Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

ANALISIS KONFLIK ANTAR DESA SAMILI DENGAN MASYARAKAT DESA DADIBOU DI KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA TAHUN 2016 M. Tahir
JURNAL PENDIDIKAN IPS Vol 7 No 1 (2017): JURNAL PENDIDIKAN IPS
Publisher : STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis konflik antar desa samili denga masyarakat desa dadibou di kecamatan woha kabupaten bima. Tujuan penelitian ingin mengetahui penyebab konflik antar desa. Metode yang digunakan dalam penelitian kualitaif deskriptif, dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Konflik samili dan dadibou akibat persoalan antar pelajar, sehingga merambat kepada pemuda dan masyarakat dan pada ujunya konflik antar kampung. Hasil penelitian bahwa konflik di Bima bukan karena tidak lapangan kerja, tetapi “ada satu sikap yang mewarisi dari generasi ke generasi yaitu ingin mencoba sesuatu yang baru”. Karena hampir masyarakat Bima memiliki aktifitas yang memadai, hanya pada tingkat anak mereka memang malas untuk pergi menaman bawang merah, panen padi. Konflik muncul akibat satu tradisi pembiaraan secara kolektif”.
Partisipasi Politik Perempuan (Studi pada Masyarakat Kelurahan Mande Kecamatan Mpunda Kota Bima) St. Nurbayan; M. Tahir
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 2 No 2 (2019): EDU SOCIATA (Jurnal Pendidikan Sosiologi)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v3i1.292

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan partisipasi perempuan dalam politik serta kendala yang dihadapi perempuan sehingga membuat perempuan tidak manpu bersaing dengan laki-laki secara maksimal. Sementara pada masyarakat Bima telah melibatkan perempuan secara penuh untuk terlibat dan berpartisipasi dalam dunia politik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Jenis penelitian yakni studi analisi (riset) terfokus pada 8 perempuan sebagai informan yang ditentukan secara purposive sampling. Data penelitian ini dianalisis dengan display data, ferifikasi data, lalu menguji keabsahan data. Topik perempuan dalam politik merupakan hal yang sangat kompleks. Penelitian ini didasarkan pada teori-teori feminisme universal dan budaya patriarki. Ada Tiga pandangan utama dan pertama, perempuan memiliki pengaruh kurang dibandingkan dengan laki-laki di daerah politik karena budaya patriarki. Para perempuan dianggap kurang mampu, memiliki posisi yang lebih rendah maupun terdegradasi ke bidang yang dianggap lembut‘ dan karenanya sesuai untuk kaum perempuan. Kedua, politisi perempuan lebih baik karena lebih sabar dan penuh perhatian dibandingkan dengan politisi laki-laki. Terakhir, perempuan dan laki-laki memberikan kontribusi sama untuk proses politik dan kualitas kontribusi politisi tergantung pada kemampuan individu dan bukan jenis kelaminnya. Perempuan sangat penting untuk dua alasan. Pertama, keterwakilan perempuan di parlemen mendorong perempuan lain untuk masuk, meningkatkan kesetaraan gender dalam politik dan mendorong peningkatan pelaksanaan undang-undang dan kebijakan yang peka gender. Mudah-mudahan, meningkatkan pengaruh dan kontribusi perempuan dapat terjadi dalam semua aspek politik dan tidak hanya bidang yang tetap sesuai dengan budaya patriarki pada masyarakat Bima. Sedangkan hambatan yang diuraikan pada bagian informasi latar belakang yang membatasi keterlibatan perempuan dalam ranah politik. Hasil penelitian menunjukkan budaya patriarki, budaya Jawa, money politics, kewajiban sehari-hari perempuan, metode organisasi dan media dianggap sebagai hambatan. Terlepas dari hambatan metode organisasi, hambatan lainnya semua hasil dari budaya patriarki mengakibatkan perempuan dan isu-isunya yang dianggap kurang penting dalam masyarakat Bima. Namun, bertentangan dengan informasi latar belakang, penelitian ini menunjukkan agama Islam dan nepotisme dianggap hambatan bagi perempuan dalam politik di Bima-Mande
Pengawas Sekolah dan Guru Profesional Sebagai Mitra dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMAN 3 Wera M. Tahir; Syaifullah Syaifullah
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 3 No 1 (2020): EDU SOCIATA (Jurnal Pendidikan Sosiologi)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v3i2.358

