Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Reshaping the Culture: Improving and Integrating Social Capital to Affirm Land Use Control A Case of Bali in Democratic Decentralization Era Putra, I Wayan Indrabayu Pandi; Pratama, Reba Anindyajati
International Journal of Planning and Development Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.238 KB)

Abstract

Abtsract: One of the important issues emergences in the context of spatial planning is about community participation. In Indonesia, this issue widely spread in line with development of decentralization system and low level of trust to government. In Bali, problem in land management became crucial issue in regard with rocket development of tourism sector. Triangle conflicts among Indigenous Village, State Government and investor became a common things today. Social capital as an instrument of control is absolutely necessary to monitor the implementation of spatial planning. In regard with endogenous concept in contemporary urban planning, and considering the weakness and limitations of current land use control tools this paper discus and propose an idea to enforce the uses of social capital to support and affirm land use control. This paper began with elaboration of the challenges and conflict of land management in Bali, followed by analysis weakness and limitations of existing regulations and finally ends up with an idea to enforce the function of social capital through institutional reform. Based on the discussion, integrating social capital can be done through accommodating the value into concept of spatial planning and involving indigenous village as institution control for the implementation of spatial plan.Keywords: indigenous, land conflict, participation, social capital, spatial planning
The Influences of Migrant Settlement To The Local Community: An Analysis of Socio - Economic Aspect (Case of Ampenan and Sekarbela, Mataram Municipality) Pratama, Reba Anindyajati
JURNAL PEMBANGUNAN WILAYAH & KOTA Vol 11, No 4 (2015): JPWK Vol 11 No 4 December 2015
Publisher : Magister Pembangunan Wilayah dan Kota,Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.539 KB) | DOI: 10.14710/pwk.v11i4.11600

Abstract

Many cities in Indonesia are experiencing the high level of migration as the symptom urbanization process. In the other hand, the presence of the migrant in the urban area will bring changes to the local environment. As the case, Central Statistical Bureau reported Mataram has experienced 31% of recent migration in the province or recorded 36.326 new migrant during 2007-2012. Furthermore, Ampenan as one of the main sub district has been split into Sekarbela to accommodate the pressure of urban demand. This research aims to eradicate the existence of migrant and its influences in Ampenan and Sekarbela from socio-economic aspects. Specific objectives of the research are; eradicating the interaction between migrant and the place, and analyzing the influences of migrant settlement to the local community. This research finds there are different patterns on how lower and upper-middle migrant resided and contributed to the area of Ampenan and Sekarbela. The lower-middle migrant tend to have more influence to the informal sector and social relationship in the old town of Ampenan. The upper-middle migrant tend to have more influence in socio-economic transformation of the local people in Sekarbela due to the need of the new development.
ENERGI TERBARUKAN DAN PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI PALM OIL MILL EFFLUENT Santoso, Arif; Suwedi, Nawa; Pratama, Reba Anindyajati; Susanto, Joko Prayitno
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18 No. 1 (2017)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.83 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v18i1.956

