Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Genetic Variation of Eight Indonesian Swamp-Buffalo Populations Based on Cytochrome b Gene Marker M. Rusdin; D. D. Solihin; A. Gunawan; C. Talib; C. Sumantri
Tropical Animal Science Journal Vol. 43 No. 1 (2020): Tropical Animal Science Journal
Publisher : Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (710.189 KB) | DOI: 10.5398/tasj.2020.43.1.1

Abstract

Genetic variation is a major concern in animal genetic resources conservation program. This study aimed to analyze genetic variation and phylogeography of eight Indonesian swamp-buffalo populations based on cytochrome b gene marker. A total of 78 DNA fragment samples originating from eight Indonesian swamp-buffalo populations were used in this study, namely Bombana Island, Bombana mainland, Kolaka, Konawe, North Toraja, West Nusa Tenggara, Banten, and Aceh with 11, 10, 13, 14, 10, 10, 5, and 5 samples, respectively. The cytochrome b gene sequence and genetic variation parameters were analyzed in MEGA software (ver 6), and DnaSP software (ver 5.10.01). The results of this study showed that all DNA-fragment samples were successfully amplified by PCR technique with the size target (906 bp). Based on the distribution of all samples, it was found 9 polymorphic sites, and 10 haplotypes with the haplotype diversities were 0.6590. The average of genetic distances between populations ranged from 0.0000-0.002. They were grouped into two main clusters. The first cluster consisted of Aceh, North Toraja, West Nusa Tenggara, Banten, Kolaka, and Konawe populations, meanwhile, the second cluster consisted of Bombana Island, Bombana mainland, Kolaka, and Konawe populations. The results of the study were concluded that eight Indonesian local swamp-buffalo populations were grouped into two main clusters where Bombana Island and Bombana mainland populations were specific breeds because they were only found in the second cluster and also had specific nucleotides sites on the 57 nucleotides which C base changed to T. The results of this study were useful in formulating the program of conservation and utilization of Indonesian buffalo genetic resources, especially in the buffalo population with specific breeds.
Haplotype Diversity of Swamp Buffalo and River Buffalo Based on Cytochrome B Gene: A Study of Meta-Analysis F. Saputra; A. Anggraeni; A. B. L. Ishak; A. Hafid; M. Rusdin; C. Sumantri
Tropical Animal Science Journal Vol. 44 No. 4 (2021): Tropical Animal Science Journal
Publisher : Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5398/tasj.2021.44.4.399

Abstract

Buffalo (Bubalus bubalis) is well known as a domesticated buffalo in Asia. The genetic diversity of buffaloes in Asia needs to be studied to ensure a proper breeding program. A meta-analysis study on the cytochrome b gene of the mitochondrial genome from various published data was conducted to evaluate genetic variation and haplo-geography of Asian buffaloes. A meta-analysis is used to provide a comprehensive view of the data. A total of 1369 swamp buffaloes Cytochrome B sequences (from Indonesia (79), Bangladesh (98), China (909), India (4), Laos (96), Taiwan (29), Thailand (54), and Vietnam (100)) and 91 river buffaloes (from China (42), Nepal (42), and Pakistan (7)) were used in this study. Cytochrome B sequences (678 bp) of Syncerus caffer, Bubalus arnee, Bubalus depressicornis, Bubalus quarlesi, Bubalus mindorensis, swamp buffalo, and river buffalo were determined for their haplotypes using DnaSP v6 program. Haplotypes were analyzed by Principal Coordinate Analysis (PCoA) using Adegenet Package and Hierarchical Clustering on Principal Components (HCPC) methods using Factoextra and FactoMineR Package in R-4.0.0 program. Bayesian analysis of genetic differentiation was implemented in BAPS 6.0. Furthermore, we found 56 haplotypes for swamp buffaloes in eight Asian countries and 5 haplotypes for river buffaloes in Pakistan. We also found 5 haplotypes for outgroup (B. arnee, S. caffer, B. depressicornis, B. quarlesi, B. mindorensis). Therefore, we found 66 haplotypes in total with outgroup sequences. Based on the PCoA results, three clusters were found. However, the HCPC found eight clusters. Based on HCPC, countries in East and South Asia have four maternal lineages. This is evidence that buffalo domestication has first occurred in East-South Asia. In conclusion, we found four maternal lineages of swamp buffalo and two maternal lineages of river buffalo from ten countries. We also found one maternal lineage for Syncerus caffer and one maternal lineage for B. depressicornis, B. quarlesi, and B. mindorensis.
Karakteristik Peternak dan Pertambahan Alamiah Sapi Bali di Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Dirman Dirman; Muh Rusdin; Rahim Aka
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol 4, No 3 (2022): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v4i3.27015

