- Suryanto, -
Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Perbedaan Angka Trombosit pada Pasien DHF Setelah Pemberian Transfusi PRP (Platelet Rich Plasma) dengan TC (Thrombocyte Concentrate) Sumantri, Triandari; Suryanto, -
Jurnal Mutiara Medika Vol 11, No 3 (2011)
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Trombositopeni merupakan salah satu kriteria yang dikemukakan WHO sebagai diagnosis klinis DHF. Salah satu bentuk penanganan DBD adalah dengan cara pemberian transfusi trombosit. Sediaan transfusi trombosit ada dua macam yaitu PRP (Platelet Rich plasma) dan TC (Thrombocyte Concentrate) . Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka trombosit pada pasien DHF setelah pemberian transfusi Platelet Rich Plasma (PRP) dengan Thrombocyte Concentrate (TC) di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Data diperoleh dari bagian Rekam Medik RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode 1 Januari 2009 – 31 Mei 2010. Data yaitu angka trombosit pada pasien DHF sebelum dan sesudah diberikan transfusi PRP ataupun TC. Didapatkan 97 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini. Dari penelitian ini didapatkan hasil uji statistik dengan Mann-Whitney test didapatkan nilai p = 0,739. Nilai p > 0 ,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan angka trombosit antara pemberian transfusi PRP dengan TC pada pasien DHF.
Perbedaan Kadar Trigliserid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol Fauziah, Yulia Niswatul; Suryanto, -
Jurnal Mutiara Medika Vol 12, No 3 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyebab utama kematian pada diabetes melitus (DM) tipe 2 ialah penyakit jantung koroner (PJK) kurang lebih 80%. Angka kematian akibat PJK pada penderita DM tipe 2 dapat meningkat dua sampai empat kali lebih banyak dibandingkan dengan yang non-diabetes karena lesi aterosklerosis, pada penderita DM tipe 2 proses perkembangannya lebih cepat. Dengan adanya peningkatan kadar trigliserid (TG) dan Low Density Lipoprotein ( LDL) diketahui sebagai faktor risiko terjadinya aterosklerosis. Pemeriksaan HbA1c dapat digunakan sebagai pengendali untuk mengetahui risiko pencegahan komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kadar trigliserid pada penderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol. Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian adalah pasien DM tipe 2 terkontrol (HbA1c <7%) dan DM tipe 2 tidak terkontrol (HbA1c >7%). Jumlah masing-masing sampel adalah 31 pasien. Analisis data menggunakan independent t-test. Hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai trigliserid pada DM tipe 2 terkontrol 150,84+86 ,91 dan rata nilai trigliserid pada DM tipe 2 tidak terkontrol 153,55+64 ,193. Analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kadar trigliserid pada penderita DM tipe 2 terkontrol dan DM tipe 2 tidak terkontrol secara statistik (p>0,05). Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kadar trigliserid pada penderita DM terkontrol dan DM tidak terkontrol. The most cause of mortality in type 2 diabetes mellitus (DM) is coronary heart disease (CHD) about 80%. Mortality rate caused by CHD in patients type 2 DM could increase two until four times more than non-diabetes cause atherosclerosis lesion, the development process faster in patients with type 2 DM. The increasing of tryglicerida (TG) and Low Density Lipoprotein (LDL) level know as atherosclerosis risk factor. HbA1c examination could use as controlling to know the prevention risk of complication. The purpose of this research is to know the difference  of trigliserid level in patients with controlled and uncontrolled type 2 DM. The research design is analytic observational with cross sectional approach, the sampel are controlled type 2 DM (HbA1c <7%) and uncontrolled type 2 DM (HbA1c >7%). The number of each sampels are 31 patients. Data analyzed using  independent t-test. The result shows value of trigliserid in controlled type 2 DM is 150,84+86 ,91 and means value of trigliserid in uncontrolled type 2 DM is 153,55+64,19. The result shows there is no significant difference level of trigliserid between patients with controlled and uncontrolled type 2 DM statisticly (p>0,05). It was concluded that there is no difference level of trigliserid between patients with controlled and uncontrolled type 2 DM.
RERAN SENAM DIABETES INDONESIA BAGI PENDERITA DIABETES MELLITUS Suryanto, -
MEDIKORA Vol. V, No. 2, Oktober 2009
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2249.281 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v0i2.4681

