Teuku Nanda Saifullah, Teuku Nanda
Faculty Of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

FORMULASI MOUTHWASH MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) SERTA UJI ANTIBAKTERI DAN ANTIBIOFILM TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans SECARA IN VITRO Yosephine, Ardiana Dewi; Wulanjati, Martha Purnami; Saifullah, Teuku Nanda; Astuti, Puji
Majalah Obat Tradisional Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.692 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ18iss2pp%p

Abstract

Kemangi (Ocimum basilicum L.) mengandung minyak atsiri yang dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri. Berdasarkan sifat antibakterinya, maka minyak atsiri daun kemangi dapat dikembangkan menjadi mouthwash untuk mencegah timbulnya plak gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tween 80 (emulgator) dan gliserin (stabilizer) pada sifat fisik mouthwash, mengetahui perbandingan tween 80 dan gliserin yang menghasilkan mouthwash dengan stabilitas terbaik, serta melihat aktivitasnya sebagai agen antibakteri dan antibiofilm terhadap Streptococcus mutans secara in vitro. Minyak atsiri diperoleh dengan cara distilasi air dan uap air. Minyak atsiri kemudian diformulasi menjadi sediaan mouthwash dan dilakukan variasi jumlah tween 80 serta gliserin untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sifat fisik sediaan. Aktivitas antibakteri dan antibiofilm diuji dengan metode mikrodilusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tween 80 berpengaruh signifikan terhadap kenaikan viskositas dan gliserin berpengaruh signifikan terhadap kenaikan massa jenis bila keduanya ditambahkan lebih dari 2,5 mL dalam 50 mL mouthwash. Dari lima formula yang dibuat, formula dengan perbandingan tween 80 dan gliserin =  3,75 mL : 1,25 mL ditemukan sebagai formula terbaik. Mouthwash daun kemangi menunjukkan aktivitas antibakteri dan antibiofilm terhadap Streptococcus mutans secara in vitro. Sediaan tersebut memiliki nilai KHM sebesar 0,1 % v/v dengan % penghambatan pertumbuhan bakteri sebesar 87,50 ± 3,33 %, sedangkan kadar optimum minyak atsiri daun kemangi yang mampu menghambat serta mendegradasi biofilm berturut-turut adalah 0,1 % v/v dan 0,2 % v/v dengan % penghambatan dan degradasi biofilm sebesar 77,52 ± 0,82 % dan 57,64 ± 6,09 %.
Uji Stabilitas Tablet Floating Ranitidin HCl: Pengaruhnya Terhadap Sifat Fisik Dan Profil Disolusi Dalam Medium SGF Tanpa Pepsin Saifullah, Teuku Nanda
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Ranitidin HCl memiliki stabilitas yang rendah karena sifat ranitidin yang higroskopis. Uji stabilitas ranitidin HCl perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap stabilitas sifat fisik dan profil disolusi. Uji stabilitas dilakukan berdasarkan prosedur uji stabilitas dipercepat. Uji ini dilakukan dengan menempatkan empat formula floating tablet dalam climatic chamber pada suhu 400C dengan RH 75% selama 6 bulan. Stabilitas tablet ranitidin HCl diamati dari beberapa parameter, yaitu: penampilan fisik, keseragaman bobot, kekerasan, floating lag time, kerapuhan, waktu hancur, kandungan obat dan uji disolusi. Hasil uji diekspresikan dalam mean + SD. Similarity factor (f2) digunakan untuk mengkuantifikasi kesamaan dua profil disolusi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: penyimpanan selama 6 bulan pada stress condition tidak mempengaruhi kerapuhan, waktu hancur dan kandungan obat dalam tablet, akan tetapi mempengaruhi keseragaman bobot, kekerasan, dan floating lag time. Hasil uji disolusi pada penyimpanan stress condition selama 6 bulan tidak mempengaruhi profil disolusi.  
Uji Stabilitas Tablet Floating Ranitidin HCl: Pengaruhnya Terhadap Sifat Fisik Dan Profil Disolusi Dalam Medium SGF Tanpa Pepsin Saifullah, Teuku Nanda
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.18 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v7i2.170

Abstract

Abstrak Ranitidin HCl memiliki stabilitas yang rendah karena sifat ranitidin yang higroskopis. Uji stabilitas ranitidin HCl perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap stabilitas sifat fisik dan profil disolusi. Uji stabilitas dilakukan berdasarkan prosedur uji stabilitas dipercepat. Uji ini dilakukan dengan menempatkan empat formula floating tablet dalam climatic chamber pada suhu 400C dengan RH 75% selama 6 bulan. Stabilitas tablet ranitidin HCl diamati dari beberapa parameter, yaitu: penampilan fisik, keseragaman bobot, kekerasan, floating lag time, kerapuhan, waktu hancur, kandungan obat dan uji disolusi. Hasil uji diekspresikan dalam mean + SD. Similarity factor (f2) digunakan untuk mengkuantifikasi kesamaan dua profil disolusi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: penyimpanan selama 6 bulan pada stress condition tidak mempengaruhi kerapuhan, waktu hancur dan kandungan obat dalam tablet, akan tetapi mempengaruhi keseragaman bobot, kekerasan, dan floating lag time. Hasil uji disolusi pada penyimpanan stress condition selama 6 bulan tidak mempengaruhi profil disolusi.  
Review Sinergisitas Kombinasi Polimer Alami Serta Pemanfaatan dalam Formulasi Obat Viviane Annisa; Teuku Nanda Saifullah Sulaiman; Akhmad Kharis Nugroho; Agung Endro Nugroho
Majalah Farmasetika Vol 6, No 5 (2021): Vol. 6, No. 5, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i5.35935

