Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

SEJARAH PURA HYANG API DI DESA KELUSA, KECAMATAN PAYANGAN, GIANYAR, BALI Pramartha, I Nyoman Bayu
Widyadari : Jurnal Pendidikan Vol 20 No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : LP2M IKIP PGRI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.653 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: 1). Sejarah Pura Hyang Api 2). Struktur dan Fungsi Pura Hyang Api. Dan 3). Pelaksanan Tabuh Rah Bagian dari Sistem Ritual. Penelitian ini dilakukan di Kedesaan Kelusa, Kecamatan Payangan, Gianyar, Bali. Pencarian informan ditentukan dengan cara purposive. Penentuan informan diawali dengan menentukan informan kunci, kemudian dikembangkan secara berantai dengan memakai teknik snow ball sampling. Prosedur penelitian antara lain: (1) teknik pengumpulan data; (2) teknik studi dokumen; (3) teknik penjaminan keabsahan data; (4) teknik analisis data. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Sejarah Pura Hyang Api yang diperkirakan telah ada sejak abad ke-8 M yaitu pada era Maharsi Markanhya mengembangkan konsep ajaran Agama Siwa (Tripaksashakti) di Bali. Yang mana Pura Hyang Api ini berlokasi dikawasan Munduk gunung Lebah yang merupakan ruto perjalan suci Dharmayatra dan tirtayatra Maharsi Markandhya dengan pengiring wong Aganya. Struktur Pura Hyang Api merupakan perwujudan dari struktur pemujaan Dewa Agni juga untuk memohon kewarasan, kelanusa, wewalungan (binatang ternak). Utama Mandala sebagai ruang dalam Pura Hyang Api terdapat beberapa pelinggih diantaranya Padmasana, Gedong Sineb linggih Bhatara Kawitan, Gedong Pelinggih Keris, Pelinggih ratu Penyarikan, Panggungan, Bale Pelik, Gedong Agung Penyimpenan, Pelinggih ratu Nglurah, Pelinggih Barong, Bale Peselang, Paruman Agung. Pura Hyang Api memiliki tiga fungsi utama yaitu: (1) pusat kegiatan keagamaan yang terkait dengan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi, (2) alat pemersatu masyarakat yang tertanam pada rasa solidaritas dan persatuan yang terjalin, (3) pusat kegiatan budaya yang ditunjukkan dengan gong,gamelan.kidung,kekawin dan sekar agung. (4)  pusat kegiatan pengobatan ditunjukkan dimana ada kepercayaan dengan nunas tamba yang berupa tirta yang selam ini selalu tersedia di pelinggihan  Ida Bhatara Kawitan yang melinggih di pura hyang api baik bagi orang yang sakit ataupun untuk kepentingan lahan pertanian.
SEJARAH PURA HYANG API DI DESA KELUSA, KECAMATAN PAYANGAN, GIANYAR, BALI Pramartha, I Nyoman Bayu
Widyadari: Jurnal Pendidikan Vol. 20 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : LPPM IKIP PGRI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: 1). Sejarah Pura Hyang Api 2). Struktur dan Fungsi Pura Hyang Api. Dan 3). Pelaksanan Tabuh Rah Bagian dari Sistem Ritual. Penelitian ini dilakukan di Kedesaan Kelusa, Kecamatan Payangan, Gianyar, Bali. Pencarian informan ditentukan dengan cara purposive. Penentuan informan diawali dengan menentukan informan kunci, kemudian dikembangkan secara berantai dengan memakai teknik snow ball sampling. Prosedur penelitian antara lain: (1) teknik pengumpulan data; (2) teknik studi dokumen; (3) teknik penjaminan keabsahan data; (4) teknik analisis data. