RINI SUNDARI, RINI
Program Studi Pendidikan Dokter Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbedaan Parameter Hematologi pada Penderita Tuberkulosis Paru Terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis Galur Beijing dengan Galur Non-Beijing Sundari, Rini; Parwati, Ida; Mose, Johanes Cornelius; Setiabudiawan, Budi
Majalah Kedokteran Bandung Vol 49, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.157 KB) | DOI: 10.15395/mkb.v49n1.985

Abstract

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit inflamasi kronik, tingginya kasus TB dapat disebabkan oleh perbedaan virulensi antargalur Mycobacterium tuberculosis (MTB). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai manifestasi hematologi yang terjadi pada penderita TB paru yang terinfeksi  galur Beijing dan non-Beijing MTB. Sampling penelitian dilakukan di Rumah Sakit Dr. H.A. Rotinsulu Bandung, RSU Cibabat Cimahi, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung, Puskesmas Batujajar, Puskesmas Padalarang, dan Puskesmas Cimareme pada Juni 2014–Januari 2015. Penelitian diikuti oleh 74 penderita TB paru BTA (+) terdiri atas 61% pria dan 39% wanita yang berusia 18–63 tahun. Berdasar atas spoligotyping diperoleh 24 (32%) terinfeksi galur Beijing dan 50 (68%) galur non-Beijing. Pemeriksaan laju endap darah (LED) menggunakan metode Westergreen, parameter hematologi lain menggunakan haematology analyzer. Kadar hemoglobin galur Beijing 8,6–14,8 g/dL dan galur non-Beijing 8,1–16,5 g/dL, anemia ini lebih banyak ditemukan pada penderita yang terinfeksi galur Beijing (17 dari 24) dibanding dengan galur non-Beijing 31 dari 50. Nilai absolut eritrosit tidak ada perbedaan, kecuali red blood cell distribution width (RDW). Hasil antara Beijing dan non-Beijing didapatkan hasil LED 94,0 (35,03) vs 89,9 (29,96) mm; leukositosis tidak berbeda namun 67% neutrofilia dan 17% limfopenia pada galur Beijing, 0% dan 30% pada galur non-Beijing; jumlah trombosit 46% (416,3+161,7)x1.000 sel/mm3 vs 122-834 (407,0+154,8)x1.000 sel/mm3 dengan trombositosis 63% vs 46%. Penderita terinfeksi galur Beijing menunjukkan anemia, LED, dan trombositosis lebih tinggi dibanding dengan non-Beijing; hal ini berarti penderita terinfeksi galur Beijing mengalami inflamasi yang lebih berat. [MKB. 2016;49(1):35–41]Kata kunci: Beijing, non-Beijing, profil hematologiThe Differences of Haematology Profile in Patients with Lung Tuberculosis Infected by Mycobacterium tuberculosis Beijing Strain and non-Beijing StrainTuberculosis (TB) is a chronic inflammation disease; a high numbers of tuberculosis cases can be caused by virulence potential of each Mycobacterium tuberculosis (MTB) strain. The event of inflammation process influences the hematopoietic system which gives various hematology examination results. This study was conducted in order to analyze various forms of hematological manifestation occur in patients with lung TB caused by MTB Beijing strain and non-Beijing strain infections.  This study was performed on 74 lung TB-infected patients with positive acid-fast bacilli, consisting of 61% males dan 39% females whose age ranged from 18 to 63 (32.6+12.2) years old. Spoligotyping was performed, resulting in 24 (32%) Beijing strain and 50 (68%) non-Beijing strain infections. Hematological examination was performed using hematology analyzer and erythrocyte sedimentation rate (ESR) with Westergreen method. Hemoglobin level ranged from 8.6 to14.8 (11.8) g/dL and 8.1-16.5 (12.0) g/dL from Beijing strain and non-Beijing strain, respectively, with more anemia was found in Beijing strain patients (71%) compared to non-Beijing strain (62%). There was no differences in absolute erythrocyte count, except in red blood cell distribution width (RDW).  The comparison of ESR result between Beijing and non-Beijing in ESR resulting in 94.0 (35.03) vs 89.9 (29.96) mm with no difference in leukocytosis, yet 66.7% neutrophilia and 16.7% lymphopoiesis in Beijing strain patients, 0% and 30% consecutively in non-Beijing strain. The number of thrombocyte is 68-882 (416.3+161.7)x1000 cells/mm3 vs 122–834 (407.0+154.8)x1000 cells/mm3 with thrombocytosis in 63% vs 46%. Beijing strain patients shows anemia, and higher ESR and thrombocytosis. These show that patients infected by Beijing strains experience more severe inflammation. [MKB. 2016;49(1):35–41]Key words: Beijing strain, non-Beijing strain, haematology profile
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK LEONARDO KLATEN Sundari, Rini
Spektrum Analisis Kebijakan Pendidikan Vol 4, No 2 (2015): spektrum analisis kebijakan pendidikan
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/sakp.v4i2.1432

Abstract

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mendeskripsikan  implementasi  kebijakan  pendidikan  karakter  di  SMK Leonardo Klaten yang meliputi proses perumusan kebijakan dan pelaksanaan berbagai program pendidikan karakter yang ada di SMK Leonardo Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian  ialah  kepala  sekolah,  empat  orang  wakil  kepala  sekolah,  dua  guru,  serta  sebelah  siswa.  Teknik pengumpulan  data  menggunakan  observasi,  wawancara,  dan  pencermatan  dokumen.  Analisis  data menggunakan  model  Interaktif  Miles  dan  Huberman  yang  meliputi  reduksi  data,  penyajian  data,  serta penarikan kesimpulan/verifikasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik pengumpulan data. Hasil penelitian sebagai berikut: 1) Proses perumusan kebijakan pendidikan karakter di SMK  Leonardo  Klaten  melalui  proses  akumulasi,  artikulasi,  dan  berakhir  dengan  akomodasi  dari  pihak Yayasan  Pangudi  Luhur  hingga  muncul  buku  Kepangudiluhuran  pada  tahun  2003  sebagai  wujud  panduan pelaksanaan kebijakan pendidikan karakter di tingkat persekolahan. Kebijakan ini disikapi aktif oleh sekolah dalam  hal  penentuan  program  pendidikan  karakter.  Perumusan  kebijakan  melibatkan  dan  menekankan kepentingan  semua  pihak  terkait.  Progam  pendidikan  karakter:  pendidikan  kedisiplinan,  pendidikan religiositas,  rekoleksi,  dan  Rabu  Kasih.  2)  Pelaksanaan program  pendidikan  karakter  berjalan  dengan  baik dan berhasil karena tujuan menciptakan lulusan yang unggul secara akademik, terampil dan juga berkarakter dapat  tercapai. 3)  Faktor pendukung meliputi: tingginya  komitmen warga sekolah, suasana sekolah, sarana dan prasarana, peran aktif Yayasan Pangudi Luhur Semarang, dukungan orangtua dan komite sekolah, dunia industri dan dunia usaha. Faktor penghambat meliput: rendahnya komitmen guru baru, proses adaptasi siswa dan kurang pemahaman siswa, kurangnya pemahaman orangtua.Kata Kunci: implementasi kebijakan, pendidikan karakter, SMK Leonardo Klaten