Abdurrahman Mas’ud
State Islamic University (UIN) Walisongo, Semarang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Sunnism and ‘Orthodox” In the Eyes of Modern Scholars Abdurrahman Mas’ud
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 61 (1998)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.1998.3661.106-118

Abstract

Sesuai   dengan    judulnya, tulisan   ini membahas secara histoniografis   penyebutan   label "ortodoks'' untuk   menamai kelompok tertetu dalam wacana   keislaman.  Kaum orientalis sejak abad kedelapan belas telah   secara rutin menggunakan istilah ortodoks ini untuk menyebut kelompok Sunni, sebagai   lawan   dari kelompok Syi’ah maupun Khawarij yang mereka scbut scbagai   "heteredoks''. Label   "ortodoks''   tersebut melekat kepada   kelompok Sunni   utamanya   karena   perolehan dukungan politik khalifah Ummayah   maupun Abbasiyah sementara istilah "heredoks" teraplikasikan   kepada kelompok-kelompok   sempalan politik yang berseberangan   dcngan kekuatan   mayoritas, seperti   kelompok Khawarij dan Syi'ah.   Makalah ini lebih jauh lagi bcrusaha untuk mcnapaki penggunaan istilah ini olch para oricntalis sejak dari masa pra-modem.seperti Edward Gibbon  (1772-1794),   hingga    mas a modem  yaitu Ignaz Goldziher (1850-1921),   Duncan  MacDonald   (1863-1943).   D.S.   Margoliuth (1858-1940), Philip K.Hitti   (lahir   1886),  dan   H.A.R.Gibb  ( 1859-1940). Terlepas dari benar atau tidaknya   penyebutan   ini, istilah ortodoks untuk kaum Sunni Islam tersebut   memang berangkat dari proposisi yang beragam dari para orientalis, di samping latar belakang sosio-politik dan kultur mereka yang herlainan pula.  Namun begitu, pelabelan ini tampaknya memang mengandung problem. Para orientalis modern seperti Marshall G.S. Hodgson (w. 1960) dan Montgomery Watt (1.1905) dapat disebut sebagai kelompok revisionis dalam hal   ini.   Walaupun pemikiran Goldziher dalam hal ini masih mendominasi sebagian besar pemikir orientalis, namun kritik yang di,lontarkan oleh  Hodgson maupun Watt  membuka jalan untuk pemikiran ulang dalam penggunaan istilah  ini.  Bagi penulis, istilah-istilah seperti "ortodoks” maupun "heresy” sesungguhnya   tidak   dapat   dilepaskan dari fenomena sekularitas yang melanda   wacana keagamaan.   Oleh karenanya penggunaan istilah ini  tidak boleh  dilepaskan   dari   konteksnya,   dan pelabelan yang   semena-mena  terhadap   kelompok  Sunni  sebagai   ortodoks  justru akan mengaburkan penggambaran  sejarah  Islam  itu sendiri.