Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

IDENTIFIKASI MINERAL PADA BATUAN GRANIT DI GEOPARK MERANGIN PROVINSI JAMBI MENGGUNAKAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) DAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY Oktamuliani, Sri; Samsidar, Samsidar; MZ, Nazri; Nehru, Nehru
JOURNAL ONLINE OF PHYSICS Vol 1, No 1 (2015): JoP
Publisher : Prodi Fisika FST UNJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keragaman geologi (Geodiversity) yang dimiliki oleh Geopark Merangin provinsi Jambi menyimpan berbagai macam batuan, seperti batu Granit. Manfaat batu Granit bagi pengembangan industri sebagai bahan bangunan seperti dalam pembuatan keramik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi mineral pada batuan di Geopark Merangin. Pengambilan sampel batuan pada tiga titik koordinat yang berbeda yang teridentifikasi sebagai batuan Granit. Batuan di preparasi sampel menjadi bubuk menggunakan  Jaw Crusher, Pulverizer, dan Sieving Shaker. Identifikasi unsur yang terkandung pada batuan sampel digunakan EDS pada SEM dan XRD untuk menganalisis jenis dan sifat mineral yang terkandung di batuan berdasarkan pola difraksi yang dihasilkan oleh sampel. Penelitian lokasi sampel pertama di Jeram Ladeh teridentifikasi memiliki tiga fasa yaitu Oligoclase dan Bytownite merupakan mineral Plagioclase dan Hornblende adalah mineral Amfibol. Kelebihan kandungan Plagioclase dari batuan di Jeram Ladeh ini menandakan batuan ini merupakan batuan Granidiorit. Lokasi sampel kedua di Teluk Gadang Desa Air Batu Geopark Merangin memiliki tiga fasa yaitu Kuarsa, Anorthoclase merupakan mineral K-Feldspar dan Muskovit. Kandungan Kuarsa dan K-Feldspar menunjukkan bahwa batuan tersebut berjenis batuan Granit. Lokasi ketiga di Dusun Baru Desa Air Batu Geopark Merangin memiliki empat fasa yaitu Kuarsa, Anorthoclase, Microcline dan Sanidine merupakan mineral K-Feldspar. Kandungan Kuarsa dan K-Feldspar menunjukkan bahwa batuan tersebut berjenis batuan Granit. Dari sampel batuan di lokasi Geopark Merangin terdapat dua jenis batuan teridentifikasi Granit dan satu Granidiorit. Hasil penelitian ini digunakan untuk melengkapi data Geodiversity Geopark Merangin. Kata kunci: Geopark, Granit, XRD, SEM
PEMODELAN TEORITIK DAYA RADIASI MATAHARI BERBASIS PRINSIP RADIASI BENDA HITAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN NUMERIK INTEGRASI SIMPSON 3/8 Oktamuliani, Sri; Samsidar, Samsidar
SEMIRATA 2015 Prosiding Bidang Fisika
Publisher : SEMIRATA 2015

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.072 KB)

Abstract

Telah dilakukan pemodelan teoritik daya radiasi matahari berbasis prinsip radiasi benda hitam menggunakan pendekatan numerik integrasi simpson 3/8 menggunakan bahasa pemograman matlab. Simulasi diawali oleh perhitungan temperatur permukaan matahari (fotosfer) pada puncak radiasi elektromagnetik yang dipancarkan memiliki panjang gelombang 502,25 nm (kuning). Perhitungan intensitas spektral bervariasi terhadap panjang gelombang sinar matahari yang memasuki permukaan bumi, yaitu cahaya tampak, inframerah, dan ultraviolet. Simulasi komputasi untuk mengetahui keluaran total daya radiasi matahari diestimasi menggunakan hukum Stefan – Boltzmann dan mencari luas daerah di bawah kurva intensitas spektral dengan pendekatan numerik integrasi simpson 3/8 yang merupakan pendekatan polinomial lagrange orde 3. Daya total radiasi matahari diperoleh sebesar 3,82076x1026 W, dengan persentase radiasi inframerah 50,956% (1,9469x1026 W), cahaya tampak 36,820% (1,40682x1026 W), dan ultraviolet 12,225% (4,67093x1025 W). Katakunci: daya, intensitas spektral, radiasi matahari, benda hitam, simpson 3/8.
ANALISIS PENGARUH PUPUK KCl TERHADAP PARAMETER KELEMBABAN PADA TANAH INSEPTISOL UNTUK PENGEMBANGAN SENSOR KELEMBABAN TANAH (SOIL MOISTURE SENSOR) Samsidar, Samsidar; Oktamuliani, Sri; Umar, Lazuardi
SEMIRATA 2015 Prosiding Bidang Fisika
Publisher : SEMIRATA 2015

