Claim Missing Document
Check
Articles

METODE PEMBERIAN KOLKISIN TERHADAP RESPON MORFOLOGIS TANAMAN ZAITUN (Olea europeae L.) Rahayu, Tintrim; Hayati, Ari
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.075 KB)

Abstract

Olive ( Olea europaea L. ) is a species native to the Mediterranean growing since 4000 BC. Colchicine (C22H25O6N) Represents white alkaloid derived from tubers of plants (Colchichum autumnale L.). These compounds can block the formation of threads spindle in cell division, causing cells can not divide and forming individual polyploidy. Polyploidy are organisms that have more than two sets of chromosomes or genome in the cell somatisnya. This study aims to investigate the response of plant morphological olive (Olea europeae L.) to the method and the concentration of colchicine. Experimental research methods used were designed using a randomized block design (RAK) factorial and consists of two treatment factors, namely droplets, immersion, and the combination of (drip and immersion), the second factor is the concentration of colchicine 0.25%, 0.5%, 0.75%, and 1%. The results showed that the concentration of colchicine effect on plant morphological olive (Olea europeae L.), the best response to the morphological olive crop is the drip method either a drop or two drops on plant height, diameter and number of leaves. The results of the analysis (ANOVA Test) also states that provide significantly different results then performed LSD (Least Significant Differences) to know the difference between methods.Zaitun (Olea europaea L.) merupakan jenis tanaman asli daerah Mediterania yang tumbuh sejak 4000 SM. Kolkisin (C22H25O6N) Merupakan senyawa alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari umbi tanaman (Colchichum autumnale L.). Senyawa ini dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel, sehingga menyebabkan sel tidak dapat membelah dan terbentuklah individu poliploidi. Poliploidi adalah peristiwa penggandaan krmosom sehingga mempunyai lebih dari dua sel atau genom dalam sel somastisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon morfologis tanaman zaitun (Olea europeae L.) terhadap metode dan konsentrasi pemberian kolkisin. Metode penelitian yang digunakan eksperimental yang dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial dan terdiri dari dua faktor  perlakuan yaitu tetesan, perendaman, dan kombinasi (tetes dan perendaman), faktor kedua yaitu konsentrasi kolkisin 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, konsentrasi pemberian kolkisin berpengaruh pada morfologis tanaman zaitun (Olea europeae L.), respon terbaik pada morfologis tanaman zaitun adalah dengan metode tetesan baik satu tetes maupun dua tetes pada tinggi tanaman, diameter, dan jumlah daun. Hasil analisis (Uji Anova) menunjukkan bahwa memberikan hasil berbeda nyata selanjutnya dilakukan uji LSD (Least Significant Differences) untuk mengetahui perbedaan antar metode. Metode tetesan merupakan metode terbaik dalam pemberian kolkisin dilihat dari tinggi tanaman, diameter, dan pertambahan jumlah daun dibanding dengan perendaman, maupun kombinasi (tetes dan perendaman).Kata Kunci: Zaitun (Olea europeae L.), Kolkisin, Metode.
Perlakuan Asam Amino dalam Partikulasi Asap dan Hormon terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Zaitun (Olea europaea) Niam, Lutfi; rahayu, tintrim; hayati, ari
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 1, No 1 (2015): Kearifan Lokal dan Biologi pada Usaha Perbaikan Kualitas Habitat
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.113 KB)

Abstract

Tanaman zaitun (Olea europaea L.) memiliki banyak manfaat. Ekstrak daun zaitun bisa digunakan sebagai antioksidan, anti inflamasi, anti mikroba, murunkan tekanan darah, gula darah, kanker, mengencerkan darah yang telalu kental, kardiovaskuler dan penyakit degeneratif. Produksi zaitun di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara Mediterania sehingga budidaya zaitun harus terus dikembangkan. Budidaya zaitun dilakukan dengan stek teknik Microcutting. Keberhasilan stek dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis tanaman. Asam amino dan hormon tumbuhan berpengaruh terhadap fisiologis tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam amino dan hormon tumbuhan dalam pupuk cair biogen serta kombinasinya terhadap pembentukan stek pucuk zaitun (Olea europaea L.). menggunakan metode eksperimen  Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat 20 perlakuan terdiri dari kontrol, asam amino triptofan fenil alanin, konsentrasi pupuk biogen 2,3,4 cc dalam 1 liter air. dengan frekuensi semprot satu minggu satu kali, dua kali dan dua minggu satu kali serta kombinasi asam amino dengan pupuk biogen. Data yang diperoleh diuji statistik menggunakan sidik ragam jika pengaruh dilanjutkan uji BNT 5%. Asam amino triptofan & fenilalanin, hormon dalam pupuk biogen berpengaruh terhadap pertumbuhan stek pucuk zaitun.     Kata kunci: Zaitun (Olea europaea L.), Asam Amino, Hormon.   
PERASAN MACAM BUAH ANGGUR (Vitis vinivera L.) SEBAGAI PENETRALISIR MERKURI (Hg) DENGAN METODE UVAL Marhumah, Siti; Rahayu, Tintrim; Hayati, Ari
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (997.043 KB)

