Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Variasi Leksikal Bahasa Bali Dialek Kuta Selatan Putu Devi Maharani; Komang Dian Puspita Candra
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 33 No 1 (2018): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v33i1.196

Abstract

Bahasa daerah merupakan kekayaan budaya yang perlu dilestarikan. Bahasa Bali menjadi salah satu bahasa daerah di Indonesia yang sangat kaya dengan kosakata. Untuk menyebutkan satu entitas seringkali kita temui berbagai variasi penyebutannya di masyarakat yang tinggal pada wilayah yang berbeda di Bali padahal mereka menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Bali. Variasi penyebutan suatu entitas ini terkadang menjadi sesuatu yang terdengar aneh atau kurang dimengerti oleh penutur bahasa Bali yang berasal dari daerah yang berbeda namun menjadi ciri dan identitas daerah mereka yang dapat menghasilkan atmosfer kekeluargaan dan keakraban saat dipergunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi leksikal bahasa Bali di daerah Kuta bagian Selatan khususnya daerah Ungasan, Jimbaran dan Kedonganan yang saat ini menjadi salah satu tempat tujuan wisata di Bali serta untuk memetakan bagaimana perkembangan variasi pilihan kata masyarakat lokal daerah tersebut setelah banyaknya interaksi dengan wisatawan asing dan lokal yang datang ke daerah Kuta bagian Selatan ini, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah a) Bagaimana penggunaan variasi leksikal bahasa Bali di daerah Jimbaran, Ungasan dan Kedonganan dan b) Pada kelas kata apa  saja variasi leksikal yang terjadi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik sadap, teknik libat cakap, teknik bebas libat cakap, teknik rekam dan teknik catat serta metode cakap dengan teknik pancing yang menjadi acuan dalam menemukan tujuan penelitian. Dari hasil analisis tiga dialek bahasa Bali daerah Kuta bagian Selatan ini, ditemukan beberapa variasi leksikal dalam kelas kata pronominal, nomina, kata sifat, kata kerja dan kata keterangan. Kemunculan variasi leksikal untuk kelas kata nomina muncul paling dominan. Pada dialek Jimbaran dan Kedonganan banyak ditemukan penggunaan leksikal yang sama. Pada dialek Ungasan ditemukan lebih banyak perbedaan leksikal yang digunakan untuk merujuk suatu yang sama.Language describes the culture of local society because in the culture activity, the community has not off from the language as a tool of interaction. Balinese language is a traditional language spoken by the local people of Bali. Differences or variations in the use of Balinese language can be observed in each district at the level of sound, morphological, syntactic and lexical. The variation in Balinese language raises particular dialect in each region. This aims of this study is to find out the lexical variations in the three different area those are Jimbaran, Kedonganan and Unggasan. The method of collecting the data in this research are close observation method with refers to the technique of tapping, face-to-face interview technique, eave-dropping technique, recording and note-taking technique. Generally found there are some lexical variations found in these three areas used to mention the same things. The lexical variation found are in class of pronoun, noun, verb, adjective, and adverbial. The dominant variation is noun. In Jimbaran and Kedonganan has a similarity in lexical choice. Unggasan has many differences than the other areas because the location of this village is in highlands position.
STRUKTUR SEMANTIK VERBA DAN NOMINA PADA KOSAKATA TARI BALI Putu Devi Maharani; Komang Dian Puspita Candra
SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra Vol. 8 No. 1 (2016): SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
Publisher : Fakultas Bahasa Asing (FBA) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.555 KB)

Abstract

ABSTRACT This study is focused on investigating the Balinese dance lexicon, especially for the verbs and nouns, based on Natural Semantic Metalanguage. This study is a qualitative research design. The data was collected through observation, interviews, and note taking. The method used in this research is descriptive qualitative. For the analysis, semantic primes of natural Semantic Metalanguage theory are applied. The data analysis based on the following data classification, semantic structure analysis and components mapping to find out meaning configuration. The research result shows that semantic primes are very helpful and powerful to describe unwell-known lexicon in specific genre of language use in some lexicon in Balinese dance, especially in verb and noun. Keywords: Natural Semantic Metalanguage, verb, noun, Balinese dancing, lexicon
THE EFFECT OF DEFINITENESS ON THE BALINESE CONSTITUENT WORD ORDER IN TRANSITIVE CONSTRUCTIONS WITH THE FULL NPs I Wayan Sidha Karya; Putu Devi Maharani
SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra Vol. 8 No. 2 (2016): SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
Publisher : Fakultas Bahasa Asing (FBA) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.56 KB)

