Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PER UPAYA PENANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) YANG DIDARATKAN DI PPN BRONDONG, LAMONGAN, JAWA TIMUR Azkia, Lana Izzul; Fitri, Aristi Dian Purnama; Triarso, Imam
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Vol 4, No 4: Oktober, 2015
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.897 KB)

Abstract

Kakap Merah (Lutjanus sp.) merupakan komoditas ekspor yang memiliki harga rata-rata tertinggi dibandingkan ikan lainnya di PPN Brondong. Penelitian ini bertujuan menganalisis hasil tangkapan per upaya penangkapan sumberdaya Kakap Merah yang didaratkan di PPN Brondong dan menganalisis pola musim penangkapan sumberdaya ikan Kakap Merah yang didaratkan di PPN Brondong. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey dan deskriptif. Metode penentuan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 90 orang responden. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui hasil tangkapan per upaya penangkapan adalah analisis CPUE dan standarisasi alat tangkap sedangkan untuk mengetahui pola musim penangkapan digunakan metode rata-rata bergerak. Hasil penelitian menunjukkan nilai Hasil tangkapan per upaya penangkapan atau CPUE (Catch Per Unit Effort) sumberdaya Kakap merah yang didaratkan di PPN Brondong tahun  2008-2014 berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan dengan nilai rata-rata CPUE sebesar 3511,40 kg/trip/tahun. Berdasarkan nilai IMP diketahui bahwa musim puncak penangkapan Kakap merah terjadi pada bulan November.   Red snapper (Lutjanus sp.) is export comodity had the highest average price from the other fishes in Brondong Arcipelagic Fishing Port. The purpose of this research to analyze Catch Per Unit Effort of red snapper resources landed in Brondong Archipelagic Fishing Port, Lamongan and analyze fishing season pattern of red snapper resources landed in Brondong Archipelagic Fishing Port, Lamongan. The method in this research was survey and descriptive method. The sampling method was purposive sampling with 90 respondent. Data Analysis to know Catch Per Unit Effort used CPUE analysis and fishing gear standaritation method, while data analysis to know fishing season pattern used moving average method. The result showed that Catch Per Unit Effort of red snapper resources landed in Brondong Archipelagic Fishing Port, Lamongan have fluctuation and inclined to be down. Based on the index was known that the peak fishing season fishing occurs in November.
POLA SPASIAL DAN TEMPORAL KEGIATAN PENANGKAPAN RAJUNGAN NELAYAN BETAHWALANG KABUPATEN DEMAK Lana Izzul Azkia; Muhammad Fedi Alfiadi Sondita; Eko Sri Wiyono
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.349 KB) | DOI: 10.15578/jppi.25.2.2019.67-77

Abstract

Desa Betahwalang merupakan sebuah sentra pendaratan rajungan yang terletak di pesisir Kabupaten Demak Jawa Tengah. Kegiatan penangkapan rajungan adalah mata pencaharian utama nelayan Betahwalang. Lokasi dan waktu pengoperasian alat penangkapan ikan menentukan besar biaya operasional dan kualitas rajungan. Ketersediaan data dan informasi secara spasial dan temporal adalah faktor keberhasilan dalam kegiatan penangkapan dan sejauh ini belum tersedia secara rinci. Penelitian ini bertujuan mengkaji lokasi dan waktu penangkapan rajungan oleh nelayan Betahwalang dalam dua musim, yaitu musim angin barat (musim hujan) dan musim angin timur (musim kemarau). Data diperoleh dari wawancara terhadap 30 responden per jenis alat tangkap (bubu, arad, dan jaring insang dasar). Informasi tentang lokasi dan waktu penangkapan rajungan diplot langsung pada sebuah peta grid berukuran 1 km x 1 km. Selanjutnya, informasi dari peta tersebut dipindahkan ke peta grid berukuran 10 km x 10 km. Lokasi penangkapan dominan nelayan bubu di perairan sekitar bagian barat Betahwalang (zona E5) pada musim angin barat dan di perairan sekitar bagian utara Semarang (zona F6) pada musim angin timur, sementara lokasi penangkapan dominan nelayan arad adalah perairan sekitar bagian utara Semarang (zona F6) baik pada musim angin barat maupun timur; untuk lokasi penangkapan dominan nelayan jaring insang dasar pada musim angin barat adalah perairan sekitar bagian barat Betahwalang (zona G5) dan perairan sekitar bagian utara Semarang (zona F6) pada musim angin timur.Betahwalang is center of blue swimming crab (BSC) landing place in coastal area of Demak, Central java. BSC fishing is the main livelihood of betahwalang fishing community. The fishing area and fishing time determine the operational cost and BSC quality. The availability of data and information on spatial and temporal is successful factors in BSC fishing bussiness and these were not available yet. This study aimed to assess BSC fishing area and fishing time of Betahwalang fisher in two seasons, i.e westerly monsoon wind (wet season) and easterly monsoon wind (dry season). Data were collected through interview to 30 respondent for each type of fishing fleet (traps, mini trawl and bottom gill net). Information on fishing area and fishing time was plotted on the grid map 1 km x 1 km, then transferred to a grid map 10 km x 10 km. The result showed that the major fishing area of collapsible trap on the west monsoon around western of Betahwalang waters (zone E5), while during east monsoon they operated around northern of Semarang (zone F6). The major fishing area of mini trawl during west and east monsoon was on the waters around northern of Semarang (zone F6). The major fishing area of bottom gillnet on the west monsoon was around western of Betahwalang (zone G5), while east monsoon around northern of Semarang (zone F6).
PROPORTION OF LEGALLY SIZE BLUE SWIMMING CRABS CAUGHT BY FISHERMEN IN BETAHWALANG VILLAGE Lana Izzul Azkia; Muhammad Reza; Septi Malidda Eka Putri
Journal of Aquatropica Asia Vol 7 No 2 (2022): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Jurusan Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/joaa.v7i2.3421

