Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN TINEA PADA MASYARAKAT NELAYAN KUALA KERTO BARAT KECAMATAN TANAH PASIR Zara, Noviana; Yasir, Muhammad
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 5: No. 1 (Mei, 2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.396 KB) | DOI: 10.29103/averrous.v5i1.1630

Abstract

Dermatofitosis adalah golongan penyakit jamur pada kulit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Faktor yang mempengaruhi penyakit jamur adalah kondisi kebersihan lingkungan yang buruk dengan udara lembab, lingkungan rawa-rawa yang selalu basah, daerah pedesaan yang padat, kebiasaan menggunakan pakaian yang ketat atau lembab. Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap insiden dari infeksi penyakit jamur pada kulit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi dermatofitosis. Prevalensi penyakit jamur kulit di Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara masih tinggi yaitu (22,06%).Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh lingkungan fisik rumah dan personal hygiene terhadap kejadian dermatofitosis pada masyarakat nelayan di Kecamatan tanah pasir Kabupaten Aceh Utara tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi berjumlah 150 orang dan sampel diambil 50 orang secara random, analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian variabel pencahayaan, kebersihan kulit, kebersihan pakaian, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Sedangkan variabel kelembaban dan suhu tidak ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Di sarankan bagi Puskesmas Kecamatan Tanah pasir untuk meningkatkan penyuluhan terkait kejadian dermatofitosis agar menurunkan kasus penyakit dermatofitosis, dan pemeriksaan kesehatan kulit secara berkala.
PERBEDAAN FREKUENSI MIKSI, DEFEKASI, DAN MINUM DENGAN PENURUNAN BERAT BADAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDA SAKTI Mauliza, Mauliza; Zara, Noviana; Putri, Narisha Amelia
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous Vol. 7 : No. 1 (Mei, 2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v7i1.3576

Abstract

Neonatus memiliki peran penting untuk tumbuh kembang anak. Neonatus memiliki komposisi udara sekitar 75% yang akan berkurang dalam minggu pertama karena terjadi pergeseran cairan dari intraseluler ke ekstraseluler. Proses kehilangan cairan dipengaruhui oleh frekuensi miksi, defekasi, dan mengakibatkan kejadian kejadian penurunan berat badan neonatus ≥5%. Menurut penelitian Mezzacappa 2016 didapatkan data neonatus sebanyak 25,8% yang mengalami penurunan berat badan berlebih yaitu sekitar 9,4% ± 1,1%, dan didapatkan neonatus yang mengalami penurunan lebih dari 10% yaitu sebanyak 4,8% neonatus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat konferensi frekuensi miksi, defekasi,studi longitudinal ). Hasil analisis univariat didapatkan frekuensi miksi, defekasi, penurunan berat badan badan neonatus dalam batas normal. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-squaredan alternatifnya dengan mempertimbangkan nilai p <0.05 menunjukkan perbedaan antara frekuensi miksi dan penurunan berat badan [(P = 0.005), (OR = 8.105), (95% CI = 1.630-40.295)]; terdapat perbedaan antara frekuensi defekasi dan penurunan berat badan [(P = 0.026), (OR = 3.600), (95% CI = 1.140-11.373)]; tidak ada perbedaan antara frekuensi minum dan penurunan berat badan [total (P = 0.291), (OR = 3.172), (95% CI = 0.332-30.359)]; [ASI (P = 0.808), (OR = 1.150), (95% CI = 0.372-3.551)]; [susu formula (P = 0.415), (OR = 1.474), (95% CI = 0.375-5.797)]. Kesimpulan penelitian adalah terdapat perbedaan antara frekuensi miksi dan defekasi dengan penurunan berat badan neonatus, tetapi tidak ada perbedaan antara frekuensi minum dengan penurunan berat badan neonatus.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Bahaya Asap Rokok yang dapat Memicu Kejadian Ispa pada Anak Usia 0-5 Tahun di Puskesmas Samudera Tahun 2020 Zara, Noviana
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous Vol. 7 : No. 2 (November, 2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v7i2.5350