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Sejarah Pura Hyang Api yang diperkirakan telah ada sejak abad ke-8 M yaitu pada era Maharsi Markanhya mengembangkan konsep ajaran Agama Siwa (Tripaksashakti) di Bali. Yang mana Pura Hyang Api ini berlokasi dikawasan Munduk gunung Lebah yang merupakan ruto perjalan suci Dharmayatra dan tirtayatra Maharsi Markandhya dengan pengiring wong Aganya. Struktur Pura Hyang Api merupakan perwujudan dari struktur pemujaan Dewa Agni juga untuk memohon kewarasan, kelanusa, wewalungan (binatang ternak). Utama Mandala sebagai ruang dalam Pura Hyang Api terdapat beberapa pelinggih diantaranya Padmasana, Gedong Sineb linggih Bhatara Kawitan, Gedong Pelinggih Keris, Pelinggih ratu Penyarikan, Panggungan, Bale Pelik, Gedong Agung Penyimpenan, Pelinggih ratu Nglurah, Pelinggih Barong, Bale Peselang, Paruman Agung. Pura Hyang Api memiliki tiga fungsi utama yaitu: (1) pusat kegiatan keagamaan yang terkait dengan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi, (2) alat pemersatu masyarakat yang tertanam pada rasa solidaritas dan persatuan yang terjalin, (3) pusat kegiatan budaya yang ditunjukkan dengan gong,gamelan.kidung,kekawin dan sekar agung. (4)  pusat kegiatan pengobatan ditunjukkan dimana ada kepercayaan dengan nunas tamba yang berupa tirta yang selam ini selalu tersedia di pelinggihan  Ida Bhatara Kawitan yang melinggih di pura hyang api baik bagi orang yang sakit ataupun untuk kepentingan lahan pertanian.
SEJARAH PURA HYANG API DI DESA KELUSA, KECAMATAN PAYANGAN, GIANYAR, BALI I Nyoman Bayu Pramartha
Widyadari : Jurnal Pendidikan Vol. 20 No. 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : LP3M Universitas PGRI Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.653 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: 1). Sejarah Pura Hyang Api 2). Struktur dan Fungsi Pura Hyang Api. Dan 3). Pelaksanan Tabuh Rah Bagian dari Sistem Ritual. Penelitian ini dilakukan di Kedesaan Kelusa, Kecamatan Payangan, Gianyar, Bali. Pencarian informan ditentukan dengan cara purposive. Penentuan informan diawali dengan menentukan informan kunci, kemudian dikembangkan secara berantai dengan memakai teknik snow ball sampling. Prosedur penelitian antara lain: (1) teknik pengumpulan data; (2) teknik studi dokumen; (3) teknik penjaminan keabsahan data; (4) teknik analisis data. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Sejarah Pura Hyang Api yang diperkirakan telah ada sejak abad ke-8 M yaitu pada era Maharsi Markanhya mengembangkan konsep ajaran Agama Siwa (Tripaksashakti) di Bali. Yang mana Pura Hyang Api ini berlokasi dikawasan Munduk gunung Lebah yang merupakan ruto perjalan suci Dharmayatra dan tirtayatra Maharsi Markandhya dengan pengiring wong Aganya. Struktur Pura Hyang Api merupakan perwujudan dari struktur pemujaan Dewa Agni juga untuk memohon kewarasan, kelanusa, wewalungan (binatang ternak). Utama Mandala sebagai ruang dalam Pura Hyang Api terdapat beberapa pelinggih diantaranya Padmasana, Gedong Sineb linggih Bhatara Kawitan, Gedong Pelinggih Keris, Pelinggih ratu Penyarikan, Panggungan, Bale Pelik, Gedong Agung Penyimpenan, Pelinggih ratu Nglurah, Pelinggih Barong, Bale Peselang, Paruman Agung. Pura Hyang Api memiliki tiga fungsi utama yaitu: (1) pusat kegiatan keagamaan yang terkait dengan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi, (2) alat pemersatu masyarakat yang tertanam pada rasa solidaritas dan persatuan yang terjalin, (3) pusat kegiatan budaya yang ditunjukkan dengan gong,gamelan.kidung,kekawin dan sekar agung. (4) pusat kegiatan pengobatan ditunjukkan dimana ada kepercayaan dengan nunas tamba yang berupa tirta yang selam ini selalu tersedia di pelinggihan Ida Bhatara Kawitan yang melinggih di pura hyang api baik bagi orang yang sakit ataupun untuk kepentingan lahan pertanian.
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH I Nyoman Bayu Pramartha; Ni Putu Yuniarika Parwati
Widyadari : Jurnal Pendidikan Vol. 21 No. 2 (2020): Oktober
Publisher : LP3M Universitas PGRI Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.164 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.4049459

