Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

INTERVENSI PSIKOEDUKASI DALAM MENGATASI STIGMA DAN HAMBATAN KOMUNIKASI PADA TEMAN TULI YANG TERGABUNG DALAM GERKATIN KEPEMUDAAN Sutrisnadipraj, Grace; Shesilia K, Nathasya; Putri F, Sheila; Yulianto, Yessica; Handayani, Penny; Sembiring, Weny Pandia
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 2, No 1 (2019): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.848 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v2i1.4348

Abstract

Semua individu berhak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam berbagai aspek kehidupan. Namun,perolehan hak yang sama tidak selalu terjadi pada individu-individu yang mengalami disabilitas, termasuk individudengan disabilitas tuna rungu atau yang dikenal dengan sebutan “Teman Tuli”. Salah satu organisasi khusus yangdibentuk untuk mewadahi Teman Tuli muda dan anak-anak tuli di Indonesia adalah Gerkatin Kepemudaan (Gerakanuntuk Kesejahteraan Tuli Indonesia). Tujuan dibentuknya Gerkatin Kepemudaan ini adalah agar muda-mudi bisa lebihpercaya diri, mandiri, dan setara dengan orang dengar, serta memperkuat kapasitas anak muda tuli untuk menghasilkanpemimpin, baik untuk masyarakat tuli ataupun masyarakat Indonesia. Pada saat ini, Teman Tuli di Indonesiamenggunakan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) untuk berkomunikasi. Bahasa isyarat adalah bahasa yangmenggunakan gerakan tangan, kepala, tubuh dan sebagainya, terutama diciptakan oleh orang tuli dan untuk orang tuli(kadang-kadang untuk pendengar). Namun pada saat ini jumlah Teman Dengar yang dapat memahami BISINDOmasih sangat minim karena kurangnya sosialisasi BISINDO kepada masyarakat luas. Teman Tuli yang jumlahnyaterbilang tidak sedikit ini masih harus menghadapi stigma dari masyarakat luas, dan di saat yang sama juga mengalamikesulitan dalam kehidupan sehari-hari karena kurangnya fasilitas, sarana, dan prasarana yang mendukung. Tujuandilakukannya intervensi untuk mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif terhadap Teman Tuli, meminilasir stigmaterhadap Teman Tuli oleh para Teman Dengar yang cenderung negatif, dan membuka aksesbilitas komunikasi denganTeman Tuli melalui Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO).
Pengembangan Kapasitas Pengasuh dan Orangtua Daycare Rumah Bahagia Surabaya Kristiani, Reneta; Handayani, Penny; Wolting, Roelofje; Ardani, Aurelia; Franztius, David Nicholas
WARTA LPM WARTA LPM, Vol. 24, No. 2, April 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.563 KB) | DOI: 10.23917/warta.v24i2.12343

Abstract

Daycare Rumah Bahagia (DCRB) memberikan layanan bagi anak-anak buruh agar mendapatkan pemenuhan hak pengasuhan yang optimal selama orang tua mereka bekerja di pabrik. Namun hingga saat ini DCRB belum memiliki pengasuh yang kompeten untuk Anak-Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan terakhir sebagian besar pengasuh adalah SMA. Demikian pula dengan orang tua ABK yang kurang memahami kondisi anak mereka karena sulitnya mendapatkan akses layanan kesehatan maupun psikologis, serta terkendala masalah biaya. Oleh karena itu, kegiatan pengembangan kapasitas dilakukan untuk para pengasuh dan orang tua DCRB. Tujuannya agar pengasuh dan orang tua dapat lebih memahami anak-anak berkebutuhan khusus. Kegiatan pengembangan kapasitas ini menyasar langsung orang tua dan pengasuh serta secara tidak langsung demi kesejahteraan anak-anak. Metode kegiatan pengembangan kapasitas: 1) kegiatan konseling individual untuk orang tua; 2) seminar bagi seluruh orang tua dan pengasuh; 3) pembekalan untuk pengasuh mengenai cara stimulasi dan penanganan anak berkebutuhan khusus. Selain itu, diberikan juga alat bantu untuk memetakan anak berkebutuhan khusus. Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman orang tua dan pengasuh mengenai perkembangan dan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Orang tua dan pengasuh juga semakin terampil dalam mengasuh dan memberikan stimulasi untuk anak berkebutuhan khusus. Pengasuh kini mampu memantau perkembangan anak dan melakukan deteksi dini ABK sehingga dapat menyusun kurikulum dan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak. Saran bagi kegiatan pengabdian masyarakat berikutnya agar melakukan analisis kebutuhan pengelolaan daycare dan memberikan pelatihan program pembelajaran individual untuk anak berkebutuhan khusus serta memberikan pelatihan yang lebih mendalam kepada pengelola daycare dan pengasuh mengenai pendidikan inklusi.
ANALISIS KEBUTUHAN DAYCARE UNTUK ANAK BURUH DI KAWASAN BERIKAT NUSANTARA CAKUNG Handayani, Penny; Kristiani, Reneta; Kawatu, Florentina Resa; Sembiring, Weny Pandia; Sutarno, Herman Josep
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.9481.2020