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik peternak dan pertambahan alamiah sapi Bali di Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah peternak sapi Bali yang ada di Kecamatan Rarowatu Utara sedangkan sampel penelitian adalah 54 orang peternak sapi Bali di Desa Tembe, Kelurahan Aneka Marga dan Desa Marga Jaya yang ditentukan secara Stratified Sampling. Variabel yang diamati meliputi karakteristik peternak dan pertambahan alamiah sapi Bali. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak sapi Bali di lokasi penelitian berada pada kisaran umur produktif (83,33%), tingkat pendidikan peternak masih rendah didominasi SD (55,56%), pengalaman beternak sebagian besar >5 tahun (90,74%) dengan sistem pemeliharaan 100% dilakukan secara semi insentif. Tingkat kepemilikan ternak sebagian besar cukup tinggi yaitu >10 ekor (44,44%). Persentase kelahiran dan kematian sapi Bali masing-masing sebesar 27,33% dan 1,87%, sehingga diperoleh pertambahan alamiah sapi Bali sebesar 25,46%. Pertambahan alamiah sapi Bali tersebut termasuk dalam kategori sedang.
Kualitas Spermatozoa Sapi Bali Setelah Preservasi Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur dan Madu Dengan Level Berbeda Andi Dzulqarnain; Takdir Saili; Muh Rusdin
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol 4, No 3 (2022): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v4i3.27026

Abstract

Madu sebagai tambahan bahan pengencer pada semen sapi Bali berpotensi dapat mempertahankan kualitas spermatozoa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas spermatozoa sapi Bali setelah diencerkan mengandung tris kuning telur dan madu dengan level berbeda, sebelum dan sesudah equilibrasi. Materi yang digunakan adalah semen segar sapi bali jantan dan madu.. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 16 unit satuan percobaan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian pengencer tris kuning telur dan madu dengan konsentrasi berbeda yang terdiri atas P0 (Tris kuning telur  + Gliserol 6%), P1 (Tris kuning telur + Gliserol 4% + madu lebah hutan 2%, P2 (Tris kuning telur + Gliserol 2% + madu lebah hutan 4%), dan P3 (Tris kuning telur + Madu lebah hutan 6%). Parameter yang dievaluasi adalah persentase motilitas dan viabilitas spermatozoa setelah pengenceran, persentase motilitas dan viabilitas spermatozoa setelah equilibrasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rataan nilai persentase motilitas spermatozoa setelah diencerkan berkisar antara (70,0 – 72,5%), dan viabilitas spermatozoa (79,4 – 86,6%). Sedangkan rataan nilai persentase motilitas spermatozoa setelah equilibrasi berkisar antara (12,5 – 70,3%), dan viabilitas spermatozoa (44,1 – 76,4). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah penggunaan madu sebagai bahan pengencer spermatozoa sapi bali pengganti gliserol tidak berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa setelah diencerkan, tetapi berpengaruh nyata terhadap viabilitas spermatozoa dengan tren menurun dan penggunaan madu sebagai bahan pengencer spermatozoa sapi bali pengganti gliserol setelah equilibrasi berpengaruh nyata menurunkan presentase motilitas dan viabilitas spermatozoa. Perlakuan terbaik yaitu pada P0 dengan Tris kuning telur  + Gliserol 6%. Pemanfaatan madu sebagai tambahan bahan pengencer dalam proses pengenceran semen sapi bali dapat mempertahankan kualitas spermatozoa setelah preservasi.
Profil Hematokrit, Hemoglobin dan Rasio H/L Darah Ayam Kampung Super Yang Diberi Pakan Mengandung Hasil Ikutan Perikanan. Sri Yuliana; Muh. Rusdin; Wa Laili Salido; Takdir Saili
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol 3, No 4 (2021): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v3i4.21111