Abstract

History is not a subject only taught at the school level. History is the path to a more realistic understanding. This historical reality indicates that history learning is very relevant to be taught and integrated to the nation's future generations. History is not just a useless past story, but history is evidence of events that are reality and very useful for shaping the generation of characters for the nation's future generations. This study aims to analyze the implementation of character education in the learning process of history subjects.
STRATEGI GURU SEJARAH DALAM MENGHADAPI TANTANGAN PENDIDIKAN INDONESIA DI ERA SOCIETY 5.0 Ni Putu Yuniarika Parwati; I Nyoman Bayu Pramartha
Widyadari : Jurnal Pendidikan Vol. 22 No. 1 (2021): April 2021
Publisher : LP3M Universitas PGRI Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.373 KB)

Abstract

The current history learning is currently faced with enormous challenges, not yet over with the rolling of the industrial era 4.0, we are again surprised by the emergence of society 5.0 which must be faced and become a separate challenge in the world of education. The formulation of the problem in this study is how the strategy of history teachers in facing the challenges of education in the era of society 5.0. This research uses literature study. In the data collection technique, the writer will explore the data according to the discussion about the challenges of history teachers in facing society 5.0. This study aims to make history teachers increase their competence in the era of society 5.0. The learning strategy of the Society 5.0 era directs teachers to develop their potential and skills with teaching materials, both using information from online media and from the real world. Teachers in teaching methods can keep up with the times with their learning media using technological smells. With these conditions, teachers are challenged to be able to develop their professional competences not only in the conventional learning level, but also in a technology-based learning environment.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PANDANGAN POLITIK SOEKARNO I Nyoman Bayu Pramartha; Ni Putu Yuniarika Parwati
Widyadari : Jurnal Pendidikan Vol. 22 No. 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : LP3M Universitas PGRI Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.97 KB)

Abstract

The research aims to examine 1) Sukarno's political views 2) the values ​​of character education in Bung Karno's political views. This study uses historical research methods by prioritizing written sources that are relevant to the values ​​of character education in Bung Karno's political view. In this study using historical research methods. This research is literary because it analyzes from several book sources related to Bungkarno's political views and is associated with character education
Perjuangan Masyarakat Kodi Dalam Melawan Kekuasaan Belanda Tahun 1910-1911 di Sumba Barat Daya: The Codi Community Strategy In Against Power Of The Netherlands In 1910-1911 In West Sumba Power Daniel Dara Kapote; Bayu Pramartha I Nyoman
Nirwasita: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sosial Vol. 1 No. 2 (2021): Nirwasita
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.504 KB)

