostik pasien TB yang baru bisa dengan cepat terdeteksi. Tujuan penelitian ini melihat karakteristik usia dan jenis kelamin pasien TB rifampisin sensitif. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang menggambarkan karakteristik pasien TB rifampisin sensitif berdasar atas usia dan jenis kelamin. Data berupa rekam medis diambil dari bagian Lab Patologi Klinik Rumah Sakit Al Islam Kota Bandung periode 2018–2019. Pengambilan data dilakukan pada Juli−Agustus 2021. Total subjek penelitian 265 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukan pasien TB dengan hasil TCM positif rifampisin sensitif memiliki karakteristik kelompok usia remaja awal hingga manula, kelompok usia terbanyak adalah dewasa (26−45 tahun) sebanyak 92 orang (34,7%). Jumlah pasien laki-laki dan perempuan hampir sama, tetapi lebih banyak pasien berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak (51,7%). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pasien TB rifampisin sensitif berdasar atas hasil TCM di RS-Al Islam Kota Bandung tahun 2018–2019 paling banyak ditemukan kelompok usia dewasa, berjenis kelamin perempuan.
Scoping Review: Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa dan Tenaga Kesehatan tentang Hepatitis B dengan Tindakan Pencegahannya Bayu Darmayudha; Siti Annisa Devi Trusda; Endang Noor Farchiyah
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.719

Abstract

Abstract. Hepatitis B is still a global problem. This high incidence causes health workers and students to have the potential to be infected with the Hepatitis B virus, therefore they must have good knowledge, positive attitudes, so as to produce good practice in preventing Hepatitis B. The purpose of this study is to analyze the relationship between knowledge, attitudes, and practice of students and health workers about Hepatitis B with its preventive measures. This study uses a Scoping Review which is carried out by analyzing articles in three databases, namely SpringerLink, ProQuest, and ScienceDirect with the type of cross-sectional study published in the last 10 years. The articles obtained were 2209 articles and those that matched the inclusion criteria were 325 articles. After making adjustments to the exclusion criteria and based on PICOS, 11 articles were obtained. This study shows that respondents from 11 articles have poor knowledge, positive attitudes, and bad behavior. The results of this study indicate that there is no relationship between knowledge, attitudes, and behavior of students and health workers about Hepatitis B and its prevention measures. This study shows that there is no relationship between knowledge, attitudes, and behavior of students and health workers about Hepatitis B and its prevention measures. Abstrak. Hepatitis B masih menjadi masalah dunia. Tingginya angka kejadian ini menyebabkan tenaga dan mahasiswa kesehatan sangat berpotensi terkena infeksi virus Hepatitis B, oleh karena itu mereka harus memiliki pengetahuan yang baik, sikap positif, sehingga menghasilkan perilaku baik dalam pencegahan Hepatitis B. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa dan tenaga kesehatan tentang Hepatitis B dengan tindakan pencegahannya. Penelitian ini menggunakan Scoping Review yang dilakukan dengan cara menganalisis artikel pada tiga database yaitu SpringerLink, ProQuest, dan ScienceDirect dengan jenis penelitian cross-sectional study yang terbit 10 tahun terakhir. Artikel yang didapatkan sebanyak 2209 artikel dan yang sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 325 artikel. Setelah dilakukan penyesuaian dengan kriteria eksklusi dan berdasarkan PICOS didapatkan 11 artikel. Penelitian ini menunjukan bahwa responden dari 11 artikel memiliki pengetahuan yang buruk, sikap positif, dan perilaku yang buruk. Hasil penelitian ini mengatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku pada mahasiswa dan tenaga kesehatan tentang Hepatitis B dengan tindakan pencegahannya. Penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku pada mahasiswa dan tenaga kesehatan tentang Hepatitis B dengan tindakan pencegahannya.
Systematic Review of Case Control Studies: Durasi Paparan, Jenis Serat Asbes, dan Jenis Pekerjaan Berhubungan dengan Keganasan Paru pada Pekerja di Tempat Kerja dan Industri Putri Qintara Choirunnisa; Rakanda Muhammad Naufal Pratomo; Siti Annisa Devi Trusda; Gemah Nuripah
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.975

Abstract

Abstract. Lung malignancy is the high leading causes of cancer death in the world. In 2020, there were 95,735 cases of lung cancer in Southeast Asia and 28,716 cases in Indonesia, the highest in Southeast Asia. The incidence of mesothelioma worldwide has increased since the mid-20th century. Many big impacts from a worker in asbestos factory. Asbestos is an occupational carcinogens. Approximately 125 million people in the world are exposed to asbestos in the workplace. Asbestos is a group of naturally fibrous minerals. The purpose of study was determine the relationship between duration of exposure, type of asbestos fiber, and type of work with lung malignancy of workers in the workplace and industry. Systematic Review is the study method, searching articles from the PubMed, Springer Link, Science Direct, and ProQuest with the keywords Asbestos AND Occupational exposure AND Lung cancer AND Case-control study in 2010-2021. There are 984 inclusion criteria articles with 13 eligible criteria articles. The results of the exposure duration was more than 20-30 years (OR 13.9 99% CI 7.2–27.0), chrysotile asbestos (OR 9.3 95% CI 5.4–16,1), work in the workplace and industry (OR 1.26 95% CI 0.98–1.62), has an associated risk of lung malignancy. Abstrak. Keganasan paru merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker yang paling tinggi di dunia. Pada 2020, Asia Tenggara terdapat 95.735 kasus dan di Indonesia terdapat 28.716 kasus yang merupakan tertinggi se-Asia Tenggara. Kejadian mesothelioma di seluruh dunia meningkat sejak pertengahan abad ke-20. Banyak dampak besar dari seorang pekerja di pabrik asbes. Menurut WHO, asbes adalah salah satu karsinogen kerja. Sekitar 125 juta orang di dunia terpapar asbes di tempat kerja. Asbes merupakan sekelompok mineral berserat alami. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara durasi paparan, jenis serat asbes, dan jenis pekerjaan dengan keganasan paru pada pekerja di tempat kerja dan industri. Penelitian ini menggunakan metode Systematic Review, dengan mencari artikel dari database PubMed, Springer Link, Science Direct, dan ProQuest dengan kata kunci Asbestos AND Occupational exposure AND Lung cancer AND Case-control study dalam rentang tahun 2010-2021. Terdapat 984 artikel kriteria inklusi dengan 13 artikel kriteria eligible. Hasil durasi paparan lebih dari 20-30 tahun dengan OR 13,9 99% CI 7,2–27,0, jenis serat asbes chrysotile dengan OR 9,3 9%% CI 5,4–16,1, pekerjaan di tempat kerja dan industri dengan OR 1,26 95% CI 0,98–1,62, memiliki hubungan risiko keganasan paru.