Abstract

Biodiesel kelapa sawit diprediksi oleh banyak kalangan menjadi andalan sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN) yang paling tinggi produktivitasnya dibandingkan dengan sumber BBN lainnya. Proses produksi biodiesel kelapa sawit berpotensi mencemari lingkungan akibat dari keluaran limbah padat (tandan buah kosong, serat, cangkang buah dan abu bakar) dan limbah cair kelapa sawit (palm oil mill effluent/POME). Makalah ini mengevaluasi dan mendiskusikan potensi penangkapan gas metan dari POME sebagai energi terbarukan dan estimasi penyelamatan emisi karbon yang dihasilkan selama proses produksi BBN. Data kualitas dan kuantitas gas metan yang diperoleh dari studi ini akan diadaptasikan dengan nilai faktor energi dan faktor emisi dari sumber pustaka yang terpercaya. Hasil evaluasi dan perhitungan menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas POME menentukan jumlah gas metan yang dihasilkan secara signifikan. Hasil inventori energi mencatat bahwa potensi energi yang dihasilkan dari penangkapan gas metan dari POME berkisar 427,2 MJ/FU (fungsional unit). Nilai energi ini menaikkan net energy ratio (NER) dari 3,19 menjadi 3,31 atau sebesar 3,4 %. Inovasi penangkapan gas metan ini juga menghasilkan penyelamatan emisi gas karbon sebesar 126,4 kg/FU atau mengurangi emisi karbon sekitar 8,2 % dari nilai yang umum terjadi. Kata kunci : biodiesel, kelapa sawit, POME, emisi karbon, NER
Strategi Perencanaan dan Rekayasa Lingkungan untuk Mewujudkan Ekosistem Mangrove Berkelanjutan Studi Kasus Kawasan Science Techno Park Penajam Pratama, Reba Anindyajati; Widodo, Lestario
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 19 No. 1 (2018)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.239 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v19i1.2549

Abstract

Perubahan paradigma pembangunan Indonesia telah mendorong pengembangan sektor maritim. Di sisi lain perlindungan ekosistem mangrove dari ancaman pembangunan infrastruktur pesisir juga menjadi isu penting, salah satunya di Kabupaten Penajam Paser Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mencarialternatif dan strategi pengembangan kawasan yang berwawasan lingkungan di kawasan NSTP. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keberadaan National Science Techno Park (NSTP) dapat menyebabkan perubahan ekosistem mangrove. Hutan mangrove yang ada adalah mangrove primer di perairan tenang, dengan kerapatan tinggi. Desain pengembangan kawasan NSTP perlu memperhatikansirkulasi air untuk ekosistem mangrove. Rekayasa lingkungan diarahkan pada pembangunan kanal dengan lebar 10 m, kedalaman 6 m sepanjang 500 m dan 250 m. Konservasi spasial diarahkan pada ketentuan kawasan terbangun tidak melebihi 30%.
PELUANG PENGUATAN BANK SAMPAH UNTUK MENGURANGI TIMBULAN SAMPAH PERKOTAAN STUDI KASUS: BANK SAMPAH MALANG Pratama, Reba Anindyajati; Ihsan, Iif Miftahul
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18 No. 1 (2017)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.594 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v18i1.1743

Abstract

Banyak faktor yang dapat menyebabkan semakin meningkatnya jumlah timbulan sampah di kota Malang, antara lain meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk serta tidak bertambahnya jumlah dan luasTempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Meskipun terdapat Bank Sampah Malang (BSM), jumlah sampah yang diolah oleh BSM masih rendah apabila dibandingkan dengan volume timbulan sampahyang dihasilkan penduduk kota Malang. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat potensi penguatan BSM sebagai salah satu inovasi untuk mengurangi keberadaan sampah di TPA. Metode yang digunakandalam penelitian ini berdasarkan perhitungan menggunakan koefisien Generation Rate dari jumlah penduduk yang berpotensi menghasilkan volume timbulan sampah . Hasil penelitian diperoleh beberapaskenario untuk meningkatkan peran BSM yaitu diversifikasi produk melalui komposting dan ekspansi afiliasi melalui sekolah. Berdasarkan skenario perhitungan diversifikasi produk melalui komposting setiaptahunnya akan mengurangi sampah organik sebesar 337,680 kg/tahun. Sedangkan berdasarkan skenario perhitungan ekspansi afiliasi melalui sekolah dapat mengurangi sampah sebesar 326,040 kg/tahun.Kata kunci: sampah, bank sampah malang, tempat pembuangan akhir, diversifikasi produk, ekspansiafiliasi
KEBUTUHAN KARBON AKTIF UNTUK PENGURANGAN DIOKSIN PADA GAS BUANG CEROBONG INSINERATOR PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK Dewanti, Dian Purwitasari; Ma'rufatin, Anies; Oktivia, Ressy; Pratama, Reba Anindyajati
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 13 No. 1 (2020): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jrl.v13i1.4292