Abstract

Kedatangan Belanda di Kecamatan Kodi menimbulkan rasa antipati dari Masyarakat Kodi terutama pada pemimpin Belanda yang tidak menghormati dan memghargai Raja-raja di Kecamatan Kodi, sehingga terjadi berbagai reaksi perlawanan dari Masyarakat Kodi terhadap pasukan Belanda. Bangsa Belanda memasuki wilayah Kecamatan Kodi karena dilatar belakangi oleh letak wilayah yang sangat strategis dan sebagai tujuan utama Bangsa Belanda masuk ke Kecamatan Kodi adalah wilayah Kecamatan Kodi memiliki tanah yang subur dan kaya akan bahan makanan dan rempah-rempah.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang perjuangan Masyarakat Kodi dalam melawan kekuasaan Belanda pada tahun 1910-1911 untuk mengetahui dampak perjuangan Masyarakat Kodi dalam melawan kekuasaan Belanda pada tahun 1910-1911.Penyusunan penelitian ini menggunakan landasan teori Hegemoni, teori konflik. Teori hegemoni diartikan sebagai upaya untuk mengiring seseorang agar menilai dan memandang problematika, kekuasaan dan politik yang ditentukan, teori konflik merupakan proses ketidakharmonisan atau kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan sangat jauh berbeda. Teori perubahan sosial adalah proses dimana terjadi struktur masyarakat yang selalu berjalan sejajar dengan perubahan dan fungsi suatu sistim sosial. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yakni heuristik, kritik sejarah, interprestasi dan histografi.Dalam heuristic, jejak sejarah yang digunakan dalam peelitian ini berupa sumber tulisan, kritik sejarah yang digunakan yaitu dengan melewati tahap verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahaan sumber, baik dengan menggunakan kritik eksteren maupun intern.Interpretasi yaitu fakta-fakta sejarah yang telah terwujud.Setelah hasil interpretasi terujud dilanjudkan dengan fase terakhir sejarah histografi adalah penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang dilakukan. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa latar belakang perjuangan Masyarakat Kodi disebabkan oleh sikap Belanda yang tidak menghargai Raja-raja yang ada di Kecamatan Kodi.Dan faktor keterikatan Belanda menguasai Kecamatan Kodi adalah faktor geografis yang sangat strategis, memiliki pelabuhan-pelabuhan sebagai pintu masuk perdagangan dan juga faktor ekonomi yang baik dalam bidang perdagangan yang dapat menguntungkan pihak Belanda.Perkembangan Masyarakat Kodi yang begitu pesat, dipandang oleh.Bangsa Belanda sebagai ancaman oleh karena itu, Belanda berkehendak untuk menghancurkan wilayah Kecamatan Kodi pada tahun 1910.
Perkembangan Pengerajin Gula Aren di Kampung Runa Desa Sukakiong Kecamatan Kuwus Kecamatan Manggarai Barat Dalam Perspektif Sejarah: Palm Sugar Craftsmen in Runa Village, Sukakiong Village, Kuwus District, West Manggarai District In Historical Perspective I Nyoman Bayu Pramartha; Narsisius Trivanti
Nirwasita: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sosial Vol. 2 No. 1 (2021): Nirwasita
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.592 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujian untuk (1) perkembangan pengrajin gula aren di Kampung Runa Desa Suka Kiong Kecamatan Kuwus Kabupaten Manggarai Barat. Dalam usaha memperoleh data, maka digunakan metode Heuristik, metode kritik sejarah, metode kritik interen, metode kritik eksteren, metode interprestasi, metode historiografi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) latar belakang munculnya pengrajin gula aren di Kampung Runa Desa Suka Kiong Kecamatan Kuwus Kabupaten Manggarai Barat meliputi beberapa faktor yaitu faktor warisan budaya, faktor ekonomi, faktor lingkungan (2) perkembangan pengrajin gula aren di Kampung Runa Desa Suka Kiong Kecamatan Kuwus Kabupaten Manggarai Barat Perkembangan pengrajin gula aren di Kampung Runa Desa Suka Kiong Kecamatan Kuwus Kabupaten Manggarai Barat terus mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Hal ini dikarenakan setiap tahun permintaan konsumen terhadap gula aren semakin hari semakin banyak, karena sekarang ini banyaknya produk makanan yang menggunakan gula aren sebagai pemanisnya serta masyarakat menegtahui fungsi gula aren sebagai pengobatan alternatif.
Politik Kiri Prakemerdekaan Di Hindia Belanda Tahun 1914-1927 I Nyoman Bayu Pramartha
Nirwasita: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sosial Vol. 3 No. 1 (2022): Nirwasita
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.781 KB)