Abstract

Mercury (Hg) is heavy metal can be free radicals and in nature are toxic if accumulates excessive in the human body. Grape (Vitis vinifera) is plants which can overcome negative impact because it contains vitamin C as antioxidant and capable of preventing free radicals .There are different types of grapes (red , black , and green) that have the vitamin C in contrast to the potential of Hg neutralization. This research aims to review the role of grapes on the most effective in decreasing free radicals and grape is most potent as mercury neutralization in 10 ppm HgCl2 solution using Uval tested methods. The design used the two factors experiment. First, it is concentration of grapes; 1 % , 2 % , 3 % , 4 % , 5 % , and 6%. The second factor is kind of grapes (red, black and green). Control is HgCl2 10 ppm cause full black circle of spot. Data analysed a sort of descriptive set quantitative and qualitative to circle of spot according to the scale 1-6 and measuring area of spot on aluminium foil. The result showed red grape has smallest area of black spot at 4%. Red, black, and green grapes have influence as mercury neutralization and no black spot area on aluminium foil or clean in 5 % concentration.Merkuri (Hg) merupakan logam berat yang dapat menjadi radikal bebas dan bersifat toksik jika terakumulasi berlebihan dalam tubuh manusia. Anggur (Vitis vinifera L) merupakan tanaman yang dapat mengatasi dampak negatif tersebut karena mengandung vitamin C sebagai antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas. Ada beberapa jenis buah anggur (anggur merah, anggur hitam, dan anggur hijau) yang kandungan vitamin C nya berbeda dengan potensi penetralisir yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran buah anggur pada konsentrasi yang paling efektif dalam menimalisir radikal bebas dan anggur paling berpotensi sebagai penetralisir merkuri pada larutan HgCl2 10 ppm dengan menggunakan metode uji UVAL. Metode percobaan digunakan eksperimental dengan 2 faktor. Pertama konsentrasi dari buah anggur; 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%. Faktor kedua jenis anggur (anggur merah, anggur hitam dan anggur hijau). Sebagai kontrol adalah HgCl2 10 ppm menyebabkan lingkaran noda hitam penuh. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif  kepada noda berdasarkan skala 1-6 dan mengukur luas noda pada alumunium foil. Hasil penelitian menunjukkan pada anggur merah memiliki luas noda hitam paling kecil pada konsentrai 4%. dari semua anggur yaitu anggur merah, anggur hitam, dan anggur hijau berpengaruh sebagai penetralisir merkuri dan tidak ada noda hitam pada aluminium foil atau bersih pada konsentrasi 5%.
Studi Etnobotani dan Keragaman Pisang Buah (Musaceae) Pada Masyarakat Tradisional Pandalungan Desa Krai Lumajang Firdausi, Nilam; Hayati, Ari; Rahayu, Tintrim
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 1, No 1 (2015): Kearifan Lokal dan Biologi pada Usaha Perbaikan Kualitas Habitat
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.328 KB)