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.168 KB)

Abstract

Pengembangan sensor kelembaban tanah (soil moisture sensor) berdasarkan prinsip spektroskopi impedansi merupakan salah satu metode pengembangan sensor yang saat ini cukup diunggulkan. Metode Spektroskopi Impedansi bekerja berdasarkan prinsip dimana status impedansi kompleks suatu sistem dianalisa dalam jangkauan frekuensi tertentu. Pada penelitian ini dilakukan studi validasi sensor kelembaban tanah dengan penambahan pupuk KCl pada tanah inseptisol terdefinisi. Tahap awal penelitian digunakan sensor dengan panjang sonde 100 mm  dan diameter 7 mm untuk mengukur kelembaban tanah Inseptisol dengan kelembaban terdefenisi 10%, 20%, 30% dan 40%. Untuk pengembangan sensor kelembaban tanah divalidasi dengan penambahan pupuk KCl terhadap variasi kelembaban tanah Inseptisol yang terdefenisi dan kemudian diukur nilai konduktivitasnya, dimana nilai konduktivitas  berkaitan dengan nilai Impedansi. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa penambahan pupuk KCl pada kelembaban 10% dan 20%, sensor kelembaban tanah masih memiliki akurasi yang cukup tinggi, sedangkan pada kelembaban 30% dan 40%, sensor kurang akurat dan hasil analisis kualitatif bahwa sensor kelembaban tanah lebih tepat digunakan pada tanah yang tidak mengandung pupuk KCL. Katakunci: KCl, Inseptisol, Sensor Kelembaban
OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT Oktamuliani, Sri; Fitriyani, Dian
Jurnal Ilmu Fisika Vol 4, No 2 (2012): JURNAL ILMU FISIKA
Publisher : Jurnal Ilmu Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.051 KB) | DOI: 10.25077/jif.4.2.53-61.2012

Abstract

Telah dilakukan analisis pengaruh ukuran teras geometri kubus terhadap tingkat sirkulasi alamiah bahan pendingin Pb-Bi pada reaktor cepat LMFBR dengan bahan bakar UN-PuN dan laju aliran massa pendingin total 4000 kg/s menggunakan program simulasi komputasi DTRIDI. Simulasi diawali oleh perhitungan neutronik yang memberikan hasil harga multiplikasi neutron dan fluks neutron yang dapat digunakan untuk perhitungan termal-hidrolik sehingga diketahui distribusi temperatur pada elemen bahan bakar dan pendingin. Tingkat sirkulasi alamiah dilakukan dengan pendekatan kuasistatik dari grafik yang ditunjukkan oleh perpotongan antara presure drop dan driving head sebagai fungsi dari laju alir total pendingin. Pada kondisi tersebut, adanya pengurangan daya pompa yang digunakan. Tingkat sirkulasi alamiah berdasarkan optimasi ukuran teras dan daya termal tercapai pada ukuran geometri teras yang lebih kecil dengan daya yang lebih besar. Tingkat sirkulasi alamiah pada daya 150 MWth tercapai pada ukuran geometri teras yang lebih kecil yaitu 50 cm bervolume 125 liter sebesar 12,5%. Sedangkan untuk reaktor dengan ukuran teras 80 cm tidak menunjukkan tingkat sirkulasi alamiah yang berarti reaktor dalam keadaan bahaya jika terjadi kecelakaan ULOF yaitu kecelakaan akibat hilangnya daya pompa.
IDENTIFIKASI MINERAL PADA BATUAN GRANIT DI GEOPARK MERANGIN PROVINSI JAMBI MENGGUNAKAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) DAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY Sri Oktamuliani; Samsidar Samsidar; Nazri MZ; Nehru Nehru
JOURNAL ONLINE OF PHYSICS Vol. 1 No. 1 (2015): JOP (Journal Online of Physics) Vol 1 No 1
Publisher : Prodi Fisika FST UNJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jop.v1i1.2727