Abstract

Asap rokok dari orangtua yang merokok dapat menyebabkan pencemaran udara yang dapat merusak mekanisme paru-paru. Asap rokok yang berlebihan dapat merusak sel paru-paru baik sel saluran pernapasan maupun jaringan paru. Paparan asap rokok berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada anak. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. Penyakit ISPA paling banyak ditemukan pada anak-anak. ISPA akan menyerang seseorang yang ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan orangtua terhadap bahaya asap rokok yang dapat memicu kejadian ISPA pada anak usia usia 0- 5 tahun di puskesmas Samudera. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan metode Cross Sectional. Sampel penelitian sebanyak 55 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian ini dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada orang tua yang datang ke Puskesmas Samudera. Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan orang tua tentang bahaya asap rokok yang dapat memicu kejadian ISPA pada anak yaitu 66,7% pengetahuan cukup, jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 71,7%, berusia 26-35 sebanyak 56,7%, memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 43,3%, lebih banyak berkerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 66,7% dan kebiasaan merokok orang tua sebanyak 73,3%. Kesimpulan Didapati tingkat pengetahuan orangtua tentang bahaya asap rokok yang dapat memicu kejadian ISPA pada anak termasuk kategori cukup. 
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Mpasi Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Mauliza, Mauliza; Mardiati, Mardiati; Sahputri, Juwita; Zara, Noviana; Wahyuni, Siratul
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous Vol. 7 : No. 2 (November, 2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v7i2.5419

Abstract

Makanan Pendamping ASI (MPASI) merupakan suatu makanan atau minuman yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi selain dari Air Susu Ibu (ASI). Adanya praktik pemberian MPASI terlalu dini, yaitu pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, menjadi perhatian yang serius dimana organ-organ pencernaan pada tubuh bayi belum tumbuh sempurna dan berakibat menimbulkan dampak bagi kesehatan bayi antara lain penyakit diare. Salah satu faktor yang menyebabkan ibu memberikan MPASI terlalu cepat yaitu karena pengetahuan ibu masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian MPASI dini di wilayah kerja puskesmas banda sakti. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi kurang dari 6 bulan yang memenuhi kriteria. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi square. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cluster sampling dengan jumlah 90 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil yang didapatkan yaitu tingkat pengetahuan terbanyak adalah kategori kurang sebesar 56,7 %, sementara tindakan pemberian MPASI Dini terbanyak adalah kategori diberikan sebanyak 67,8 %. Kesimpulan Nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian MPASI Dini 
Overview of Hemoglobin Levels and Nutritional Status Based on Body Mass Index (BMI) and Upper Arm Circumference (LLA) Indicators in Foster Families in Uteunkot Village, Muara Dua District, Lhokseumawe in 2021 Mardiati; Noviana Zara; Anna Millizia
Arkus Vol. 8 No. 1 (2022): Arkus
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37275/arkus.v8i1.130

Abstract

Hemoglobin is a protein found in red blood cells. Hemoglobin levels that are less than normal or anemia can cause complications in the form of fatigue and stress on the body's organs. Nutritional status is one of the factors that can affect hemoglobin levels. Measurement of nutritional status can be done through several methods including anthropometry and clinical laboratories. Among these methods, the most frequently used in the field is anthropometry using body mass index (BMI) and upper arm circumference (LLA). This study aims to determine the hemoglobin level and nutritional status of the assisted families located in Uteunkot Cunda Village, Lhokseumawe. This study is a descriptive study with a cross-sectional approach to determine the description of hemoglobin levels and nutritional status based on indicators of Body Mass Index and Upper Arm Circumference in the fostered family. The sampling technique used is total sampling with a total of 79 respondents. The results obtained were the average hemoglobin level of the respondents was 12.34 g/dL in the normal category. Nutritional status based on Body Mass Index, most respondents were in normal nutritional status as many as 27 respondents (34.2%). The most nutritional status based on upper arm circumference was malnutrition, namely 55 respondents (69.6%).
Nutritional Intervention through Education and Supplementary Food Provision to Fostered Families with a Family Doctor Approach in Uteunkot Village, Muara Dua District, Lhokseumawe Noviana Zara; Mardiati
Community Medicine and Education Journal Vol. 2 No. 2 (2021): Community Medicine and Education Journal
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.036 KB) | DOI: 10.37275/cmej.v2i2.127