Abstract

Pisang merupakan tanaman rakyat yang dapat tumbuh di hampir seluruh tipe agroekosistem. Penggalian pemanfaatan suatu tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu ilmu botani yang lazim dikenal dengan Etnobotani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang tanaman pisang buah (Musaceae) di Desa Krai Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang. Dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015. Metode yang digunakan adalah metode survey acak terpilih (purposive random sampling).  Sampel dilakukan di Desa Krai pada 3 Dusun yaitu Dusun Sentono, Krajan, dan Kebunan. Pengambilan Data  Dilakukan Dengan mengambil data berupa data pemanfaatan tanaman pisang dikumpulkan dengan melakukan wawancara dan kuisioner kepada responden petani / pembudidaya tanaman pisang, pengolah /pengrajin dan pegguna pisang secara umum.Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa persepsi masyrakata Desa Krai Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang di 3 Dusun yaitu sangat tinggi dalam aspek pemanfaatan tanaman pisang buah (Musaceae). Masyrakat banyak mengetahui manfaat semua organ tanaman pisang dari akar, batang daun, buah, bunga bahkan kulit yang dianggap limbah dapat dimanfaatkan sebagai obat. Tanaman juga biasa digunakan sebagai adat istiadat pada saat pernikahan dan saat syukuran pindah rumah. Namun, masyarakat jarang sekali untuk memanfaatkan untuk keterampilan.
PERANAN PENAMBAHAN BAP DAN NAA PADA PERTUMBUHAN KALUS KEDELAI (Glycine max Merr) MENGGUNAKAN MEDIA B5 Nofanda, Hesti; Rahayu, Tintrim; Hayati, Ari
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.498 KB)

Abstract

Soybean is known as a protein source for the nutrient content and protein content is very important and safe for consumption. The main cause is the decline in the quality of production of soybean production and pest attack. One way that is optimal for the regeneration of callus into shoots, therefore the researchers performed regeneration method callus into shoots through the stages in vitro. This method is by way of regeneration through callus through stages of organogenesis and embryogenesis. The resultof this study use experimental method and data analysis ANOVA test for a completely randomized design (CRD). Deuteronomy done three times, each given a BAP concentration control, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm and given the concentration control NAA, 0.2 ppm, 0.3 ppm, 0.4 ppm. Callus has been through the stages of subculture undergo different color changes this because the callus change  color because  there changes in pigment, light, part of the plant used as explants. This is due to inadequate nutrition which is in the media so that a callus treatment discoloration. The result showed that the concentrations of different hormones that give different results in the formation of callus. Callus formation varied between PGR concentration tested. The result of descriptive analysis showed that the average value of each treatment has not difference obvious. The result of ANOVA test obtained significance value of 0.99 and a significance value> α of 5%, the decision was taken H0is accepted, which there is no any significance difference of the four treatment groups.Regenerasi kalus dalam kultur jaringan, hal ini dapat berupa regenerasi kalus menjadi tunas dalam tahapan in vitro. Dalam regenerasi melalui kultur jaringan ada tahapan – tahapan organogenesis dan embriogenesis. Metode eksperimen dilakukan dalam penelitian, denganRancangan Acak Lengkap (RAL) sedangkan data dianalisismenggunakan uji anova. Penambahan BAP dan NAA berbagai kosentrasi BAP, kontrol; 2 ppm ; 3 ppm ; 4 ppm dan kosentrasi NAA, kontrol; 0,2 ppm; 0,3 ppm; 0,4 ppm.induksi kalus dilakukan dengan menggunakan hormon 2,5-D 4 ppm dalam media B5.BAP dan NAA dilakukan dalam subkultur dari kalus yang terbentuk. Hasil penelitian ini terlihat bahwa pertumbuhan kalus yang semula berwarna putih terjadi perubahan. Perlakuan BAP 3 ppm dan NAA 0,3 ppm kalus berubah menjadi hijau, hal ini menunjukkan warna hijau akan tumbuh menjadi tunas. Ternyata pemberian kosentrasi yang berbeda akan menghasilkan variasi warna maupun struktur kalus. Ternyata perlakuan kontrol menunjukkan warna hijau dengan struktur kompak, sedangkan perlakuan BAP 4 ppm dan NAA 0,4 ppm bewarna coklat kekuningan dengan struktur remah. Secara deskriptiv berat maupun diameter mengalami peningkatan pada BAP 4 ppm dan NAA 0,4 ppm mengalami peningkatan dari 0,63 g menjadi 4,21 g dan mengalami peningkatan diameter sebesar 0,38 g menjadi 0,67 g dibandingkan dengan perlakuan kontrol tidak mengalami peningkatan. Sehingga hasil yang terbaik pada kombinasi BAP 4 ppm dan NAA 0,4 ppm. pada hasil uji anova menunjukkantidak adanya perbedaan signifikan pada 4 kelompok perlakuan tersebut.
In Silico Screening of Schleichera oleosa Phytocompounds as Estrogen Receptors Alpha Inhibitors for Breast Cancer Pratiwi, Radita Intan Aisyah; Rahayu, Tintrim; Mubarakati, Nurul Jadid
JSMARTech: Journal of Smart Bioprospecting and Technology Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : JSMARTech

