Wildan Nurussalam, Wildan
Department Of Aquaculture, Faculty Of Fisheries And Marine Science, Bogor Agricultural University

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Optimum salinity for growth of mangrove crab Scylla serrata seed in recirculation systems Yuni Puji Hastuti; Ridwan Affandi; Mafatih Devi Safrina; Kurnia Faturrohman; Wildan Nurussalam
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2897.309 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.50-57

Abstract

ABSTRACT One of the abiotic factors that affects the growth and the survival of crabs is salinity. The optimum salinity media will give maximum impact on mangrove crab Scylla serrata due to the osmoregulation process. This study aimed to examine the effect of salinity on the survival rate (SR) and spesific growth rate (SGR) of mangrove crab through the reaction of physiological condition. The treatments were rearing mangrove crab at the salinity medium of 15 ppt (A), 20 ppt (B), 25 ppt (C), and 30 ppt (D). Result showed that different salinity performed a significant effect (P<0.05) on the survival rate and specific growth rate of the crabs. The low level of stress, shown by the high value of total hemocyte and the low osmotic pressure, has made salinity of 25 ppt was the optimum condition for the mangrove crab rearing. Keywords: salinity, survival, specific growth rate, mangrove crab  ABSTRAK Salah satu faktor abiotik yang memengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kepiting adalah salinitas. Salinitas media optimum akan memberikan efek yang maksimal pada kepiting bakau Scylla serrata sehubungan dengan proses osmoregulasi tubuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh salinitas pada kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan spesifik kepiting bakau melalui reaksi kondisi fisiologis. Penelitian ini terdiri atas perlakuan salinitas media 15 ppt (A), 20 ppt (B), 25 ppt (C), dan 30 ppt (D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan salinitas media pemeliharaan kepiting bakau memberikan perbedaan nyata (P<0,05) pada kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan spesifik kepiting bakau. Rendahnya tingkat stres pada salinitas 25 ppt dijelaskan dengan tingginya jumlah total hemosit dan rendahnya tekanan osmotik sehingga salinitas 25 ppt merupakan kondisi optimum bagi pemeliharaan kepiting bakau. Keywords: salinitas, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, kepiting bakau
The frequency of calcium and magnesium differences in recirculation systems for increasing production of mudcrab Scylla serrata seed Wildan Nurussalam; Kukuh Nirmala; Eddy Supriyono; Yuni Puji Hastuti
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3436.105 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.144-153

Abstract

ABSTRACTMolting phase is one of many factors that can inhibit mudcrab growth. Recirculation system in culturing mudcrab has a weakness which is the decreasing of ions. Calcium and magnesium in the water can affect the molting phase. The aim of this study was to evaluate the best additional frequency of calcium and magnesium in recirculation system. This research used mudcrab seeds that have weight of 54.856±2.195 gram. This research used completely randomized design with four treatments and three replicates. The treatments were additional frequency of Ca and Mg, comprised of four levels, without additional Ca and Mg (A), additional 30 mg/L Ca and 30 mg/L Mg in every five days (B), additional 30 mg/L Ca, and 30 mg/L Mg in every 10 days (C), and additional 30 mg/L Ca and 30 mg/L Mg in every 15 days (D). The result showed that total of biomass in every treatments were A (379.99±86.16 gram), B (517.65±103.94 gram), C (808.68±59.29 gram), and D (1,054.41±73.54 gram). The highest final biomass was the D treatment (1,054,41±73.54), which was significantly different to others (P<0.05).Keywords: mudcrab, resirculation, calcium, magnesium, molting, production  ABSTRAKSalah satu faktor penghambat pertumbuhan kepiting bakau adalah fase molting. Sistem resirkulasi budidaya kepiting bakau memiliki kelemahan yaitu berkurangnya ion-ion. Fase moting pada kepiting bakau sangat dipengaruhi oleh keberadaan ion kalsium dan magnesium dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan frekuensi waktu penambahan kalsium dan magnesium terbaik dalam sistem resirkulasi. Penelitian ini menggunakan benih kepiting bakau dengan berat rata-rata 54,856±2,195 gram. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan penambahan Ca dan Mg sebanyak 30 mg/L terdiri atas empat macam frekuensi, yaitu tanpa penambahan Ca dan Mg (A), frekuensi lima hari sekali (B), frekuensi 10 hari sekali (C), dan frekuensi 15 hari sekali (D). Hasil penelitian menunjukkan jumlah biomassa masing-masing perlakuan adalah A (379,99±86,16 gram), B (517,65±103,94 gram), C (808,68±59,29 gram), dan D (1.054,41±73,54 gram). Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan D dengan jumlah biomassa sebesar (1.054,41±73,54 gram) ini berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya. Kata kunci: kepiting bakau, resirkulasi, kalsium, magnesium, molting, produksi
The effects of LED light spectrum manipulation on growth and color performance of giant gourami Osphronemus gouramy Lacepede Padang strain Bambang Kusmayadi Gunawan; Kukuh Nirmala; Dinar Tri Soelistyowati; Daniel Djokosetiyanto; Wildan Nurussalam
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.21.1.11-21