Abstract

The protection and fulfillment of children's rights are the responsibility of the father and mother. However, for parents who work as laborers, this is difficult to do because of long working hours, working shift systems, heavy workloads, dual role conflicts of women workers, economic pressure, weak social support from extended families, and family conflicts. APSAI, ISBS, LPM-UAJ, and the Workers Union Organization built a collaboration to provide quality daycare services for child workers in industrial areas. The Cakung Bonded Zone (KBN) was chosen as the pilot project. KBN Cakung was chosen as an area where it is important to have daycare facilities because the majority of workers are women. Based on the results of this study, it is hoped that the need for daycare establishment at KBN Cakung can be identified. It is hoped that KBN Cakung will become the first industrial area to support efforts to fulfill children's rights with quality through a daycare in industrial areas. The data collection design used was a mixed-method (quantitative and qualitative) to produce a broader understanding of the needs and patterns of early childhood care in KBN, Cakung. Questionnaire and FGD guide instruments were used to identify the context of patterns and needs of early childhood care for workers in KBN. Based on the results of the needs mapping of 12 child participants in the target age range of beneficiaries, 11 parents who work in factories and 11 parents who do not work in the factory but live around KBN Cakung, the following results are obtained: (1) There is a need for the availability of child care service facilities. early, but facilities are not yet available, (2) Parents care about child caregivers and are ready to contribute a maximum of IDR 500,000 per month (including food), (3) Potential beneficiary children want a safe, spacious, simple environment, and caregivers that can make children comfortable and can be invited to play, (4) The necessary care for children is what can make children: smart, healthy, safe and independent. Perlindungan dan pemenuhan hak anak menjadi tanggung jawab ayah dan ibu. Namun pada orangtua yang berprofesi sebagai buruh, hal ini sulit dilakukan karena jam kerja yang panjang, bekerja dengan sistem shift, beban kerja yang berat, konflik peran ganda buruh perempuan, tekanan ekonomi, lemahnya dukungan sosial dari keluarga besar, serta konflik keluarga. APSAI, ISBS, LPM-UAJ, dan Organisasi Serikat Pekerja membangun kerjasama untuk menyediakan layanan daycare berkualitas bagi anak-anak pekerja di kawasan industri. Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung dipilih sebagai pilot project. KBN Cakung terpilih sebagai kawasan yang penting memiliki fasilitas daycare adalah jumlah pekerja yang mayoritas perempuan. Berdasarkan hasil kajian ini diharapkan dapat diketahui kebutuhan pendirian daycare di KBN Cakung. Diharapkan KBN Cakung menjadi kawasan industri yang pertama mendukung upaya pemenuhan hak anak yang berkualitas dengan adanya daycare di kawasan industri. Desain pengambilan data yang digunakan adalah mixed method (kuantitatif dan kualitatif) untuk menghasilkan pemahaman yang lebih luas tentang kebutuhan dan pola pengasuhan anak usia dini di KBN, Cakung. Instrumen kuesioner dan panduan FGD digunakan untuk mengidentifikasi konteks pola dan kebutuhan pengasuhan pada anak usia dini pada pekerja di KBN. Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan terhadap 12 partisipan anak rentang usia target penerima manfaat, 11 orangtua yang bekerja di pabrik dan 11 orangtua yang tidak bekerja di pabrik namun tinggal di sekitar KBN Cakung, didapatkan hasil sbb: (1) Ada kebutuhan tersedianya fasilitas layanan penitipan anak usia dini, tetapi fasilitas belum tersedia, (2) Orangtua peduli dengan pengasuh anak dan siap berkontribusi maksimum Rp 500.000 per bulan (sudah termasuk makanan), (3) Anak-anak calon penerima manfaat ingin ada lingkungan yang aman, luas, sederhana, dan pengasuh yang dapat membuat nyaman serta bisa diajak bermain, (4) Pengasuhan anak yang dibutuhkan adalah yang dapat membuat anak : pintar, sehat, aman dan mandiri.
GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) DI SEKOLAH INKLUSI SMKN 60 JAKARTA Ignatia Michelle Sutandhi; Laurentia Sirena Limma; Maria Angelina Hapan; Gabriella Karthika Lesmana; Renita Anastasya; Penny Handayani
PSIKOVIDYA Vol 19 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9096.566 KB)