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jsmartech.2020.002.01.14

Abstract

Abstrak: This study aimed to predict the potential activity, toxicity, and interaction of fifteen bioactive compounds from Schleichera oleosa as estrogen receptors alpha inhibitors via in silico analysis. Active compound was downloaded from the PubChem database, and the 3D structure of the human estrogen receptor alpha (ERα) was obtained from the Protein Data Bank database with 4-Hydroxytamoxyfen as a positive control. The interaction of bioactive compounds with macromolecule was examined via a molecular specific docking using AutoDock Vina with PyRx 9.5 software. The protein was visualized using Discovery Studio 4.1. The drug-likeness property and human intestinal absorption of those fifteen bioactive compounds were evaluated through absorption, distribution, metabolism, and excretion (ADME) analysis using the pkCSM online tool program. The interactions between proteins and ligands are largely through the formation of hydrogen and van der Waals bonds. The binding energy of lupeol acetate, lupeol, schleicheol 1, betulinic acid, betulin, beta-sitosterol, schleicherastatin 7, schleicherastatin 2, schleicherastatin 4, scopoletin, schleicherastatin 3, schleicherastatin 1, schleicherastatin 6, schleicherastatin 5 alpha and schleicherastatin receptors including -8.3, -8.3, -7.1, -7.1, -6.7, -6.6, -6.6, -6.5, -6.5, -6.3, -6.2, -6.2 -6.1, -5.9 and -5.5 kcal / mol, respectively . The in silico ADME analysis also revealed that lupeol and lupeol acetate were the best active compound that passes the test based on the Lipinski rule, ADME, and toxicity. Therefore, it can be stated that Schleichera oleosa has potential as an inhibitor of alpha estrogen receptors. The inhibitory activity of alpha estrogen receptors has led to new breakthroughs in plant-based medicinal products, particularly for breast cancer. Keyword: Schleichera oleosa, alpha estrogen receptors, phytocompound, breast cancer and in silico
Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Biji Kelor (Moringa olifera) Ainur Rofiq; Saimul Laili; Tintrim Rahayu
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i2.2193

Abstract

Moringa plants are one of the not only a source of food, medicine, and animal feed, they can also be an alternative energy source of fuel (biodiesel) that is environmentally friendly because the seeds contain relatively high oil. Plants are easy to grow on critical land or dry land. Moringa plants are a viable choice to be developed as a food source and; also energy. Moringa (Moringa oleifera) is a native species from the Middle East including India, Pakistan, Bangladesh, and also Indonesia, but in the real conditions, the rural environment moringa plants are less noticed and have not been cultivated. In general, the moringa is bred by cuttings but this method will inhibit the plant because the root fibers are only in cuttings and grafting. The aim of the study was to determine the effective concentration of Moringa seeds in germination. Experimental methods were used with five treatments, namely control, 25, 50, 75, and 100% and four replications. The number of research units is 20 plots / media using coconut water. The measured parameters were the number of germination, length, number of roots, root length, the number of leaves of sprouts. The treatment of 25% (P1) gave consistently optimal growth compared to the others. On the twelfth day the optimal sprout is at a concentration of 25%. Keywords: Moringa, germination, coconut waterABSTRAK Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman tidak hanya sebagai sumber pangan, pengobatan, dan makanan ternak, tanaman ini juga dapat sebagai sumber energi alternatif bahan bakar (biodiesel) yang ramah lingkungan karena di dalam bijinya mengandung minyak relatif tinggi. Tanaman mudah tumbuh di lahan kritis atau lahan kering. Tanaman kelor menjadi pilihan yang layak untuk dikembangkan sebagai sumber pangan dan ; juga energi. Kelor (Moringa oleifera)  adalah spesies asli dari Timur Tengah termasuk India, Pakistan, Bangladesh, dan juga Indonesia, tetapi pada kondisi real, di pedesaan tanaman kelor kurang diperhatikan dan belum dibudidayakan. Secara umum tanama kelor dikembangbiakan dengan setek atau cangkok dan cara ini akan menghambat tanama karena akar serabut hanya ada di setek dan cangkok. Tujuan penelitian adalah untuk menetahui konsentrasi yang efektif terhadap biji kelor dalam perkecambahan.  Digunakan metode esperimen  dengan lima perlakuan yaitu kontrol, 25, 50, 75, dan 100% dan empat ulangan. Jumlah unit penelitian ada 20 plot/media dengan  menggunakan air kelapa. Parameter yang diukur yaitu jumlah perkecambahan, panjang, jumlah akar, panjang akar, jumlah daun kecambah secara konsisten pada perlakuan 25% (P1) memberikan pertumbuhan yang optimal dibanding lainnya. Pada hari ke duabelas perkecambahan optimal adalah pada konsentrasi 25%.  Kata kunci: kelor, perkecambahan, air kelapa 
Analisis Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrakk Biji Sangrai Kopi Robusta (Coffea canephora) dari Tanaman Hasil Pemupukan Organik dan Anorganik Farah Aida Qotrun Nada; Tintrim Rahayu; Ari hayati
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v3i2.8100