Abstract

Pengetahuan tentang sinergisme bermanfaat untuk menentukan kombinasi polimer alami yang memberikan efek menguntungkan ketika dikombinasikan. Interaksi yang saling menguntungkan antar polimer alami dapat dilihat dari nilai sinergisitas dari data pengujian viskositas. Kombinasi polimer yang memiliki efek sinergi dapat memberikan banyak kegunaan serta manfaat yang besar dalam pengembangan teknologi formulasi obat sehingga dapat mengatasi kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing zat aktif obat. Pada studi ini, dilakukan review artikel tentang sinergisme kombinasi polimer, pengaruh kation sebagai cross-linker, serta aplikasi kombinasi alginat dengan polimer alami dalam formulasi sediaan obat dan aspek farmakologinya. Database yang digunakan untuk mengambil referensi, meliputi Scopus, PubMed, dan Google Schoolar. Tipe data dari database meliputi jurnal, artikel review, maupun buku tanpa ada pembatasan tahun. Referensi yang diperoleh dari database lalu diidentifikasi, dianalisis, dan dipilih yang sesuai dengan topik yang akan direview. Formulasi dengan polimer menghasilkan obat dengan pelepasan terkontrol, yang memiliki keuntungan, yakni dapat menurunkan frekuensi pemberian dosis, menurunkan efek samping obat, meningkatkan tingkat kepatuhan pasien, menurunkan fluktuasi, serta memperlama durasi aksi obat, dan memastikan respon farmakokinetik dan farmakodinamik dapat reprodusibel dan diprediksi. Selain itu, polimer dapat pula dimodifikasi sedemikian rupa untuk menjadi sistem penghantaran obat tertarget pada organ tertentu. Polimer alami yang paling banyak digunakan dan dikombinasikan dengan polimer lain adalah alginat karena memiliki struktur dengan banyak gugus negatif berupa karboksil dan hidroksil sehingga memiliki berbagai keuntungan, seperti dapat meningkatkan kelarutan obat, meningkatkan kemampuan mukoadesif, melepaskan obat secara terkontrol, serta menghantarkan obat pada target organ tertentu.
Assessment of physicochemical properties and comparison of the dissolution profile of amoxicillin caplets Een Widiyasari; Teuku Nanda Saifullah Sulaiman
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 16 No. 2 (2020): Jurnal Ilmiah Farmasi
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jif.vol16.iss2.art4