Abstract

Blue swimming crab is a fishery product with high economic value in Indonesia. Betahwalang Village, Demak, is one of the crab fisheries locations in the province of Central Java. High selling prices and processing industry demand encourages fishing activities. One issue brought on by increased fishing activity is the smaller crab size. It will impact the crab fishing industry in Betahwalang. The majority of the fisherman in Betahwalang Village catch crabs using arad nets, simple gill nets, and traps. This study aims to evaluate the size of crab catch results on fishing gear used by fishermen and recommend proper fishing gear for catching crabs. This research was conducted in April 2019. The catch size of crab was the primary data collected for this study, also with data on fishing grounds, methods, and characteristics of fishing gear. Data were collected by observation, interviews, and measurements of fishing gear and the carapace width of the crab. The results of data collection and processing were analyzed descriptively. The results showed that the highest proportion of legal size crabs (carapace width ≥10 cm) was caught in traps, while the proportion of unlegal size crabs caught was mostly in bottom gillnets and mini trawl.
Karakteristik mikroplastik pada ikan layang (Decapterus ruselli) dan ikan nila (Oreochromis niloticus) di Pasar Rau, Kota Serang Desy Aryani; Afifah Nurazizatul Hasanah; Fitri Afina Radityani; Devi Faustine Elvina Nuryadin; Lana Izzul Azkia
Habitus Aquatica Vol 4 No 1 (2023): Habitus Aquatica : Journal of Aquatic Resources and Fisheries Management
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/HAJ.4.1.1

Abstract

Microplastics are a type of plastic waste that can contaminate water, soil, plants, animals, and humans. Microplastic waste from freshwater, include industry, agriculture, and anthropogenic activities, can be a source of microplastic pollution in the sea. Tilapia (Oreochromis niloticus) and Indian scad (Decapterus ruselli) are omnivorous fish that live in the water column. Usually, tilapias are cultivated in fresh water while Indian scads are caught directly from the sea. Microplastic identification using stereo microscope found a total of 158 microplastics in the gills, stomach and intestines of tilapia, while as many as 411 microplastics have been found in the gills, stomach, and intestines of scad fish. The number of microplastic fragments in the gills, stomach, and intestines of fish dominates, comes from the plastic fragmentation of polypropylene and polyethylene materials. The second most common type of microplastic is fiber, recognized by its long shape and resembling a rope or thread derived from fiber nets and household appliances. In fish body, fiber-type microplastics can clump together or form knots that can block the digestive tract and block the passage of food. Film type microplastics were found in the least amount from the three fish organs analyzed. This film types are identified as polyethylene and polypropylene polymers in the form of thin sheets from the degradation of plastic packaging. They have the lowest density of other types of microplastics.
Strategy to Development of Ecotourism in Kiluan Bay Lampung Muhammad Reza; Lana Izzul Azkia; David Julian; Rizha Bery Putriani
Jurnal Biologi Tropis Vol. 23 No. 2 (2023): April-June
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v23i2.4853