Abstract

Ground coffee is coffee beans that have been roasted, ground or ground so that they have a smooth shape. The purpose of this study was to determine the content of compounds in robusta coffee roasted seed extract (Coffea canephora) from plants produced by organic and inorganic fertilization, and to know the difference in compounds between the results of organic and inorganic fertilization. The characteristics of phytochemical screening were carried out qualitatively on alkaloids, flavonoids, tannins, terpenoids and saponins and the antioxidant activity was carried out by the DPPH (1,1-dipenyl-2-picrihidrazil) method. Phytochemical screening characteristic test results show that robusta coffee bean extract extract from the results of organic and inorganic fertilization both contain flavonoids, alkaloids, tannins, and saponins, while the antioxidant test activity of robusta coffee beans extracts shows differences based on the results of statistical tests of linear regression analysis with the IC50 value the highest antioxidant content was inorganic coffee roasted bean extract only 14.0629 ppm compared to the organic roasted extract with a value of 30.6159 ppmKeywords: Robusta Coffee (Coffea canophora), Phytochemical Screening, DPPH MethodABSTRAKKopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai digiling atau ditumbuk sehingga mempunyai bentuk halus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa dalam ekstrak biji sangrai kopi robusta (Coffe canephora) dari tanaman hasil pemupukan organik dan anorganik, dan mengetahui perbedaan senyawa antara hasil pemupukan organik dan anorganik. Karakteristik skrining fitokimia dilakukan secara kualitatif yang dilakukan terhadap alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid dan saponin dan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrihidrazil). Hasil uji karakteristik skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak biji sangrai kopi robusta dari hasil pemupukan oganik dan anorganik keduanya sama mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, dan saponin,  sedangkan pada aktifitas uji antioksidan ekstrak biji sangrai kopi robusta menunjukan perbedaan berdasarkan hasil uji statistik analisis regresi linear dengan nilai IC50 kadar antioksidan paling tinggi adalah ekstrak biji sangrai kopi anorganik hanya 14,0629 ppm dibandingkan dengan ekstrak sangrai dari organik dengan nilai 30,6159 ppm.Kata kunci : Kopi Robusta (Coffea canophera), Skrining Fitokimia, Metode DPPH
Profil Histokimia dan Analisis In Silico Senyawa Metabolit Sekunder pada Daun Zaitun (Olea europaea L.) Lailatul Maghfiroh; Tintrim Rahayu; Ari Hayati
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i1.1132