Abstract

Pembentukan dioksin dalam flue gas suatu insinerator untuk pembakaran sampah perkotaan hanya bisa dihilangkan dengan Activated Carbon (AC) atau karbon aktif. Tujuan penelitian ini yaitu menghitung kebutuhan maksimum dan minimum karbon aktif untuk mengendalikan emisi dioksin dalam flue gas suatu insinerator berkapasitas 100  ton/hari. Metode yang digunakan yaitu menghitung potensi flue gas dari pembakaran. Dari flue gas yang didapatkan, kebutuhan maksimum AC ditetapkan sebesar 200 mg/Nm3 flue gas, dan untuk kebutuhan minimum dihitung berdasarkan efisiensi penyerapan dioksin/furan oleh AC pada berbagai variasi efisiensi absorpsi. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kebutuhan maksimum AC adalah 249,41 kg per hari dan kebutuhan minimum untuk efisiensi absorpsi 90%, 95%, dan 100% masing-masing adalah 8,89 kg, 11,40 kg, dan 215, 47 kg. Apabila dioksin yang dilepas ke udara dengan efisiensi 95% masih berada di bawah baku mutu WHO, maka kebutuhan AC dapat diminimalisir. Jika pada efisiensi absopsi 95% masih belum mencapai baku mutu, maka jumlah AC yang dibutuhkan untuk efiensi 100% menjadi 18,9 kali lebih banyak. Perhitungan kebutuhan AC tersebut akan berlaku apabila kondisi semua peralatan pada sistem Air Pollution Control (APC) dalam insinerator mampu beroperasi secara optimal. Kata kunci: karbon aktif, dioksin, insinerator, sampah domestik
BIOFILTER SEBAGAI PERANGKAP BAU PADA UNIT PRETREATMENT SAMPAH Mulyanto, Adi; Pratama, Reba Anindyajati; Nugraha, Yosep Widi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 13 No. 1 (2020): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jrl.v13i1.4293

Abstract

Pemerintah Republik Indonesia memandang perlu untuk melakukan percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan pada daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota tertentu yang dituangkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018. Mengingat bahwa kondisi sampah di Indonesia masih tercampur dan belum memungkinkan untuk langsung diproses secara termal untuk menjadi energi listrik, maka sampah harus mengalami proses pendahuluan (pretreatment). Pretreatment bertujuan untuk mengkondisikan sampah sehingga sesuai dengan persyaratan sebagai umpan instalasi pengolah sampah termal. Persyaratan tersebut antara lain bahwa sampah harus terbebas dari material berukuran besar, bebas dari unsur logam dan PVC (Polivinil Khlorida), mempunyai nilai kalor paling tidak 1500 kkal/kg, dan mempunyai kandungan air tidak lebih dari 45%. Dengan demikian, proses pretreatment memerlukan waktu tinggal yang cukup di suatu lokasi. Hal ini mempunyai dampak bau yang ditimbulkan oleh sampah tersebut. Dengan penerapan teknologi biofilter, dampak bau tersebut dapat diminimalisir. Kata kunci: pretreatment, sampah, biofilter.
ALTERNATIF PROSES BLEACHING UNTUK MEWUJUDKAN INDUSTRI PULP & PAPER YANG BERKELANJUTAN; REVIEW TEKNOLOGI Pratama, Reba Anindyajati; Sopiah, Nida; Sitomurni, Amita; Hernaningsih, Arie
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 14 No. 2 (2021): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Industri pulp and paper merupakan salah satu kelompok industri ekstensif terhadap sumberdaya alam. Proses produksi yang menggunakan bahan kimia mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan. Artikel ini bertujuan untuk menelaah mengenai alternatif teknologi proses bleaching (pemutihan) untuk mewujudkan industri pulp and paper yang ramah lingkungan.Telaah terhadap permasalahan ini dilakukan dengan pendekatan eksploratif terhadap literatur dan sumber data sekunder yang relevan. Eksplorasi utama difokuskan pada proses pemutihan pulp sebagai proses pembuatan pulp kimia yang paling tercemar. Beragai alternatif teknologi yang lazim dilakukan adalah Elemental Chlorine Free (ECF) maupun Totally Chlorine Free (TCF). Dalam praktiknya, industri melakukan kombinasi rangkaian proses yang dilakukan dengan pilihan tersebut, yang meliputi Oxygen Delignification ataupun Ozone Bleaching. Keberadaan ECF sebagai salah satu laternatif proses pemutihan pulp tidak jauh lebih buruk dari TFC. Proses pemutihan dengan ECF yang dikombinasikan dengan delignifikasi oksigen, dengan konsumsi energi yang lebih rendah dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dan menghasilkan serat yang lebih kuat dibandingkan dengan proses pemutihan TCF.
Adaptation of Coastal and Small Island Communities on the Assessment and Application of Clean Water Technology Provision: Adaptasi Masyarakat Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terhadap Kaji-Terap Teknologi Pemenuhan Ketersediaan Air Bersih PRATAMA, REBA ANINDYAJATI; HANIF, MUHAMMAD
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 23 No. 1 (2022)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.481 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v23i1.5062