Abstract

Kiluan Bay is a coastal region in Tanggamus Regency, Lampung Province, with a very high potential for tourism. Increased levels of tourists may have a negative impact on Kiluan Bay's natural resources, one of which is the accumulation of trash. The ecosystem at Kiluan Bay may be impacted by trash accumulation, especially plastics. If these issues are not properly handled, it will have an impact on the sustainability of tourism activities and the preservation of the environment. Even so, this will have an effect on the local economy. In order to reduce the negative impacts of tourism activities that are not environmentally friendly, it is thought that the concept of ecotourism needs to be implemented at Kiluan Bay. The purpose of this study is to establish ecotourism development strategies that emphasize community knowledge at the local level. Survey techniques and interviews with relevant persons were used to collect the data. The results of the data collection were analyzed using a SWOT analysis to determine the alternative strategies required to support the implementation of the ecotourism concept in Kiluan Bay. The research showed that Kiluan Bay's ecotourism development is positioned in quadrant V (Growth/Stable). This viewpoint suggests that the ecotourism development strategy in Kiluan Bay, Lampung, must take the most of the existing opportunities. Developing an ecotourism management approach in Kiluan Bay that involves the community directly is one strategy that had to be implemented.
SOSIALISASI PERAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA DI SMK NEGERI 7 KOTA SERANG Ginanjar Pratama; Hendrawan Syafrie; Erik Munandar; Fahresa Nugraheni Supadmaningsih; Fitri Afina Radityani; Afifah Nurazizatul Hasanah; Lana Izzul Azkia; Devi Faustine Elvira Nuryadin; Bhatara Ayi Meata; Desy Aryani
Jurnal Pemberdayaan Maritim Vol 5 No 2 (2023): Journal of Maritime Empowerment
Publisher : Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Penjaminan Mutu, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/jme.v5i2.5639

Abstract

Hutan mangrove sudah banyak diketahui sebagai salah satu plasma nutfah yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Namun, pada saat ini keberadaan hutan mangrove sangat memprihatinkan karena banyaknya kasus deforestasi, pembalakan liar dan kasus ilegal lainnya yang menjadikan perubahan fungsi dari hutan mangrove. Kepedulian generasi penerus terhadap ekosistem hutan mangrove harus diperkenalkan sejak dini. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga ekosistem hutan mangrove agar tetap lestari dan dapat berkembang dengan baik tanpa ada tekanan dari luar. Oleh karena itu kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan peran hutan mangrove sebagai mitigasi bencana pada siswa SMK Negeri 7 Kota Serang. Metode yang digunakan adalah ceramah, transfer knowledge, dan penyuluhan kepada 60 siswa dari berbagai angkatan. Antusiasme yang tinggi dari para siswa menjadi salah satu indikasi keberhasilan transfer knowledge yang dilakukan pada saat sosialisasi yang harapannya dapat dilanjutkan menjaga mangrove di kehidupan mendatang.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DAN PERAN SERTIFIKASI HALAL PRODUK PANGAN LOKAL UMKM DALAM MENUNJANG KETAHANAN PANGAN TINGKAT RUMAH TANGGA Siti Widiati; Lana Izzul Azkia
Sebatik Vol. 27 No. 1 (2023): Juni 2023
Publisher : STMIK Widya Cipta Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46984/sebatik.v27i1.2275

Abstract

Produk pangan lokal erat dengan budaya masyarakat sehingga menjadi ciri khas suatu daerah. Tumbuhnya usaha tersebut mendorong perekonomian dalam menunjang ketahanan pangan pelaku usahanya. Peningkatan permintaan produk pangan lokal diupayakan dengan meningkatkan rasa percaya konsumen terhadap produk melalui sertifikasi halal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis strategi pengembangan usaha produk pangan lokal dan menganalisis peran sertifikasi dalam menunjang ketahanan pangan pelaku usaha di UMKM Abinisa. Penelitian ini dianalisis dengan analisis SWOT dan Coping Strategy Index (CSI). Penyusunan strategi pengembangan usaha produk pangan lokal di UMKM Abinisa dilakukan dengan mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal kekuatan yang paling besar adalah produk yang berbasis pangan lokal, pemasaran produk yang luas dan sudah memiliki pelanggan tetap. Faktor internal kelemahan terbesar yaitu akses modal terbatas. Faktor eksternal peluang yang terbesar adalah pemasaran produk yang dilakukan secara offline maupun online. Faktor ancaman terbesar adalah banyaknya persaingan dengan produk lokal lainnya. Kondisi usaha produk pangan lokal di UMKM Abinisa berada pada Grow And Build. Strategi yang dapat dilakukan antara lain: meningkatkan sarana dan prasarana terutama dalam proses dan bahan baku pengolahan produk. Strategi tersebut perlu dikembangkan untuk meningkatkan pemenuhan pangan keluarga. Mekanisme pemenuhan pangan keluarga berada pada Taraf I, tidak melakukan Langkah drastis pada Taraf II dan Taraf III. Hal ini tidak terlepas dari peran sertifikat halal di UMKM Abinisa yang berbasis olahan telur dan pangan lokal di Provinsi Banten. Sertifikat Halal mampu meningkatkan penjualan produk sehingga ekonomi pelaku usaha lebih berdaya dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan menunjang ketahanan pangan tingkat rumah tangga.