Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Kombinasi Metode Anaerob dan Aerob Pada Septiktank Untuk Menurunkan Kadar BOD, TSS dan Coliform Pada Limbah Cair Rumah Tangga Siprianus Singga; Olga M. Dukabain
Oehònis Vol 3 No 1 (2019): Sanitasi Dasar, Teknologi Sanitasi dan Pengendalian Vektor
Publisher : Sanitation Departement of Health Polytechnic of Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.957 KB)

Abstract

Penggunaan septiktank konvensional dengan metode pengolahan anaerob ternyata masih belum optimal dalam menurunkan parameter pencemar dalam limbah rumah tangga. Oleh karena itu perlu dibuatkan suatu sitem pengolahan modifikasi pada septiktank sehingga fungsi septiktank dalam mengolah limbah rumah tangga menjadi lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kombinasi metode anaerob dan aerob pada septiktank untuk menurunkan kadar BOD, TSS dan Coliform pada limbah cair rumah tangga. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre test post test. Variabel yang digunakan adalah Efektifitas pengolahan untuk BOD, Efektifitas pengolahan untuk TSS dan Efektifitas pengolahan untuk Coliform. Obyek dalam penelitian ini adalah limbah cair rumah tangga. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kandungan BOD, TSS dan Coliform pada sampel limbah rumah tangga, baik sebelum maupun sesudah pengolahan. Data diolah dan dianalisa secara deskriptif dan statistic. Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter BOD terjadi penurunan konsentasi dari 185,2 ppm menjadi 141,4 ppm. Untuk parameter TSS terjadi penurunan konsentasi dari 417 ppm menjadi 44,8. Parameter Coliform, juga terjadi penurunan konsentrasi dari 65.300 koloni menjadi 50.940 koloni. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa septiktank yang diuji memiliki efektivitas untuk menurunkan kandungan BOD sebesar 23,6%, untuk menurunkan kandungan TSS sebesar 89,2% dan untuk menurunkan kandungan coliform sebesar 22%. Secara stastistik, kombinasi sistem aerob dan anaerob pada tank efektif dalam menurunkan kandungan BOD, dan Coliform pada limbah cair rumah tangga.
Tingkat Risiko Pencemaran, Jarak Sumber Pencemar dan Kandungan Coliform Pada Mata Air di Kelurahan Bakunase II Siprianus Singga; Rinno G.H.M Lay Rihi
Oehònis Vol 5 No 01 (2022): Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Sanitation Departement of Health Polytechnic of Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.363 KB)

Abstract

Kondisi mata air sangat berpengaruh terhadap kualitas air yang dihasilkan terutama secara bakteriologis. Dua hal utama yang berhubungan dengan kandungan bakteriologis pada mata air adalah tingkat risiko pencemaran dan jarak sumber pencemar.Mata air AMnesi, Labat dan Oetona di Kelurahan Bakunase II menjadi sumber air utama bagi warga sekitar dan warga kelurahan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat risiko pencemaran, jarak sumber pencemar dengan kandungan coliform pada mata air di kelurahan Bakunase II. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan observasional. Variabel yang diamati adalah tingkat risiko pencemran, jarak sumber pencemar dan kandungan coliform. Sampel penelitian ini adalah 3 mata air di Keluarahan Bakunase II. Data hasil penelitian dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua mata air di Kelurahan Bakunase II memilki tingkat risiko pencemaran amat tinggi, jarak sumber pencemar terdekat terdapat pada mata air Amnesi dan terjauh pada mata air Labat, kandungan bakteri coliform tertinggi terdapat pada mata air Amnesi dan terendah terdapat pada mata air Labat, serta secara deskriptif terdapat hubungan antara jarak sumber pencemar dengan kandungan bakteri coliform pada mata air di Kelurahan Bakunase II. Kepada pengelolah mata air di Kelurahan Bakunase II disarankan untuk memperbaiki bangunan perlindungan mata air, serta kepada masyarakat disarankan untuk mengolah air secara benar (merebus sampai mendidih) sebelum digunakan sebagai air minum.
Pengaruh Kebisingan Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Pekerja Pabrik Es Di Pasar Ikan Oeba Kupang Tahun 2020 William W. Lamawuran; Siprianus Singga
Oehònis Vol 4 No 2 (2021): Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi
Publisher : Sanitation Departement of Health Polytechnic of Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.052 KB)