Abstract

Profil darah ayam dipengaruhi oleh pemberian pakan. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis profil darah ayam kampung super yang diberi pakan mengandung hasil ikutanperikanan. Materi yang digunakan adalah darah ayam yang diperoleh dari 32 ekor ayamkampung super. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan4 ulangan. Perlakuan formula pakan terdiri atas P0: Pakan komersil (BP-11); P1: 45% jagungkuning + 21% dedak + 17% CAB + 11% tepung ikan + 6%tepung kepala udang; P2: 41%jagung kuning + 21% dedak + 21% CAB + 11% tepung ikan +6% tepung rajungan; dan P3: 43%jagung kuning + 21% dedak + 19% CAB + 11% tepung ikan + 3% tepung kepala udang + 3%tepung rajungan. Variabel yang diukur adalah nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan rasioH/L. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai hematokrit darah ayam kampung superberkisar (P3) 26,75±2,40% sampai (P0) 27,63±2,10%. Kadar hemoglobin berkisar17,06±0,60g/dL (P0) sampai 19,32±2,08 g/dL (P2). Sedangkan nilai H/L berkisar 0,61±0,04%(P2) sampai 0,66± 0,06 % (P0). Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian pakanmengandung hasil ikutan perikanan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai hematokrit,hemoglobin dan rasio H/L darah ayam kampung super. Formula pakan P3 yang mengandung 3%tepung kepala udang dan 3% tepung rajungan dapat digunakan sebagai pakan alternatif agar byproductperikanan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, efektif dan efisien serta dapatmenekan biaya pakan dalam usaha budidaya ayam kampung super.
Daya Tetas Telur Hasil Persilangan Ayam Bangkok dan Ayam Ras Petelur (Isa brown) Menggunakan Ekstrak Daun Sirih Sebagai Bahan Sanitasi Wa Ode Aprili sapta Nadira; Muh Rusdin; Astriana Napirah; Hamdan Has
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol 5, No 1 (2023): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v5i1.28791

Abstract

Abstrak. Using betel leaf extract as a sanitizer, this study aims to examine the hatchability of eggs resulting from crosses between Bangkok chickens and laying hens. This study used a randomized design with four treatments and five replications. There are five eggs in each repetition. The treatments tried were soaking eggs in 70% ethanol (P0), 5% betel leaf extract (P1), 10% betel leaf extract (P2), and 15% betel leaf extract separately (P3). in this study were organisms that had not yet developed practicality, mortality and hatchability. Analysis of variance using to tabulate and analyzed the data obtained. The Least Significant Difference Test using to continue the evaluation if the treatment has a significant effect on the variables studied. The mean embryo survival rates were 88% (P0), 91% (P1), 84% (P2), and 58% (P3), according to the findings. In each treatment, the average mortality rate was 12% (P0), 9% (P1), 16% (P2), and 42% (P3). hatchability was 56% (P0), 79.% (P1), 63% (P2), and 42% (P3). The use of betel leaf extract with different concentrations as egg cleaner from crosses between Bangkok and laying hens had a significant impact on embryo survival and mortality, but not on hatchability. The use of 5% betel leaf extract as a cleansing agent for hatching eggs showed that the embryos lived longer and died less frequently.
Sifat-Sifat Kualitatif Sapi Bali (Bos sondaicus) di KecamatanBaitoKabupaten Konawe Selatan Herniatin Herniatin; Muh Rusdin; Amrullah Pagala
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol 5, No 2 (2023): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v5i2.34287

Abstract

Abstark. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat-sifat kualitatif sapiBali (Bos sondaicus) di Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian inidi laksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Juli 2021, bertempat di KecamatanBaito, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Materi yang digunakanternak sapi Bali sebanyak 120 ekor yang terdiri atas 30 ekor sapi jantan dan 90 ekorsapi betina. Parameter yang diamati adalah: sifat kualitatif yaitu warna bulu, warna cermin pantat, warna kaos kaki, bentuk tanduk, dan garis punggung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat-sifat kualitatif sapi Bali di Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan cukup bervariasi pada warna bulu untuk jantan dan bentuk tanduk untuk sapi jantan dan betina, sedangkan warna bulu pada betina seragam (100% merah bata), warna cermin pantat pada jantan dan betina seragam (100% berwarna putih), warna kaos kaki pada jantan dan betina seragam (100% berwarna putih), bentuk garis punggung pada jantan dan betina seragam (100% berbentuk datar), dan 100% memiliki garis belut baik sapi jantan maupun betina. Ditemukan adanya warna bulu lainnya yang menyimpang dari ciri khas sapi Bali pada jantan 3,33% yaitu memiliki warna putih pada bagian kepala dan perut.
Karakteristik Kualitatif Kambing Lokal di Kecamatan Lakudo dan Talaga Raya Kabupaten Buton Tengah La Ode Robbiq Albany; Muh. Rusdin; Rahim Aka
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol 5, No 2 (2023): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v5i2.35603