Abstract

Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan adalah hak semua orang termasuk orang dengan berkebutuhan khusus (difabel). Sekolah merupakan sebuah institusi atau lembaga yang mewadahi proses pendidikan formal yang dapat diterima oleh siapapun termasuk anak berkebutuhan khusus. Sekolah inklusi merupakan wadah bagi anak berkebutuhan khusus untuk belajar dan mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya bersama-sama dengan anak reguler dalam satu kelas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat komunikasi interpersonal anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak reguler yang menempuh pendidikan di sekolah inklusi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kelompok yang besar komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh subyek kurang baik, tetapi dalam kelompok yang lebih kecil komunikasi interpersonal subyek lebih baik namun tidak sempurna karena dalam kelompok kecilpun faktor kesamaan kurang terlihat karena memang subyek merasa dirinya berbeda dan teman-temannya juga tidak memperlakukan dia seperti teman-teman regulernya. 
GAMBARAN ASPIRASI PERCINTAAN REMAJA PEREMPUAN TUNANETRA SLB X JAKARTA Giovana Engracia; Cut Austenite Yuras; Sarah Andruina; Dessyca Prasetyo; Nadia Chendana; Penny Handayani
PSIKOVIDYA Vol 19 No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8174.415 KB) | DOI: 10.37303/psikovidya.v19i1.56