Abstract

Olive (Olea europaea L.) is a plant that is native of the Mediterranean region which was also able to grow in Indonesia. The plants contain secondary metabolite that will be useful for a survival of a certain species. One of the tests to know a compound of the secondary metabolite on the leaves of zaitun is the histochemical analysis. The knowledge about secondary metabolite containing on a tissue of cell can be done the continued testing for ensure secondary metabolite profile of the compound in form of 3D molecular structure that is using in silico analysis. The research aimed to know the histochemical profile and structure of 3D molecular secondary metabolite of olive leaves. The method was used descriptive-qualitative and the research was done two stages; histochemical testing and was continued with visualization of the chemical structure by ‘in silico’ method in form of chemical structure 3D image. The result showed that histochemical analysis at five these secondary metabolites contained in olive leaves; the terpenoids, an alkaloid, phenolic, lipophilic, and flavonoid. While the tannin compound undetectable. All these secondary metabolite containing in olive leaves can be seen in form of 3D structure.Keywords: Olive (Olea europaea L.), secondary metabolites, histochemical, In silicoABSTRAKZaitun (Olea europaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Mediterania yang juga dapat tumbuh di Indonesia. Tanaman zaitun mengandung metabolit sekunder yang bermanfaat untuk pertahanan hidup suatu species tertentu. Salah satu pengujian untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder pada daun zaitun adalah dengan analisis histokimia. Pengetahuan tentang kandungan metabolit pada suatu jaringan sel dapat dilakukan pengujian lanjut untuk memastikan profil senyawa metabolit sekunder tanaman dalam bentuk struktur 3D molekular, yaitu menggunakan analisis In silico. Penelitian bertujuan untuk mengetahui profil histokimia dan struktur molekuler 3D metabolit sekunder daun zaitun. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan penelitian ini dilakukan dengan 2 tahapan; uji histokimia dan dilanjutkan dengan visualisasi struktur kimia metode in silico berupa struktur kimia gambar 3D. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis histokimia pada lima metabolit sekunder terkandung pada daun zaitun yaitu terpenoid, alkaloid, fenolik, lipofil, dan flavonoid. Sedangkan senyawa tannin tidak terdeteksi. Semua senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada daun zaitun dapat dilihat dalam bentuk struktur 3D.Kata kunci: Zaitun (Olea europaea L.), Metabolit sekunder, Histokimia, In silico
Pengaruh Air Kelapa (Cocos nucifera L) dengan Medium VW terhadap Pertumbuhan Protocorm Anggrek secara in vitro Edi Santoso; Tintrim Rahayu; Ari Hayati
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v3i1.7208

Abstract

Phalaenopsis sp is one of the types of orchids native to Indonesia with high commercial value, but these orchids are quite difficult to cultivate because the seeds are microscopic and do not have endosperm that need to be cultivated in vitro. In vitro orchid cultivation requires a suitable supporting medium. This study aims to determine the effect of coconut water (Cocos nucifera L) using VW medium on the growth of Phalaenopsis sp protocorm orchid in vitro. Research has been carried out at the DD Orchid Nursery Network Culture Laboratory Dadaprejo Junrejo, Batu, East Java, starting from November to January 2020. This study uses a Completely Randomized Design (CRD) to compare different concentrations of coconut water (Cocos nucifera L) as ie, 0%, 15%, 30%, and 60% treatment. Each concentration was repeated 5 times and each repetition consisted of 5 bottles of Phalaenopsis sp. Protocorm and cultured for 4 weeks. The results showed that the highest number of protochromes and shoots were produced at the same concentration, namely 150 ml / L coconut water treatment (15% concentration) with an average number of 64 protocorms and 14 shoots. Keywords: Coconut water (Cocos nucifera L), Phalaenopsis sp., In vitro, growthABSTRAKPhalaenopsis sp merupakan salah satu jenis anggrek asli Indonesia dengan nilai komersial yang tinggi, tetapi anggrek ini cukup sulit dibudidayakan karena bijinya bersifat mikroskopis dan tidak memiliki endosperm sehingga perlu dibudidayakan secara in vitro. Budidaya anggrek secara in vitro memerlukan medium pendukung yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air kelapa (Cocos nucifera L)  menggunakan medium VW terhadap pertumbuhan protocorm anggrek Phalaenopsis sp secara in vitro. Telah dilakukan penelitian di Laboratorium Kultur Jaringan DD Orchid Nursery Dadaprejo Junrejo Kabupaten Batu Jawa Timur, dimulai dari bulan November sampai dengan bulan Januari 2020. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk membandingkan beberapa konsentrasi air kelapa (Cocos nucifera L) yang berbeda  sebagai perlakuan yaitu, 0 %, 15%, 30%, dan 60 %. Masing-masing konsentrasi dilakukan 5 kali pengulangan dan setiap pengulangan terdiri dari 5 botol protocorm Phalaenopsis sp  dan dikultur selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah protokrom dan tunas terbanyak dihasilkan pada konsentrasi yang sama, yaitu perlakuan air kelapa 150 ml/L (konsentrasi 15%) dengan rata-rata jumlah  64 protocorm dan 14 tunas.Kata kunci : Air kelapa (Cocos nucifera L), Phalaenopsis sp., in vitro, pertumbuhan.