Abstract

Indonesia as a developing country still has some gaps and shortcomings in health problems, one of which is nutritional problems. Based on the 2018 Global Nutrition Report, Indonesia is included in 17 countries that have complex nutritional problems, like stunting, wasting and overweight. Aceh Province in 2018 reported that there were 16.8% undernourished children under five and 6.7% malnourished children, while 2.9% were overweight. One of the things that can be done in overcoming these problems is through nutritional intervention to the community. Therefore, this research was conducted as a form of nutrition intervention through education and supplementary feeding (PMT) to the assisted families with a family medicine approach in Uteunkot Village, Muara Dua District, Lhokseumawe. The measuring instrument used is a balanced nutrition questionnaire which has been tested for validity and reliability to assess the level of knowledge of respondents about balanced nutrition. In addition, education on balanced nutrition and supplementary feeding is also carried out. The sampling technique used is total sampling with a total of 79 respondents. The results of the distribution of the level of knowledge of respondents on balanced nutrition before being given education were the most in the poor category with a total of 41 people (51.9%), after an intervention in the form of education obtained the distribution of the level of knowledge of respondents about balanced nutrition in the good category with a total of 69 people (87.3%). In addition, it was also found that almost all respondents consumed the given Supplementary Food
PENGARUH LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN TINEA PADA MASYARAKAT NELAYAN KUALA KERTO BARAT KECAMATAN TANAH PASIR Noviana Zara; Muhammad Yasir
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous, Vol. 5: No. 1 (Mei, 2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v5i1.1630

Abstract

Dermatofitosis adalah golongan penyakit jamur pada kulit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Faktor yang mempengaruhi penyakit jamur adalah kondisi kebersihan lingkungan yang buruk dengan udara lembab, lingkungan rawa-rawa yang selalu basah, daerah pedesaan yang padat, kebiasaan menggunakan pakaian yang ketat atau lembab. Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap insiden dari infeksi penyakit jamur pada kulit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi dermatofitosis. Prevalensi penyakit jamur kulit di Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara masih tinggi yaitu (22,06%).Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh lingkungan fisik rumah dan personal hygiene terhadap kejadian dermatofitosis pada masyarakat nelayan di Kecamatan tanah pasir Kabupaten Aceh Utara tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi berjumlah 150 orang dan sampel diambil 50 orang secara random, analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian variabel pencahayaan, kebersihan kulit, kebersihan pakaian, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Sedangkan variabel kelembaban dan suhu tidak ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Di sarankan bagi Puskesmas Kecamatan Tanah pasir untuk meningkatkan penyuluhan terkait kejadian dermatofitosis agar menurunkan kasus penyakit dermatofitosis, dan pemeriksaan kesehatan kulit secara berkala.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Mpasi Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Mauliza Mauliza; Mardiati Mardiati; Juwita Sahputri; Noviana Zara; Siratul Wahyuni
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous Vol. 7 : No. 2 (November, 2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v7i2.5419

Abstract

Makanan Pendamping ASI (MPASI) merupakan suatu makanan atau minuman yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi selain dari Air Susu Ibu (ASI). Adanya praktik pemberian MPASI terlalu dini, yaitu pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, menjadi perhatian yang serius dimana organ-organ pencernaan pada tubuh bayi belum tumbuh sempurna dan berakibat menimbulkan dampak bagi kesehatan bayi antara lain penyakit diare. Salah satu faktor yang menyebabkan ibu memberikan MPASI terlalu cepat yaitu karena pengetahuan ibu masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian MPASI dini di wilayah kerja puskesmas banda sakti. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi kurang dari 6 bulan yang memenuhi kriteria. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi square. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cluster sampling dengan jumlah 90 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil yang didapatkan yaitu tingkat pengetahuan terbanyak adalah kategori kurang sebesar 56,7 %, sementara tindakan pemberian MPASI Dini terbanyak adalah kategori diberikan sebanyak 67,8 %. Kesimpulan Nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian MPASI Dini 
Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Bahaya Asap Rokok yang dapat Memicu Kejadian Ispa pada Anak Usia 0-5 Tahun di Puskesmas Samudera Tahun 2020 Noviana Zara
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous Vol. 7 : No. 2 (November, 2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v7i2.5350