Abstract

Langkah awal yang dilakukan wanita untuk mencerminkan perkembangan kedewasaannya adalah mencari dan memilih pasangan hidup. Hal tersebut dimulai dari masa remaja yang kebanyakan waktunya dihabiskan untuk berkencan. Bagi seorang wanita, kriteria fisik terkadang menjadi suatu hal yang penting untuk mencari dan memilih pasangan hidup. Hal tersebut dikarenakan penampilan fisik merupakan sesuatu yang dapat diamati dan dinilai oleh orang sekelilingnya. Adanya disabilitas mempengaruhi pengalaman pribadi dan keyakinan individu yang bersangkutan dan orang-orang disekitarnya. Konsekuensi psikologis dan sosial dari disabilitas merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap keberfungsian individu dalam kehidupannya sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian grounded research. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aspirasi, berupa minat, dorongan, cita-cita, dan harapan tentang kehidupan percintaan remaja perempuan tuna netra. Berdasarkan unit analisisnya penelitian ini dilakukan secara berkelompok dan individual. Focus Group Discussion dilakukan bersama dengan lima orang dan wawancara mendalam dilakukan kepada tiga orang. Semua perserta merupakan remaja perempuan tuna netra totally blind di Sekolah Luar Biasa X. Hasilnya menunjukkan bahwa bagi remaja perempuan tuna netra totally blind di Sekolah Luar Biasa X, cinta adalah bentuk kasih sayang yang ditunjukkan oleh pasangan, yang dipengaruhi oleh gender. Peneliti juga menemukan bahwa aspirasi cinta bagi mereka merupakan gambaran ideal akan sosok pasangan hidup sebagai akomodasi pemenuhan kebutuhan individu. Kebutuhan tersebut adalah afeksi, tanggung jawab dan perlindungan.
PELATIHAN KERAJINAN TANGAN DAN PEMBUKUAN KEUANGAN SEDERHANA PADA PARA IBU KOMUNITAS PEMULUNG TAMAN INDIRA Reneta Kristiani; Penny Handayani; Vella Adrivioneta; Dyah Ayu Permatasari; Meyrin Meyrin; Maria Imaculata Merviani; Dara Aprilia Christianty
Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Keguruan dan Pendidikan (JPM-IKP) Vol 3, No 1 (2020): Jurnal Pengabdian Masyarakat (JPM-IKP)
Publisher : FKIP Universitas Trilogi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31326/jmp-ikp.v3i1.607

Abstract

Sebagian besar warga di Komunitas Taman Indira Pondok Ranji bekerja sebagai pemulung. Kurangnya sumber pemasukan keuangan menjadi keluhan para ibu di komunitas tersebut. Intervensi ini dilakukan dengan memberikan pelatihan kerajinan tangan, yaitu membuat barang-barang yang layak jual dari barang-barang bekas. Selain itu, diberikan juga pelatihan pencatatan pembukuan keuangan sederhana agar para ibu dapat mengelola keuangan mereka dengan baik. Kegiatan intervensi ini dilakukan dengan melibatkan metode partisipasi anggota komunitas (citizen participation) yang didasari pada metode pembelajaran Kolb, yaitu concrete experience, reflective observation, abstract conceptualization, serta active experimentation. Hasil pelatihan menunjukkan para ibu mampu membuat kerajinan tangan dari barang bekas serta mampu membuat pencatatan keuangan sederhana. Hasil tambahan, para ibu menjadi lebih peduli terhadap sesamanya.
Pengembangan Kapasitas Pengasuh dan Orangtua Daycare Rumah Bahagia Surabaya Reneta Kristiani; Penny Handayani; Roelofje Wolting; Aurelia Ardani; David Nicholas Franztius
WARTA LPM WARTA LPM, Vol. 24, No. 2, April 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/warta.v24i2.12343

Abstract

Daycare Rumah Bahagia (DCRB) memberikan layanan bagi anak-anak buruh agar mendapatkan pemenuhan hak pengasuhan yang optimal selama orang tua mereka bekerja di pabrik. Namun hingga saat ini DCRB belum memiliki pengasuh yang kompeten untuk Anak-Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan terakhir sebagian besar pengasuh adalah SMA. Demikian pula dengan orang tua ABK yang kurang memahami kondisi anak mereka karena sulitnya mendapatkan akses layanan kesehatan maupun psikologis, serta terkendala masalah biaya. Oleh karena itu, kegiatan pengembangan kapasitas dilakukan untuk para pengasuh dan orang tua DCRB. Tujuannya agar pengasuh dan orang tua dapat lebih memahami anak-anak berkebutuhan khusus. Kegiatan pengembangan kapasitas ini menyasar langsung orang tua dan pengasuh serta secara tidak langsung demi kesejahteraan anak-anak. Metode kegiatan pengembangan kapasitas: 1) kegiatan konseling individual untuk orang tua; 2) seminar bagi seluruh orang tua dan pengasuh; 3) pembekalan untuk pengasuh mengenai cara stimulasi dan penanganan anak berkebutuhan khusus. Selain itu, diberikan juga alat bantu untuk memetakan anak berkebutuhan khusus. Hasil dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman orang tua dan pengasuh mengenai perkembangan dan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Orang tua dan pengasuh juga semakin terampil dalam mengasuh dan memberikan stimulasi untuk anak berkebutuhan khusus. Pengasuh kini mampu memantau perkembangan anak dan melakukan deteksi dini ABK sehingga dapat menyusun kurikulum dan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak. Saran bagi kegiatan pengabdian masyarakat berikutnya agar melakukan analisis kebutuhan pengelolaan daycare dan memberikan pelatihan program pembelajaran individual untuk anak berkebutuhan khusus serta memberikan pelatihan yang lebih mendalam kepada pengelola daycare dan pengasuh mengenai pendidikan inklusi.
Proses Resiliensi Ayah Tunggal yang Memiliki Remaja Autisme Jannes Dinda Tricia; Penny Handayani
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 6 No 1 (2021): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V6I12021.22-43