Abstract

Keragaman geologi (Geodiversity) yang dimiliki oleh Geopark Merangin provinsi Jambi menyimpan berbagai macam batuan, seperti batu Granit. Manfaat batu Granit bagi pengembangan industri sebagai bahan bangunan seperti dalam pembuatan keramik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi mineral pada batuan di Geopark Merangin. Pengambilan sampel batuan pada tiga titik koordinat yang berbeda yang teridentifikasi sebagai batuan Granit. Batuan di preparasi sampel menjadi bubuk menggunakan  Jaw Crusher, Pulverizer, dan Sieving Shaker. Identifikasi unsur yang terkandung pada batuan sampel digunakan EDS pada SEM dan XRD untuk menganalisis jenis dan sifat mineral yang terkandung di batuan berdasarkan pola difraksi yang dihasilkan oleh sampel. Penelitian lokasi sampel pertama di Jeram Ladeh teridentifikasi memiliki tiga fasa yaitu Oligoclase dan Bytownite merupakan mineral Plagioclase dan Hornblende adalah mineral Amfibol. Kelebihan kandungan Plagioclase dari batuan di Jeram Ladeh ini menandakan batuan ini merupakan batuan Granidiorit. Lokasi sampel kedua di Teluk Gadang Desa Air Batu Geopark Merangin memiliki tiga fasa yaitu Kuarsa, Anorthoclase merupakan mineral K-Feldspar dan Muskovit. Kandungan Kuarsa dan K-Feldspar menunjukkan bahwa batuan tersebut berjenis batuan Granit. Lokasi ketiga di Dusun Baru Desa Air Batu Geopark Merangin memiliki empat fasa yaitu Kuarsa, Anorthoclase, Microcline dan Sanidine merupakan mineral K-Feldspar. Kandungan Kuarsa dan K-Feldspar menunjukkan bahwa batuan tersebut berjenis batuan Granit. Dari sampel batuan di lokasi Geopark Merangin terdapat dua jenis batuan teridentifikasi Granit dan satu Granidiorit. Hasil penelitian ini digunakan untuk melengkapi data Geodiversity Geopark Merangin. Kata kunci: Geopark, Granit, XRD, SEM
OPTIMASI UKURAN TERAS DAN DAYA TERMAL TERHADAP TINGKAT SIRKULASI ALAMIAH BAHAN PENDINGIN Pb-Bi PADA REAKTOR CEPAT Sri Oktamuliani; Dian Fitriyani
Jurnal Ilmu Fisika (JIF) Vol 4 No 2 (2012): September 2012
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jif.4.2.53-61.2012

Abstract

Telah dilakukan analisis pengaruh ukuran teras geometri kubus terhadap tingkat sirkulasi alamiah bahan pendingin Pb-Bi pada reaktor cepat LMFBR dengan bahan bakar UN-PuN dan laju aliran massa pendingin total 4000 kg/s menggunakan program simulasi komputasi DTRIDI. Simulasi diawali oleh perhitungan neutronik yang memberikan hasil harga multiplikasi neutron dan fluks neutron yang dapat digunakan untuk perhitungan termal-hidrolik sehingga diketahui distribusi temperatur pada elemen bahan bakar dan pendingin. Tingkat sirkulasi alamiah dilakukan dengan pendekatan kuasistatik dari grafik yang ditunjukkan oleh perpotongan antara presure drop dan driving head sebagai fungsi dari laju alir total pendingin. Pada kondisi tersebut, adanya pengurangan daya pompa yang digunakan. Tingkat sirkulasi alamiah berdasarkan optimasi ukuran teras dan daya termal tercapai pada ukuran geometri teras yang lebih kecil dengan daya yang lebih besar. Tingkat sirkulasi alamiah pada daya 150 MWth tercapai pada ukuran geometri teras yang lebih kecil yaitu 50 cm bervolume 125 liter sebesar 12,5%. Sedangkan untuk reaktor dengan ukuran teras 80 cm tidak menunjukkan tingkat sirkulasi alamiah yang berarti reaktor dalam keadaan bahaya jika terjadi kecelakaan ULOF yaitu kecelakaan akibat hilangnya daya pompa.
Simulasi PhET Sebagai Laboratorium Virtual dalam Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMAN 3 Painan, Pesisir Selatan Sri Oktamuliani; Betta Centaury; Salim Muhaimin; Afdal Afdal; Rico Adrial; Muldarisnur Muldarisnur; Afdhal Muttaqin; Zulfi Zulfi; Alimin Mahyudin
Warta Pengabdian Andalas Vol 28 No 4 (2021)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jwa.28.4.509-513.2021