Abstract

This study aimed to evaluate the effect of light spectrum on growth and color performance of giant giant gourami Padang strain. The experiment used a completely randomized design (RAL) with four light emitting diode (LED) treatments in different emission spectra (white, red, green, and blue) at 550 Lux intensity, compared to the control treatment (light room with white tubular lamp at 50 Lux intensity). The irradiation was carried out for 12 hours of photoperiod. The fish used had the total length of 82.90±4.2 mm and body weight of 9.87 ± 0.99 g. The highest growth performance was found in blue LED treatment with the specific growth rate of 2.73 ± 0.2% and feed efficiency of 86.26 ± 2.71%. The best color performance was found in red LED treatment with the RGB ratio of 44.57 ± 0.62% in dorsal fin, 38.41 ± 1.36% in pectoral fins, and 45.33 ± 2.25% in anal fin with the chromatophore cell concentration at 1.973±58 cells/mm2. Keywords : Osphronemus gouramy, blue LED, spectrum, chromatophore, light ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh spektrum cahaya terhadap kinerja pertumbuhan dan warna ikan gurami strain Padang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan cahaya lampu light emitting diodes (LED) yang memiliki spektrum panjang gelombang berbeda (putih, merah, hijau dan biru) intensitas 550 Lux dan kontrol (cahaya ruang berasal dari lampu tubular putih intensitas 50 Lux). Penyinaran dilakukan selama 12 jam mengikuti fotoperiod. Ikan uji yang digunakan memiliki panjang total 82,90 ± 4,2 mm, dengan bobot 9,87 ± 0,99 g. Kinerja pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan LED biru dengan laju pertumbuhan spesifik sebesar 2,73 ± 0,2% dan efisiensi pakan sebesar 86,26 ± 2,71%. Performa warna terbaik terdapat pada perlakuan LED merah dengan rasio warna merah pada RGB bagian dorsal sebesar 44,57 ± 0,62%, sirip pektoral sebesar 38,41 ± 1,36%, dan sirip anal sebesar 45,33 ± 2,25% dengan jumlah sel kromatofor sebanyak 1973 sel/mm2. Kata kunci : Osphronemus gouramy, LED biru, spektrum, kromatofor, cahaya
SUHU TERBAIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH KEPITING BAKAU Scylla serrata DI SISTEM RESIRKULASI Yuni Puji Hastuti; Ridwan Affandi; Radhita Millaty; Wildan Nurussalam; Siska Tridesianti
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 11 No. 2 (2019): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.121 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v11i2.22727

Abstract

One of the abiotic factors that affects the growth and the survival of mud crabs is temperature. The optimum temperature media will result in increasing of growth rate and survival rate on mud crabs Scylla serrata because it is related to the metabolism process. This study aimed to examine the effect of temperature on the survival rate (SR) and spesific growth rate (SGR) of mud crab through the reaction of physiological condition. This study consisted of the treatments with the temperature of 25 °C (A), the temperature of 27 °C (B), the temperature of 29 °C (C), dan the temperature of 31 °C (D). Based on the research result obtained 29 °C is the best temperature for the maintenance of mud crab with recirculation system, this can be seen from the result of feed conversion ratio, specific growth and survival of mud crab that have the best than other treatments.
EVALUASI PENGGUNAAN PASIR MALANG SEBAGAI BAHAN FILTER TERHADAP KUALITAS AIR, RESPON FISIOLOGI DAN PRODUKSI KEPITING BAKAU Scylla serrata Yuni Puji Hastuti; Arul Tabah Prastomo; Ridwan Affandi; Wildan Nurussalam; Dudi Muhammad Wildan; Syamsul Bahri Agus
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 12 No. 3 (2020): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v12i3.32939

Abstract

Kepiting bakau Scylla serrata merupakan salah satu komoditas krustasea yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu kendala yang belum terpecahkan dalam pemeliharaan kepiting bakau adalah tingkat stres kepiting akibat kualitas air yang menurun. Sistem resirkulasi merupakan salah satu cara untuk menjaga kualitas air selama pemeliharaan kepiting budidaya dengan penggunaan air yang sama dan berputar terus menerus melalui filter. Sistem ini dapat menggunakan berbagai material filter fisik, seperti zeolit, pasir dan material lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pasir malang sebagai filter fisik dalam budidaya kepiting bakau yang berpengaruh positif terhadap respons fisiologis dan produksi kepiting bakau. Penelitian ini dilakukan menggunakan sistem resirkulasi dengan rancangan acak lengkap yang dilakukan dalam lima perlakuan dengan tiga ulangan, yaitu pasir malang dengan bobot 0 kg (kontrol), 5 kg, 10 kg, 15 kg, dan 20 kg. Hasil penelitian membuktikan bahwa respons fisiologis dan produksi kepiting bakau terbaik diamati pada perlakuan pasir malang dengan bobot 5 kg. Perlakuan ini menunjukkan laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan panjang mutlak, dan tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau dengan nilai tertinggi masing-masing sebesar 0,18±0,061%, 0,13±0,05 g/hari, 0,0016±0,00006 cm/hari, dan 77,77%, namun memiliki rasio konversi pakan terendah yaitu 3,76±004. Selain itu pada perlakuan 5 kg memiliki nilai kualitas air yang mendekati kontrol.