Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi masyarakat di pedesaan dan perkotaa. Sumur
gali harus ditunjang dengan konstruksi sumur yang baik dan jarak lokasi sumur dengan sumber pencemar yang sesuai
dengan yang dipersyaratkan, serta tindakan masyarakat dalam menggunakan sumur gali yang tepat, agar air sumur
gali terbebas dari pencemaran, dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat secara aman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kualitas bakteriologis air sumur gali pada kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan
tinggi, yaitu Dusun Blimbingsari; dan kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan rendah, yaitu Desa
Hargobinangun; serta mengetahui gambaran kondisi fisik sumur gali dan pengguna sumur gali terhadap kandungan
Escherichia coli.Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pada 8 (titik) sumur gali.
Pengamatan kondisi fisik sumur gali menggunakan checklist sebagai instrumen penelitian, sedangkan perilaku
pengguna sumur gali menggunakan kuesioner. Pengujian kualitas bakteriologis air sumur gali dilakukan dengan
menggunakan Biosensor TECTA TM B16. Biosensor TECTA TM B16 merupakan alat pengukuran kualitas air untuk
mendeteksi dan mengetahui konsentrasi Escherichia coli dengan metode Colony Forming Units (CFU). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah Escherichia coli bervariasi antara 0 CFU/100 ml sampai 1.049 CFU/100 ml.
Berdasarkan hasil analisa, pada Dusun Blimbingsari terdapat hubungan yang positif antara konstruksi sumur gali dan
tindakan penggunanya terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali. Sementara itu pada Dusun Wonorejo terjadi hal
yang sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, anatara lain tingkat kepadatan penduduk yang berbeda.
Untuk itu perlu adanya perhatian dari masyarakat dalam membuat sumur gali yang aman dan baik, serta
memerhatikan tindakannya dalam menggunakan sumur gali agar diperoleh kualitas air yang memenuhi syarat
kesehatan.
Kata Kunci : Sumur Gali, Biosensor TECTA TM B16, Escherichia coli, Total Coliform