Abstract

ABSTRAKPemenuhan akses air bersih yang laik bagi masyarakat merupakan isu ke-6 dari 17 isu tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB). Tujuan berkelanjutan ini bertumpu pada pilar ekonomi, sosial dan lingkungan yang diperkuat oleh peran teknologi. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki tantangan yang relatif lebih besar ditengah isu perubahan iklim dalam memenuhi ketersediaan air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model aplikasi teknologi tepat guna melalui analisis adaptasi masyarakat dalam pemenuhan akses air bersih. Masyarakat desa Mare Kofo dan Mare Gam di Pulau Mare, Provinsi Maluku Utara yang terdiri dari ketua RT/RW dan pemangku kepentingan setempat sebagai object dalam riset ini. Metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk menginvestigasi tingkat adaptasi masyarakat. Analisis data dilakukan melalui tahap pengumpulan data sekunder skala kota, pengamatan lapangan dan wawancara.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Pulau Mare telah melakukan adaptasi dalam memenuhi kebutuhan air bersih dengan menggunakan sumur bor komunal yang dikelola oleh pemerintah desa setempat dan teknologi pemanenan air hujan. Diperoleh pula bahwa potensi maksimal hasil tangkapan air hujan pada hunian terkecil dengan luasan atap rumah 42 m2 adalah sebesar 56.915 liter per tahun, atau setara dengan 65% dari kebutuhan air bersih domestik.Kata Kunci: Air Bersih, Masyarakat Pesisir, Pengkajian Teknologi, Adaptasi, Pulau-pulau KecilABSTRACTProviding access to clean water for the community is the 6th goal of 17 (seventeen) sustainable development goals (SDGs). The SDGs are based on economic, social, and environmental pillars that are strengthened by the role of technology. Coastal areas and small islands have relatively more significant challenges amid climate change issues in meeting the availability of clean water. This research aims to develop an appropriate technology application model through analyses on community adaptation in fulfilling access to clean water. The village community of Mare Kofo and Mare Gam, Mare Island, North Maluku Province, consisting of local wards and local stakeholders as the research objects. Qualitative and quantitative methods were applied to investigate the level of community adaptation. Data analysis was carried out through the stages of collecting secondary city-scale data, field observations, and interviews. This study indicate that the people of Mare Island have adapted to meet their clean water needs by using communal drilled wells managed by the local village government and rainwater harvesting technology. It was also found that the maximum potential for rainwater catchment in the smallest dwelling with a roof area of 42 m2 is 56,915 liters per year, or equivalent to 65% of domestic clean water needsKeywords: Clean Water, Coastal Community, Technology Assessment, Adaptation, Small Islands