Abstract

Learning media is an essential aspect in explaining or visualizing fundamentals of physics that are difficult to understand. Learning media with simulations is increasingly beneficial when Indonesia is affected by the COVID-19 pandemic, which requires distance learning or online education to be implemented. The community service of the Physics Department of Andalas University aimed to introduce PhET simulations as a virtual laboratory to improve understanding of Physics fundamentals for students at SMAN 3 Painan, Kab. Pesisir Selatan, West Sumatra in 2021. Preparation of community service begins with preparing a practicum module from a simulation of the topic of Physics. The assessment of increasing students' understanding of simulation is carried out in Hooke's law module. The number of participating students was grouped into control students (10 people) and students with Hooke's law PhET simulation training (10 people) by giving pre-test and post-test treatments. The t-test analysis shows that the control group and the PhET simulation produced the same output (p = 0.05) at pre-test. It means that the abilities of both groups were the same during the pre-test. In contrast to the post-test case, the PhET simulation group produced higher output than the control group. It means that students' ability in Hooke's law simulation PhET training experienced a significant increase in understanding (p < 0.05). This community service activity can help improve students' understanding to learn the physics fundamentals in SMAN 3 Painan.
Comparison of Absorbed Dose in Plasticine Bolus and Silicone Rubber Bolus Leony Chantika Leony; Viesca Fredilla Hanif; Eli Defira; Sri Oktamuliani Oktamuliani; Afdhal Muttaqin; Muhammad Ilyas
Journal of Physics: Theories and Applications Vol 6, No 1 (2022): Journal of Physics: Theories and Applications
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jphystheor-appl.v6i1.59117

Abstract

Bolus is a radiotherapy device used to increase the surface dose in the skin surface area when using electron or photon beams. The most commonly used bolus is a bolus made from plasticine, in addition to a plasticine bolus there is also a bolus made from silicone rubber which is currently being developed. This study aims to determine which bolus is more effectively used in radiotherapy, by comparing the absorbed dose, the value of Relative Electron Density (RED), and the transmission factor of each bolus. In this study, silicone rubber and plasticine boluses were made with dimensions of 12 cm x 12 cm, the variation of energy used in LINAC was 9 MeV and 12 MeV and the thickness variation of each bolus was 0.5 cm, 1.0 cm, 1, 5 cm and 2.0 cm. The RED value obtained from the plasticine bolus for a thickness of 0.5 cm is 0.837 g/cm3, a thickness of 1.0 cm is 1.011 g/cm3, a thickness of 1.5 cm is 1.06 g/cm3, and a thickness of 2.0 cm of 1.072 g/cm3, while for silicone rubber bolus for a thickness of 0.5 cm is 1.146 g/cm3, a thickness of 1.0 cm is 1.151 g/cm3, a thickness of 1.5 cm is 1.17 g/cm3, and a thickness of 1.5 cm is 1.17 g/cm3 2.0 cm is 1.193 g/cm3. From the results of the study for the RED value of each bolus, it can be concluded that the silicone rubber bolus has a RED value that is more consistent with the water density value compared to the plasticine bolus. Silicone rubber and plasticine boluses can also be said to be absorbent materials because the transmission factor value of both boluses is below 100%. From the results of the study, silicone rubber boluses were more able to reduce the range of absorbed doses compared to plasticine boluses.
ANALISIS DOSIS EFEKTIF TERHADAP CITRA ORGAN PARU PASIEN THORAX MENGGUNAKAN OPTICALLY STIMULATED LUMINESCENCE DOSIMETER (OSLD) Sri Oktamuliani; Rinnesa Apria Ernando; Hasnel Sofyan; Vanessa Illona Giovanni; Fitra Ramadana
JOURNAL ONLINE OF PHYSICS Vol. 7 No. 2 (2022): JOP (Journal Online of Physics) Vol 7 No 2
Publisher : Prodi Fisika FST UNJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jop.v7i2.18294