Abstract

Kehadiran remaja autisme dapat mempengaruhi rutinitas dan pola hubungan keluarga. Individu membutuhkan kemampuan resiliensi agar dapat bangkit dan bertahan. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan proses resiliensi ayah tunggal yang memiliki remaja autisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Kedua partisipan merupakan ayah tunggal, karena istri meninggal lebih dari dua tahun sebelumnya dan memiliki remaja dengan gangguan autisme. Hasil penelitian menunjukkan kedua partisipan memiliki proses resiliensi yang berbeda, dilihat dari peningkatan pada pemahaman personal, lingkungan yang mendukung, dan kemampuan mengatasi masalah. Perbedaan yang dimaksud adalah kehadiran caregiver yang dimiliki sehingga partisipan kedua membutuhkan usaha yang lebih besar dalam menjalani proses resiliensi. Kesimpulan penelitian ini adalah kedua partisipan sudah mengalami antisipasi grief ketika istri sakit dan terdapat pengalaman mengasuh remaja autisme sehingga dapat membantu proses resiliensi ayah tunggal. Harmonisasi hubungan suami istri sangat diperlukan sedini mungkin sebagai persiapan jika salah satu pasangan meninggal dunia, serta keluarga dan teman diharapkan tetap memberikan dukungan.
Kontribusi sumber informasi pembentuk efikasi diri terhadap perilaku berwirausaha alumni pendidikan alternatif kewirausahaan Chatarina Shelda; Penny Handayani
Jurnal Ecopsy Vol 7, No 1 (2020): JURNAL ECOPSY
Publisher : Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.552 KB) | DOI: 10.20527/ecopsy.v7i1.8421

Abstract

The Psychological Development Program for Adolescents in PSAA Ceger and Tebet, Jakarta: A Needs Analysis Penny Handayani; Anissa Azzura
MITRA: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol 2 No 1 (2018): MITRA: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitra.v2i1.29

Abstract

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 and 4 are units of DKI Jakarta Social Service that provide alternative foster care for adolescents. As substitute for parents, PSAA is responsible for fulfilling the needs of the foster kids. Unfortunately, the service provided is inadequate, both from the quantity and the quality of the caregivers. That is, even though the kids’ physical needs are met, their psychological needs are often neglected. As a result, problems emerge, including the feeling of apprehension about their future after leaving the orphanage, which were worsened by their poor social and academic ability. These problems seem to stem from low level of self-efficacy, namely one’s confidence in the ability in organizing and carrying out actions needed to attain certain result, which in this case is to be able to survive outside the orphanage. As a means of intervention, a psychological development program was planned. To ensure the program effectiveness, a need analysis was carried out. The result showed that the skills needed by the kids include understanding oneself, positive attitude, understanding one’s learning style, time management, self-discipline, communication, teamwork, and goal-setting. Similar to adolescents in general, the kids’ relationship with their significant others greatly affect their emotion and motivation. Meanwhile, their idea about their future was not yet concrete or focused. Different approaches to the boys and girls were applied in executing the program, although generally, the use of video and game effectively was able to catch their attention. In order for the intervention to be thorough, the program was also provided to the caregivers.