Abstract

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai oleh tingginyakadar gula pada darah dan air seni. D M yang sekarang dikenal ada 2macam, yaim (1) Diabetes mellitus terganmng insulin (DMTI), dan (2)Diabetes mellitus tidak terganmng instilin (DMTTI). Penatalaksanaan DMdengan cara edukasi, perencanaan makanan, olahraga, dan obat-obatan.Olahraga yang teratur dapat digunakan sebagai program pengobatanDM, terutama diabetes tipe II dan sudah dikenal sejak lama selain diet danobat-obatan. Meskipun olahraga yang teramr pada penurunan gula darahD M tipe I masih kontroversial, namun mempunyai beberapa keuntungan,seperti dapat mengurangi resiko penyakit jantung, gangguan pembuluhdarah dan saraf.Prinsip olahraga bagi penderita D M harus mengikuti pemnjuk yangtelah ditentukan, yaim (1) Program latihan, (2) Porsi latihan, dan (3) Latihankaki. D i samping mengikuti pemnjuk tersebut, penderita masih mengikutipemnjuk lainnya demi keberhasilan dalam mengikuti latihan senam D Mtersebut.Kata kunci: Senam, Diabetes Mellims
Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Ulya, Imroatul; Suryanto, -
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 1 (s) (2007)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v7i1 (s).1681

Abstract

Chronic Renal Failure is progressive and late development of renal failure which renal lost the function to maintain volume and competitions body fluid with GFR levels 10%-25% from normal number. Hemodialysis used as therapy to substitute the decrease of renal function. Anemia almost founded in Chronic Renal Failure patients (80%-95%). Objectives of this research is to find out the differences between hemoglobin level in pre and post hem dialysis of chronic renal failure patients at PKU Muhammadiyah hospital in Yogyakarta. This study is a descriptive retrospective with cross sectional approach research aiming at finding out the differences ofHb levels pre and post hemodialysis. Kind of data that we use in this research is secondary data that we get from medical record from Medical Record Unit in PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta. The data was taken from medical record about Hb levels in Chronic Renal Failure in pre and post hemodialysis. The obtained data were then statistic analyzed by t-test pairs. The numbers of sample which include in inclusion and exclusion criteria is 40 patients. The result from t-test pairs was get p value =0,001. p value which less than a= 0,05 show that there are differences Hb levels between pre and post hemodialysis in Chronic Renal Failure. From this research also shows that the highest frequency for hemodialysis patient is male (75%) and based on the age is range on 15-55 years old (65%).Gagal ginjal kronik adalah merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, dimana ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dengan nilai GFR 10%-25% dari nilai normal. Hemodialisis (HD) digunakan sebagai terapi pengganti untuk menggantikan fungsi ginjal yang memburuk. Anemia hampir selalu ditemukan pada penderita Gagal Ginjal Kronis (80-95%). Dilaporkan dari 86 penderita yang menjalani HD rutin di RS Hasan Sadikin Bandung 100% menderita anemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar Hb pra dan post hemodialisa pada penderita Gagal Ginjal Kronik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode 1 Januari 2005 - 31 Desember 2005. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan pendekatan “cross sectional” untuk mengetahui perbedaan kadar Hb pra dan post hemodialisa pada penderita Gagal Ginjal Kronik. Data diperoleh dari bagian Rekam medik RSU PKU Muhammadiayah Yogyakarta. Data diambil dan dicatat dari formulir rekam medis mengenai kadar Hb pada pasien Gagal Ginjal Kronis sebelum dan sesudah dilakukan hemodialisis. Data diuji statistik dengan t-test berpasangan. Sampel yang didapatkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini berjumlah 40 pasien. Hasil uji statistik dengan t-test berpasangan didapatkan nilai p=0,001 (p 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar Hb pra dan post hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal Kronis, juga ditunjukkan bahwa frekuensi tertinggi pasien Gagal Ginjal Kronis adalah laki- laki (75%) dan frekuensi terbesar berdasarkan umur adalah 15-55 th atau sebesar 65%.
Peran Imunisasi dalam Pencegahan Hepatitis B pada Pegawai Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Gugun, Adang Muhammad; Suryanto, -
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 2 (s) (2009)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v9i2 (s).1608