Abstract

Kebisingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Kebisingan di tempat kerja merupakan salah satu faktor risiko terjadinya peingkatan tekanan darah dan denyut nadi pekerja yang terpajan kebisingan. Industri pembuatan es menggunakan generator yang menyebabkan tingkat kebisingan tinggi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kebisingan, denyut nadi dan tekanan darah karyawan sebelum dan setelah bekerja. Pengukuran tingkat kebisingan menggunakan sound level meter , pengukuran denyut nadi menggunakan stop watch dengan metode 10 denyut dan pengukuran tekanan darah pekerja menggunakan tensi meter. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kebisingan yakni 91.42 dBA, 76,19% karyawan mengalami peningkatan tekanan darah sistolik setelah bekerja, 61,9% karyawan mengalami perubahan tekanan dara diastolik setelah bekerja dan seluruh atau 100% karyawa mengalami perubahan denyut nadi setelah melakukan pekerjaan. Saran. Kepada pemilik pabrik agar mengganti mesin pembuat es dengan mesin yang tingkat kebisingannya lebih rendah, melengkapi pekerja dengan ear maff atau ear plag, melakuka pemeriksaan kesehatan pekerja secara periodik.
MANAJEMEN PENANGANA LIMBAH MEDIS DI PUSKESMAS OEKABITI Agustina; Siprianus Singga; Ferdinand Hurit
Oehònis Vol 5 No 01 (2022): Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat
Publisher : Sanitation Departement of Health Polytechnic of Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.382 KB)

Abstract

Fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama atau Puskesmas adalah adalah tempat untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama, dengan demikian ada limbah yang dihasilkan dari pelayanan kesehatan tersebut. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi penelitian, pengobatan,perawat atau Pendidikan,yang menggunakan bahan beracun, infeksius, atau membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan limbah medis yankes yang ada di puskesma Oekabiti. Jenis penelitian ynag digunakan adalah penelitian deskrtitif yaitu untuk menggambarkan pengelolaan limbah medis yang ada di puskesmas Oekabiti, objek peneltian adalah puskesmas Oekabiti. Variabel dalam penelitian ini adalah laju timbulan limbah medis, pewadahan limbah medis, penyimpanan limbah medis dan pengolahan limbah medis. Hasil penelitian menunjukan rata-rata laju timbulan limbah medis di setiap ruangan penghasil limbah medis adalah 2 kg/hari/ruangan, Pewadahan limbah medis masuk kategori memenuhi syarat 78 % dan tidak memenuhi syarat 22 %, Variabel Penyimpanan limbah medis dari 28 persayratan maka kategori memenuhi syarat 64% dan tidak memenuhi syarat 36 %. Pengolahan limbah medis dari 8 item persyaratan kategori memenuhi syarat 100 % dan tidak memenuhi syarat 0%. Disarankan agar memperhatikan ruang penyimpanan limbah medis agar selalu memperhatikan keadaan ruangan penyimpanan, kapasitas dan lama penyimpanan serta memperhatikan limbah yang akan diolah secara internal agar memperhatikan syarat pengolahan limbah
Physical Environmental Conditions and Germ Number in Bedroom of Tuberculosis Patients in Kupang City, East Nusa Tenggara Province Wanti Wanti; Agustina Agustina; Siprianus Singga; Titik Respati
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.281 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v10i2.10144

Abstract

The ability of Mycobacterium tuberculosis as the agent of tuberculosis (TB) to live in the air is generally very dependent on environmental factors, which can cause bacteria to last long in the air and increase the risk of transmission of TB. The research purpose was to analyze the relationship between the physical environment condition and the number of germs in the bedroom of TB patients. This cross-sectional research was conducted in Kupang city, East Nusa Tenggara province, in January–June 2022 with 77 TB patients as samples, whose TB patients' rooms would be observed based on research variables for physical environmental conditions. Data were collected directly by observing and measuring directly from the variables studied and then analyzed using a correlation test and linear regression test to see the relationship between variables and the effect of the physical environmental condition on germ number in the bedroom. The correlation test shows the variables related to the bedroom germ number (p<0.25) were the number of people sleeping the TB patients, lighting, humidity, ventilation size, percentage of ventilation compared to room size, and room density. The model equation explains that 28.8% of the germ number variation in bedroom TB patients depends on the constant reduction (789,884) added to 19,217 times the bedroom humidity, then reduced by 9,518 times the percentage of room ventilation and also reduced by 31,185 times the density of the room occupancy. The most significant influence on the germ number in TB patients' bedrooms is the room humidity, which is 0.319.
Faktor Risiko Perokok dan Alkoholik terhadap Penderita Penyakit TBC Christine J K Ekawati; Siprianus Singga; Edwin Mauguru
NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871 Vol 13 No 4 (2022): EDISI SPESIAL
Publisher : NHM PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36089/nu.v13i4.965