Abstract

Asap rokok dari orangtua yang merokok dapat menyebabkan pencemaran udara yang dapat merusak mekanisme paru-paru. Asap rokok yang berlebihan dapat merusak sel paru-paru baik sel saluran pernapasan maupun jaringan paru. Paparan asap rokok berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada anak. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. Penyakit ISPA paling banyak ditemukan pada anak-anak. ISPA akan menyerang seseorang yang ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan orangtua terhadap bahaya asap rokok yang dapat memicu kejadian ISPA pada anak usia usia 0- 5 tahun di puskesmas Samudera. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan menggunakan metode Cross Sectional. Sampel penelitian sebanyak 55 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian ini dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada orang tua yang datang ke Puskesmas Samudera. Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan orang tua tentang bahaya asap rokok yang dapat memicu kejadian ISPA pada anak yaitu 66,7% pengetahuan cukup, jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 71,7%, berusia 26-35 sebanyak 56,7%, memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 43,3%, lebih banyak berkerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 66,7% dan kebiasaan merokok orang tua sebanyak 73,3%. Kesimpulan Didapati tingkat pengetahuan orangtua tentang bahaya asap rokok yang dapat memicu kejadian ISPA pada anak termasuk kategori cukup. 
PERBEDAAN FREKUENSI MIKSI, DEFEKASI, DAN MINUM DENGAN PENURUNAN BERAT BADAN NEONATUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDA SAKTI Mauliza Mauliza; Noviana Zara; Narisha Amelia Putri
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Averrous Vol. 7 : No. 1 (Mei, 2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/averrous.v7i1.3576

Abstract

Neonatus memiliki peran penting untuk tumbuh kembang anak. Neonatus memiliki komposisi udara sekitar 75% yang akan berkurang dalam minggu pertama karena terjadi pergeseran cairan dari intraseluler ke ekstraseluler. Proses kehilangan cairan dipengaruhui oleh frekuensi miksi, defekasi, dan mengakibatkan kejadian kejadian penurunan berat badan neonatus ≥5%. Menurut penelitian Mezzacappa 2016 didapatkan data neonatus sebanyak 25,8% yang mengalami penurunan berat badan berlebih yaitu sekitar 9,4% ± 1,1%, dan didapatkan neonatus yang mengalami penurunan lebih dari 10% yaitu sebanyak 4,8% neonatus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat konferensi frekuensi miksi, defekasi,studi longitudinal ). Hasil analisis univariat didapatkan frekuensi miksi, defekasi, penurunan berat badan badan neonatus dalam batas normal. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-squaredan alternatifnya dengan mempertimbangkan nilai p <0.05 menunjukkan perbedaan antara frekuensi miksi dan penurunan berat badan [(P = 0.005), (OR = 8.105), (95% CI = 1.630-40.295)]; terdapat perbedaan antara frekuensi defekasi dan penurunan berat badan [(P = 0.026), (OR = 3.600), (95% CI = 1.140-11.373)]; tidak ada perbedaan antara frekuensi minum dan penurunan berat badan [total (P = 0.291), (OR = 3.172), (95% CI = 0.332-30.359)]; [ASI (P = 0.808), (OR = 1.150), (95% CI = 0.372-3.551)]; [susu formula (P = 0.415), (OR = 1.474), (95% CI = 0.375-5.797)]. Kesimpulan penelitian adalah terdapat perbedaan antara frekuensi miksi dan defekasi dengan penurunan berat badan neonatus, tetapi tidak ada perbedaan antara frekuensi minum dengan penurunan berat badan neonatus.