Abstract

Instalasi radiologi adalah penunjang pelayan medik di rumah sakit yang memanfaatkan sinar-X untuk keperluan diagnosis terutama organ paru pada pasien thoraks. Paparan sinar-X dapat merusak jaringan dan sel, namun dalam paparan yang sesuai dengan prinsip as low as reasonably achievably (ALARA) dapat memberikan manfaat yang dapat membatasi pasien dari bahaya efek akibat pemakaian sumber radiasi pengion. Penelitian ini bertujuan menghitung dosis efektif pada organ paru yang diterima oleh pasien menggunakan dosimeter pasif berjenis optically stimulated luminescence dosimeter (OSLD) di salah satu rumah sakit di kota Padang. Pengambilan data dilakukan terhadap 20 pasien dewasa usia 20-50 tahun dengan mengukur massa dan tinggi pasien dan OSLD nanoDots dipasangkan pada area thoraks untuk menghitung dosis serap oleh pasien. Data demografi pasien menunjukan bahwa terdapat 50% pasien yang memiliki indek massa tubuh (IMT) normal, 15% pasien dengan IMT gemuk tingkat ringan, 30% IMT gemuk tingkat berat, dan 5% IMT kurus. Dosis yang terbaca pada OSLD nanoDots adalah dosis serap. Dosis efektif yang diterima oleh pasien dihitung dari besarnya dosis serap yang diterima pasien dikalikan dengan faktor bobot radiasi dan organ. Pasien dengan pemberian tegangan 58,5 kVp dan 6,30 mAs menerima dosis efektif tertinggi pada organ paru sebesar 0,027 mSv dan pasien dengan pemberian tegangan 125 kVp dan 1,33 mAs. Hal ini menunjukkan bahwa pasien dengan waktu papar lebih lama, akan menerima dosis yang lebih tinggi walaupun diberikan energi radiasi yang besar kepada pasien.
Determination of Natural Radioactivity Level on Soil and Radiological Hazards in The Geotermal Area of Solok South, West Sumatera Nurul Khaira Sabila; Dinda Nurul Syifa; Mohammad Randy Alhafiz; Sri Oktamuliani
Journal of Physics: Theories and Applications Vol 5, No 2 (2021): Journal of Physics: Theories and Applications
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jphystheor-appl.v5i2.59099

Abstract

Solok Selatan is one of the areas in West Sumatra that has geothermal potential, contains much higher levels of radioactive substances in the soil in the form of Radium (Ra-226), Thorium (Th-232), and Potassium (K-40).  This study aimed to measure the concentration of Ra-226. Th-232, and K-40 contained in the soil in the Solok Selatan which was then reviewed based on PERKA BAPETEN No. 9 of 2009 and UNSCEAR 2000, also evaluates the average radium equivalent activity (Raeq), representative level index (Iyr), external hazard index (Hex). Soil samples were collected from seven different locations. The radionuclide activity concentration was measured by using a gamma spectrometer in the PTKMR BATAN laboratory, with the results of the average radionuclide measurement Ra-226 being 28.58  Bq/kg, Th-232 was 44.74  Bq/kg and K-40 at 323.29  Bq/kg. For the average value of Raeq is 118,051 Bq/kg, Iyr is 0.853 and Hex is 0.335. Based on BAPETEN PERKA No. 9 of 2009 and UNSCEAR 2000, the radionuclide activity concentration was found still within safe limits. It does not pose a health hazard to the people living in the area.