Abstract

Background: Marketed drugs must meet the required standards to guarantee product quality. Amoxicillin is a generic compound marketed under various trademarks as copy drugs. Amoxicillin caplets are an immediate release dosage form of BCS class I. An essential aspect of evaluating copy drugs is to assess the equivalence for their treatment to the innovator drugs to ensure the safety and effectiveness of the circulating copy drugs.Objective: The study aims to evaluate the physicochemical properties and compare the dissolution profile of amoxicillin caplets available in the market.Methods: Five amoxicillin caplet products, four test products, and one reference product were tested for their physicochemical properties and dissolution. The dissolution test was carried out with a type II device at a speed of 75 rpm in 900 mL of media buffered at pH 1.2, 4.5, and 6.8 and at a temperature of 37 +/- 0.5degrees celcius. The dissolution profile was analyzed by comparing it with the similarity factor (f2) parameters.Results: Two of the four amoxicillin caplet products had a similar dissolution profile to the reference products, namely products A and B. Products C and D were dissimilar because f2 was lower than 50 at pH 4.5. The caplets tested had almost the same dimensions, and all caplets met the requirements for uniformity of content, hardness, disintegration time, and dissolution.Conclusion: Not all of the amoxicillin caplets in the market have a similar dissolution profile to the reference products. Keywords: caplets, amoxicillin, dissolution, similarity factor Intisari Latar belakang: Sediaaan obat yang dipasarkan harus memenuhi standar yang ditetapkan untuk menjamin kualitas produk. Amoksisilin merupakan senyawa generik, dipasarkan dengan berbagai merek dagang yang merupakan obat copy. Kaplet amoksisilin merupakan sediaan dengan pelepasan segera yang termasuk dalam BCS kelas I. Komponen penting dalam mengevaluasi obat copy yaitu menilai kesetaraan terapinya terhadap obat inovator sehingga dapat menjamin bahwa obat copy yang beredar aman dan efektif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat fisika kimia dan uji disolusi terbandingkan sediaan kaplet amoksisilin yang beredar dipasaran.Metode: Sebanyak 5 produk kaplet amoksisilin, 4 produk uji dan 1 produk pembanding diuji sifat fisika kimia dan disolusinya. Uji disolusi dilakukan dengan alat tipe II dengan kecepatan 75 rpm dalam 900 mL media yang dibuffer pada pH 1,2; 4,5; dan 6,8 dan suhu 37 +/- 0,5derajat celcius. Profil disolusi dianalisis dengan membandingkan profil disolusi dengan parameter similiarity factor (f2).Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 2 produk dari 4 produk kaplet amoksisilin  memiliki kemiripan profil disolusi terhadap produk pembanding yaitu produk A dan B, sementara 2 produk yang lain tidak memiliki kemiripan karena nilai f2 kurang dari sama dengan 50 pada pH 4,5 (produk C dan D). Kaplet yang diuji memiliki dimensi yang hampir sama, semua kaplet memenuhi persyaratan keseragaman sediaan, kekerasan, waktu hancur dan disolusi.Kesimpulan: Kaplet amoksisilin yang beredar tidak semuanya memiliki kemiripan profil disolusi dibandingkan produk pembanding. Kata kunci : kaplet, amoksisilin, disolusi, similiarity factor
Pengaruh Amilum Singkong (Manihot esculenta, Crantz) Native dan Pregelatinized Terhadap Laju Disolusi Tablet Parasetamol I Gusti Ngurah Agung Dewantara Putra; Retno Murwanti; Abdul Rohman; Teuku Nanda Saifullah Sulaiman
Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy) Vol 7, No 1 (2018): Oktober
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37013/jf.v7i1.44

Abstract

AbstractAmilum banyak digunakan sebagai eksipien dalam formulasi farmasi, salah satunya karena dapat dicampur dengan obat apapun dan bersifat inert tanpa menimbulkan reaksi kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode preparasi amilum singkong (Manihot esculenta, Crantz) native dan pregelatinized yang digunakan sebagai pengikat terhadap laju disolusi tablet parasetamol dengan metode granulasi. Amilum native dan amilum pregelatinized yang dihasilkan dari singkong diuji karakteristik sifat fisik untuk mengetahui kemampuan sebagai pengikat tablet. Tablet parasetamol yang dihasilkan dari ke dua metode dibandingkan laju disolusi dengan menggunakan medium buffer phosphate pada suhu 37 ± 0,5 °C (pH 5,8; 50 rpm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode preparasi amilum singkong berpengaruh terhadap laju pelarutan tablet. Amilum pregelatinized sebagai pengikat pada tablet paracetamol menunjukkan nilai Q (93,17 ± 0,01)% sedangkan amilum native menunjukkan nilai Q (81,76 ± 0,20)%. Penggunaan amilum singkong pregelatinized sebagai pengikat pada tablet parasetamol menghasilkan sifat karakteristik fisik yang lebih baik dibandingkan dengan amilum native.
FORMULASI MOUTHWASH MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) SERTA UJI ANTIBAKTERI DAN ANTIBIOFILM TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans SECARA IN VITRO Ardiana Dewi Yosephine; Martha Purnami Wulanjati; Teuku Nanda Saifullah; Puji Astuti
Majalah Obat Tradisional Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.692 KB) | DOI: 10.22146/tradmedj.8036

Abstract

Basil leaves (Ocimum basilicum L.) contain essential oil that have been reported to have antibacterial activity. Based on this antibacterial activity, basil oil can be developed as mouthwash to prevent a dental plaque. This study aims to investigate the influence of tween 80 (as emulsifying agent) and glycerin (as stabilizer) on physical characteristics of the mouthwash, the ratio between tween 80 and glycerin for best stability, and in vitro antibacterial and antibiofilm activity of the mouthwash against Streptococcus mutans. Basil oil was extracted by water and steam distillation, then was formulated into mouthwash with a variation amount of tween 80 and glyserin. Antibacterial and antibiofilm activities weretested with micro dilution method. Result of study showed that tween 80 gives significant increase on viscosity and glycerin on specific mass when they were added at more than 2.5 mL in 50 mL mouthwash. From five formulas, formula with ratio of tween 80 and glycerin =  3.75 mL : 1.25 mL was found to be the best. Basil mouthwash showedin vitro antibacterial and antibiofilm activities against Streptococcus mutans. This product had MIC of 0.1 % v/v with 87,50 ± 3,33 % of bacterial inhibition. The MIC of biofilm formation and biofilm degradation was 0.1 % v/v and 0.2 % v/v, with % inhibition and degradation of 77,52 ± 0,82 % and 57,64 ± 6,09 %, respectively.