Abstract

Pulmonary TB is caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. This disease is a contagious disease and spreads faster in men 1,4 times greater than women. The aim is to reveal the problem of risk factors that influence pulmonary TB disease, namely smokers and alcoholics. The method is that this article was written by reading a number of literature discussing pulmonary TB in relation to smoking and drinking behavior. Smokers have a 40-60 percent higher chance of developing pulmonary TB than non-smokers. An unhealthy environment can trigger a wider spread of TB, especially from TB patients who smoke. Alcohol dependence of pulmonary TB patients with smear + in the pre-alcoholic stage can climb to the next stage. At an emergency stage alcoholism can cause the body's resistance to decrease because all control is lost, even alcohol drinkers will continue until they pass out so that the social interaction of the person concerned becomes bad due to dependence on alcohol. The conclusion is that smoking and drinking alcohol are risk factors for pulmonary TB patients. There needs to be a strong motivation so that we all reduce the habit of smoking and drinking alcohol.
Knowledge and Attitude about Tuberculosis Disease in the Community Inggrita Deanisa lawi; Wanti Wanti; Siprianus Singga; Irfan Irfan; Ragu Harming Kristina
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 12 No 3 (2022): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Juli 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.78 KB)

Abstract

Tuberculosis (TB) cases in 2020 in East Nusa Tenggara Province were 5,126 with the highest TB cases being Kupang City, with 522 cases or prevalence rate = 118 per 100,000 population with a low cure rate. A person's behavior about TB can affect the incidence of TB and its treatment. This study aims to determine the knowledge and attitudes of the people in Kupang City about tuberculosis. This type of research is descriptive research with knowledge and attitude variables. The sample in this study were 100 respondents from the community in Kupang City. Data was collected using a questionnaire in a google form which was shared via Facebook, WhatsApp, and Instagram. The data collected were processed and analyzed descriptively to see the frequency distribution of the research variables. The knowledge of the community in Kupang City about tuberculosis is 90% including the Good category, 8% in the sufficient category and 2% in the less category. The attitude of the people in Kupang City in the treatment and prevention of tuberculosis transmission is mostly in the Good category (99%) and the remaining 1% is in the Less category. Although the knowledge and attitudes of the community are mostly good, there is still a need for counseling about knowledge, especially about the transmission method of TB which will have an impact on community actions in preventing TB and reducing the incidence of TB in the community.
Pelatihan Sanitasi Inklusi Mewujudkan Akses Sanitasi Layak bagi Penyandang Diasbilitas di Kelurahan Babau Kabupaten Kupang: Inclusive Sanitation Training to Achieve Access to Proper Sanitation for People with Disabilities in Babau Village, Kupang Regency Karolus Ngambut; Debora Gaudensiana Suluh; Ety Rahmawaty; Siprianus Singga
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 2 (2023): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v8i2.4136

Abstract

Access to proper sanitation for all people is one of human rights. Even though access to latrines in the community continues to increase, there are still vulnerable groups such as women, children and people with physical disabilities who are still limited in getting their rights. Community service activities aim to increase public knowledge about inclusive sanitation, namely sanitation that can be reached by persons with disabilities. The method of activity carried out is training and making latrines with examples of inclusive sanitation. The targets of the training activities are community level stakeholders and persons with disabilities. The results of the activity showed an increase in respondents' knowledge about inclusive sanitation. Apart from that, model building can increase access to sanitation for persons with disabilities. The construction of model latrines involves relevant stakeholders. It was concluded that inclusive sanitation training methods and development of inclusive sanitation models can increase access to proper sanitation for persons with disabilities.
Basic Sanitation With Diarrhea Lahming Lahming; Muslimin B; Indrayadi Indrayadi; Siprianus Singga; Yermi Yermi; Albertus Ata Maran; Sri Wahyuni
International Journal of Health Sciences Vol. 1 No. 2 (2023): International Journal of Health Sciences
Publisher : Asosiasi Guru dan Dosen Seluruh Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.439 KB) | DOI: 10.59585/ijhs.v1i2.63

Abstract

Aroppoe hamlet is the hamlet with the highest number of cases of diarrhea. The data obtained shows that the hamlet is one of the most densely populated hamlets with a total of 389 heads of household. There are many houses whose latrines do not meet health requirements, and the average clean water consumed is from dug wells, as well as air pollution. as a result of sewerage that does not meet health requirements. The purpose of this study was to determine basic environmental sanitation with the incidence of diarrhea in Aroppoe Hamlet, Tellumpanua Village, Tanete Rilau District, Barru Regency. The type of research used was an analytic survey research with a cross sectional study approach from a sample of 60 families of a total population of 289 families. Data presentation was carried out in the form of a table distribution accompanied by an explanation in the form of a narrative, and data analysis used the Chi-Square statistical test. The results showed that there was a relationship between the condition of clean water and the incidence of diarrhea (p=0.01), there was no relationship between the condition of the sewerage (SPAL) and the incidence of diarrhea (p=0.1). There is a relationship between the condition of the latrine and the incidence of diarrhea (p=0.03). There is a relationship between the state of clean water and latrines. The conclusion is that the lack of healthy toilet facilities is due to the lack of a residential environmental sanitation program targeting house floors and physical handling of clean water quality in Aroppoe Hamlet, Tellumpanua Village, Tanete Rilau District, Barru Regency.