Abstract

Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi karakteristik kualitatif kambing lokal di Kecamatan Lakudo dan Talaga Raya Kabupaten Buton Tengah. Penelitian menggunakan 322 ekor kambing lokal yang berasal dari Kecamatan Lakudo 159 ekor dan Kecamatan Talaga raya 163 ekor. Karakteristik kualitatif dianalisis secara deskriptif meliputi warna bulu, bentuk tanduk dan tipe telinga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat kualitatif warna bulu kambing lokal jantan dan betina di Kecamatan Lakudo terdiri dari 10 macam lebih beragam daripada Kecamatan Talaga Raya yang hanya terdapat 6 warna bulu. Kambing lokal jantan dan betina di Kecamatan Lakudo dan Talaga Raya sebagian besar bertanduk. Tonjolan tanduk banyak ditemukan pada kambing betina, sedangkan yang tidak bertanduk hanya ditemukan pada kambing betina. Tipe telinga kambing lokal jantan di Kecamatan Lakudo didominasi telinga tegak dan setengah menjuntai, sedangkan di Kecamatan Talaga Raya seluruhnya adalah tipe telinga tegak. Tipe telinga kambing lokal betina di Kecamatan Lakudo sebagian besar setengah menjuntai dan tegak, sedangkan betina di Kecamatan Talaga Raya hampir seluruhnya memiliki tipe telinga tegak. Karakteristik kambing lokal di Kecamatan Lakudo dan Talaga Raya menyerupai Kambing kacang dan kambing Jawarandu/Bligon. Kata Kunci : Kambing Lokal, Sifat Kualitatif, , Kabupaten Buton Tengah
Fertilitas dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung dan Pelung dari Induk Berbulu Hitam dan Berjengger Tunggal Ripaldi Ripaldi; Muh Rusdin; La Ode Nafiu
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol 5, No 2 (2023): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v5i2.35506

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas ayam Kampung dan ayam Pelung dari induk berbulu hitam dan berjengger tunggal. Ayam yang digunakan dalam penelitian berjumlah 20 ekor yang terdiri atas 10 ekor ayam kampung dan 10 ekor ayam pelung. Analisis data yang digunakan adalah uji beda antar perlakuan menggunakan uji T pada program IBM Statistik SPSS 25. Parameter yang diamati adalah fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas dan bobot tetas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fertilitas, daya hidup embrio dan daya tetas telur ayam Kampung dan Pelung dari induk berbulu hitam dan berjengger tunggal tidak berbeda nyata, tetapi ditemukan adanya perbedaan pada bobot tetas dari kedua bangsa ayam tersebut.Kata Kunci : Ayam Kampung dan ayam Pelung, fertilitas, Daya Tetas
Morphometric Comparison of Kampong Chickens in Uepai District and Soropia District, Konawe Regency Rusli Badaruddin; Muh. Rusdin; Natsir Sandiah; Sandi Trio Ramadhan; La Ode Nafiu; Muhammad Amrullah Pagala; La Ode Muh. Munadi
Indonesian Journal Of Animal Agricultural Science (IJAAS) Vol 5, No 3 (2023): Indonesian Journal of Animal Agricultural Science (IJAAS)
Publisher : Pascasarjana Universitas Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/ijaas.v5i3.45274

Abstract

Kampong chicken is the result of the domestication of the red jungle fowl (Red jungle fowl or Gallus gallus), raised by their ancestors for generations. It has spread to almost all parts of Indonesia. This study aims to identify and analyze the comparison of the quantitative characteristics of native chickens in the Uepai District and Soropia District, Konawe Regency. This research was conducted in Uepai District and Soropia District, Konawe Regency, from April to December 2022, using 400 kampong chickens aged 6-24 months consisting of 200 males and 200 females divided in the two study locations. This research shows that the quantitative characteristics of native chickens in the Uepai District have a higher average value than in the Soropia District, both for males and females. The coefficient of diversity value for body size of kampong chickens in Uepai District and Soropia District shows the medium (5≥) to high (15≥) category for both males and females.