Abstract

The purpose this research is to know endemicity level and prevention hepatitis B. This is a descriptif observational research. Subjects are 87 Medical Faculty of UMY employee. Screening to HBsAg, anti-HBs and anti-HBc are performed by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method and investigating about history of ilness and imunisation of hepatitis B by questionnaire. The result showed that one case positive HBsAg (1,1%) included as low endemicity and not found clinical manifestasion. The history showed that 14 person (16 %) have performed hepatitis B immunization, and 73 person (74 %) have never done. Six subject (43%) immunizationed showed positive anti-HBs with low titer. Hepatitis B history are experienced by two person (2,3%), and they have been health based on clinic and laboratory. One of them has anti-HBc negative. Anti-HBs examination showed 18 (21%) positively, 6 person (33%) have immunization history and 12person (67%) are never. There are 8person who have immunization history are negative anti-HBs. Anti-HBc examination showed that 25person (29%) positively, only one person (4%) has hepatitis B illness history and 24person (96%) have no illness history. Concluded that hepatitis endemicity in Medical Faculty UMY is low.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat endemisitas dan upaya pencegahan Hepatitis B di FK UMY. Jenis penelitian adalah observasional deskriftif. Sampel penelitian adalah 87 pegawai Fakultas Kedokteran UMY. Skrining HBsAg, Anti HBs dan Anti HBc dilakukan dengan metode enzyme- linked immunosorbent assay {ELISA), riwayat sakit dan imunisasi hepatitis B dilacak dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan terdapat satu kasus HBsAg positip (1,1%) sehingga termasuk endemis rendah dan anamnesanya menunjukkan tidak ada gejala klinis. Riwayat menunjukkan 14 orang (16%) pernah melakukan imunisasi hepatitis B lengkap dan 73 orang (74%) tidak pernah divaksin. Enam orang (43%) dari yang melakukan imunisasi, memiliki anti-HBs positip dengan titer rendah. Riwayat pernah mengalami sakit hepatitis B terjadi pada 2 orang (2,3%) dan telah sembuh secara klinis dan laboratorik. Salah satu subyek dengan riwayat sakit hepatitis B memiliki hasil anti- HBc negatif. Pemeriksaan anti-HBs menunjukkan 18 orang (21%) positip, 6 orang (33%) diantaranya memiliki riwayat imunisasi dan 12 orang (67%) tidak pernah imunisasi. Delapan orang dengan riwayat imunisasi memiliki anti-HBs negatif. Pemeriksaan anti-HBc menunjukkan 25 orang (29%) positip, 1 orang (4%) diantaranya memiliki riwayat sakit hepatitis B, dan 24 orang (96%) tidak memiliki riwayat sakit hepatitis B. Disimpulkan bahwa endemisitas Hepatitis B di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta rendah.
Perbedaan Kadar Trigliserid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol Fauziah, Yulia Niswatul; Suryanto, -
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 3 (2012)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v12i3.1047

Abstract

Penyebab utama kematian pada diabetes melitus (DM) tipe 2 ialah penyakit jantung koroner (PJK) kurang lebih 80%. Angka kematian akibat PJK pada penderita DM tipe 2 dapat meningkat dua sampai empat kali lebih banyak dibandingkan dengan yang non-diabetes karena lesi aterosklerosis, pada penderita DM tipe 2 proses perkembangannya lebih cepat. Dengan adanya peningkatan kadar trigliserid (TG) dan Low Density Lipoprotein ( LDL) diketahui sebagai faktor risiko terjadinya aterosklerosis. Pemeriksaan HbA1c dapat digunakan sebagai pengendali untuk mengetahui risiko pencegahan komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kadar trigliserid pada penderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol. Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian adalah pasien DM tipe 2 terkontrol (HbA1c 7%) dan DM tipe 2 tidak terkontrol (HbA1c 7%). Jumlah masing-masing sampel adalah 31 pasien. Analisis data menggunakan independent t-test. Hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai trigliserid pada DM tipe 2 terkontrol 150,84+86 ,91 dan rata nilai trigliserid pada DM tipe 2 tidak terkontrol 153,55+64 ,193. Analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kadar trigliserid pada penderita DM tipe 2 terkontrol dan DM tipe 2 tidak terkontrol secara statistik (p0,05). Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kadar trigliserid pada penderita DM terkontrol dan DM tidak terkontrol. The most cause of mortality in type 2 diabetes mellitus (DM) is coronary heart disease (CHD) about 80%. Mortality rate caused by CHD in patients type 2 DM could increase two until four times more than non-diabetes cause atherosclerosis lesion, the development process faster in patients with type 2 DM. The increasing of tryglicerida (TG) and Low Density Lipoprotein (LDL) level know as atherosclerosis risk factor. HbA1c examination could use as controlling to know the prevention risk of complication. The purpose of this research is to know the difference  of trigliserid level in patients with controlled and uncontrolled type 2 DM. The research design is analytic observational with cross sectional approach, the sampel are controlled type 2 DM (HbA1c 7%) and uncontrolled type 2 DM (HbA1c 7%). The number of each sampels are 31 patients. Data analyzed using  independent t-test. The result shows value of trigliserid in controlled type 2 DM is 150,84+86 ,91 and means value of trigliserid in uncontrolled type 2 DM is 153,55+64,19. The result shows there is no significant difference level of trigliserid between patients with controlled and uncontrolled type 2 DM statisticly (p0,05). It was concluded that there is no difference level of trigliserid between patients with controlled and uncontrolled type 2 DM.