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang awal masuknya paham kiri pada masa prakemerdekaan tahun 1914 ke Indonesia karena kondisi sosial ekonomi Indonesia yang memprihatinkan sehingga memunculkan seorang tokoh bernama Sneevliet denga mendirikan ISDV. Hal ini menimbulkan kemajuan dalam aspek kehidupan bumiputra terutama aspek pendidikan, peranan Sneevliet yang cukup gencar menyebarkan paham kiri di Hindia Belanda tahun 1914. Perkembangan awal organisasi politik kiri di Indonesia dimulai dengan berdirinya Indische Sociaal Democrative Verenigning (ISDV) kemudian Sarekat Islam Semarang yang radikal sehingga sering disebut dengan SI meah dan berakibat pada adanya aliansi antara ISDV dengan Sarekat Islam walaupun akhirnya dalam perjalanannya mengalami kegagalan. kemudian terjadi perubahan nama ISDV menjadi PKI. Pola-pola pergerakan yang dilancarkan organisasi politik kiri pra kemerdekaan dilakukan melalui propaganda lewat media pers dan pendirian sekolah-sekolah sosialis yang beraliran kiri. Selain itu dalam pergerakannya PKI juga ikut bekerjasama dengan VSTP dalam melancarkan pemogokan-pemogokan buruh. Kemudian melalui pertemuan Prambanan PKI merencanakan revolusi pada tahun 1926-1927 dan berakhir dengan kegagalan dan PKI menjadi sebuah organisasi pergerakan yang dilarang oleh pemerintah Hindia Belanda
Negarakertagama : Kisah Keagungan Kerajaan Majapahit Dewa Made Alit; I Nyoman Bayu Pramartha; Gabriel Sandri Susanto Lewa; I Made Darmada; Ida Ayu Putu Sri Udiyani
Nirwasita: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sosial Vol. 3 No. 1 (2022): Nirwasita
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mahadewa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.289 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa Prapanca menggubah Negarakertagama dalam bentuk puja sastra dan bagaimana puja sastra tersebut tersurat dalam Negarakertagama. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, sehingga akan mengikuti prosedur kerja sejarah yakni heuristic, kritik, interpretasi dan historiografi. Data dikumpulkan mealui studi pustaka. Sumber data yang utama dalam penelitian ini adalah Negarakertagama yang telah diterjemahkan oleh Slamet Mulyana yang termuat dalam Negarakertagama dan tafsir Sejarahnya ditambah dengan sumber sumber lain yang relevan. Data yang sudah terkumpul kemudian dikritik dengan kritik ekstern dan intern untuk mendapatkan fakta. Fakta kemudian diinterpretasikan, dihubung-hubungkan satu dengan yang lainnya yang kemudian dituangkan dalam bentuk cerita sejarah. Hasil analisis data menunjukan bahwa masyarakat Majapahit terstruktur dalam empat kasta atau sering juga disebut catur warna yakni brahmana, kesatria, wesya dan sudra. Prapanca masuk dalam golongan brahmana. Kaum brahmana bertugas dalam bidang keagamaan, pujangga yang juga masuk elite agama bertugas menyusun sastra yang ditujukan untuk menambah keagungan raja, kejayaan raja dan kerajaannya. Negarakertagama merupakan karya sastra dimana sastra merupakan sarana untuk memuja kebesaran seorang raja. Tidak mengherankan bila Prapanca dari awal gubahannya sudah menyampaikan bahwa ada dorongan rasa cinta bakti kepada raja, walaupun menurut Prapanca ia tidak semahir pujangga-pujangga lainnya dalam menggubah kekawin. Bait-bait yang digubah oleh Prapanca penuh dengan pujian di dalamnya tidak ada lagi tempat tanpa pujian akan keagungan, keluhuran, kebesaran, kebijaksanaan, yang ditunjukan oleh sifat-sifat para dewa, istananya, luas wilayah kekuasannya, asal usulnya dan kebaktian rakyat terhadap raja Hayam Wuruk. Bahkan pada bagian akhir Prapanca berharap barang siapa mendengar kisah raja, tak puas hatinya, bertambah baktinya, menjauhkan diri dari tindak durhaka.