Abstract

ABSTRAK Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh markah definit dalam bahasa Bali terhadap pola sususan kata-kerja dan argumennya atau konstituen kalimat transitif.Bahasa Bali memiliki sususan konstituen (subject/agen, kata-kerja, objek/pasien) yang lentur.Kelenturan susunan konstituen ini disebabkan oleh penanda frase benda berupa markah definit –e atau pengidentifikasian.Suatu frasa benda yang memiliki markah definit –e bisa diartikan bahwa frasa ini sudah dipahami sebagai suatu hal yang sudah tentu atau diharapkan dan bisa mengambil tempat di awal kalimat atau di akhir kalimat. Sebagai ganti istilah ‘subjek’ dan ‘objek’ untuk peran sintaksis dalam sebuah kalimat transitif, kami menggunakan istilah ENP (External Noun Phrase) dan INP (Internal Noun Phrase) yang masing-masingnya bisa mengambil peran semantic agen atau pasien, bergantung pada bentuk pemicu dalam kata-kerja. Sebuah kata-kerja dengan awalan suara nasal memicu agen sebagai ENP, sehingga konstruksinya +AT; begitu juga sebaliknya, sebuah kata-kerja tanpa awal suara nasal memicu non-agen sebagai ENP, sehingga menjadi, konstruksi -AT. Dalam tulisan ini menelaah variasi susunan konstituen dalam bahasa Bali dan motivasinya. Dari sudut kelinearan, susunan yang kanonikal dalam bahasa Bali adalah ENP [V INP].Namun ada faktor-faktor pragmatik yang menyebabkan susunan tersebut menjadi berubah, khususnya karena pengidentifikasian terhadap argumen-argumen NP dalam klausa-klausa dengan kata-kerja transitif. Tulisan ini menelaah variasi susunan konstituen dalam bahasa Bali dan motivasinya. Dari sudut kelinearan, susunan yang kanonikal dalam bahasa Bali adalah ENP [V INP].Namun ada faktor-faktor pragmatik yang menyebabkan susunan tersebut menjadi berubah, khususnya karena pengidentifikasian terhadap argumen-argumen NP dalam klausa-klausa dengan kata-kerja transitif.Data yang dipakai bersumberkan pada empat buah cerita rakyat. Pola-pola sususan kalimat tersebut dikumpulkan dengan cara mencatat pada saat membaca masing-masing cerita tersebut. Masing-masing pola kemudian dianalisa menurut bentuk logika P > (Q > R) yang terinspirasi oleh model universal sususan berimplikasi ‘implicational order universal’ yang diperkenalkan oleh Hawkins.Hasilnya berupa penemuan beberapa pola ‘implicational order universals’ dalam bahasa Bali. Kata Kunci: constituent order, markah definit, implicational universal, ENP, INP, +AT, -AT
VARIASI BAHASA BALI DIALEK KUTA SELATAN (KAJIAN SOSIODIALEKTOLOGI) Putu Devi Maharani; Komang Dian Puspita Candra
SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra Vol. 9 No. 2 (2017): SPHOTA: Jurnal Linguistik dan Sastra
Publisher : Fakultas Bahasa Asing (FBA) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.721 KB)

Abstract

ABSTRACT Balinese language is a traditional language spoken by the local people of Bali. In use, there are variations that have specific characteristics in each region. Differences or variations in the use of Balinese language can be observed in each district at the level of sound, morphological, syntactic and lexical. The variation in Balinese language raises particular dialect in each region. Accordingly, this study specifically addresses the lexical and sounds or phonological variation contained in the dialect of Balinese Language, specifically in the area of Jimbaran, Kedonganan and Unggasan and also found the factors contributing those variations happened. Sociolinguistics, Dialectology and Phonology Generative approaches were applied in the analysis of this research.The method of collecting the data in this research are close observation method with refers to the technique of tapping, face-to-face interview technique, eave-dropping technique, recording and note-taking technique.Generally found there are some lexical variation found in these three areas used to mention the same things. The lexical variation found are in class of pronoun, noun, verb, adjective, and adverbial. In phonological variation found there are 7 variations in Jimbaran, 5 variations in Kedonganan, and 7 variations in Ungasan. Those phonological variations also analyzed phonological rules to find out in what environment some sound of morpheme will change in each dialect.