Abstract

Penyelenggaraan pengajaran di sekolah perlu adanya pengawasan atau supervisi sekolah yang professional dalam menjalankan tujuan sekolah, sehingga proses belajar dan mengajar berjalan dengan baik sebagaimana yang ditetapkan. Oleh karena itu kerjasama pengawas sekolah dan guru profesioanl merupakan suatu cara yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa, hal ini disebabkan guru adalah pelaksana yang secara langsung tatap muka dengan siswa, sedangkan pengawas sekolah adalah memantau, membina dan mengevaluasi hasil kerja guru di sekolah. Sukses dan tidaknya kinerja guru dalam membentuk karakter siswa tergantung sungguh dari profesionalisme peran yang dimainkan pengawas sekolah.guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah adalah pelaku pendidikan yang dalam melaksanakan tugas harus bersinergi, bermitra dan saling mendukung guna terlaksananya peran dan fungsi msing-masing. Diantara ketiga unsur tersebut, guru adalah tenaga pendidikan yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas, maka guru adalah pelaku pendidikan paling utama disamping yang lainnya, karena gurulah yang mengelola kelas dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter siswa. Apabila salah satu pihak tidak menjalankan fungsinya dengan benar, maka proses pembelajaran di sekolah tidak dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan sekolah tidak tercapai. Hal inilah yang dimaknai bahwa terkikisnya karakter siswa pada sekolah-sekolah yang terlihat bahwa siswa melawan guru, melanggar tata tertib sekolah, mengganggu ketenangan belajar teman-teman serta mengkonsumsi tramadol di sekolah-sekolah yang terjadi pada perkembangan siswa sekarang dikarenakan kelonggaran peran yang dimainkan pengawas dalam memantau dan membina serta mengevaluasi kinerja guru-guru di Sekolah. Dengan demikian pengawas sekolah perlu bermitra secara intens dalam menangani karakter siswa yang sangat memprihatinkan dalam perkembangan sekarang, sehingga siswa menjadi generasi sehat dalam melanjutkan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.
Peran Pendamping Desa Dalam Mewujudkan Desa Mandiri (Studi di Desa Karampi Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima) Irfan Irfan; M. Tahir
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 3 No 2 (2020): EDU SOCIATA (Jurnal Pendidikan Sosiologi)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v4i1.410

Abstract

Peran pendamping desa adalah mendampingi pemerintah desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauanterhadap pembangunanDesadan pemberdayaanmasyarakatDesa dalam mewujudkan desa mandiri. Penelitian ini tujuannya untuk mendeskripsikan peran pendamping desa dalam mewujudkan desa mandiri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi riset, yakni mengungkap kejadian nyata dilapangan. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawncara dan dokumentasi. Responden penelitian adalah kepala Desa, pendamping Desa dan sekertaris Desa BPD, ketua Karang Taruna, ketua pemuda. Hasil penelitian dianalisis dengan display data, verifikasi data dan uji keabsahan data lalu kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 1. Peran pendamping Desa di Desa Karampi Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima belum efektif karena pendamping Desa tidak melaksanakan fungsing secara terpadu dan bersama-sama dengan pemerintah Desa dalam membangun Desa mandiri, namun keberadaan pendamping Desa hanya sebagai tim survay, pengambilan data untuk kebutuhan pelaporannya, 2. Kendala pendamping Desa dalam melaksanakan peran dan fugsingnya adalah keberadaan jalanan yang dilalui dari Desa yang satu dengan desa yang lain cukup jauh dan jalanan yang dilalui cukup rusak, adanya rasa malas yang tinggiu, kesadaramn bekerja masih kurang, keterbatasan SDM, kedisiplinan kerja yang masih diabaikan, rendahnya tanggungjawab bekerja.
KEMITRAAN PENDAMPING DESA DAN PEMERINTAH DESA UNTUK DESA TERPENCIL DI DESA KARAMPI KECAMATAN LANGGUDU KABUPATEN BIMA M. Tahir; Darwis Darwis; Arifuddin Arifuddin; St. Nurbayan
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 4 No 2 (2021): EDU SOCIATA (Jurnal Pendidikan Sosiologi)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v4i2.667

Abstract

Pendamping Desa dan pemerintah Desa merupakan dua pranata yang memiliki tujuan yang sama untuk membangun desa kearah yang lebih baik, maka pendamping desa Mendampingi desa dalam perencanaan pembangunan dan keuangan desa, tujuannya agar perencanaan dan penganggaran desa berjalan sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku berdasarkan indikator output yang ada. :sebuah wadah yang hasil penelitian partisipasi pendamping desa dan pendamping. Kemudian salah satu agendanya mengawal implementasi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan dengan fasilitasi, supervisi, dan pendampingan. Namun kurangnya peranserta dan kemitraan pendamping desa dan pemerintah desa serta masyarakat desa karena dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan desa serta pelestarian hasil-hasil pembangunan, 1. kurangnya kesadaran penuh dari pendamping desa dan pemerintah desa untuk musyawarah dan keterbukaan dalam merancang dan melaksanakan pembangunan Desa, 2. Masyarakat desa semata-mata diposisikan sebagai objek atau sasaran pembangunan, 3. Kemitraan pemerintah desa dan pendamping desa masih sebatas pada output atau pemanfaatan hasil, 4. Secara umum banyak potensi alam yang masih dikelola dengan baik, 5. kecenderungan sifat penduduk desa yang menerima kondisi apa adanya. 6. SDM masyarakat masih pendidikan tingkat menengah ke bawah.
Arah dan Orientasi UU Sistem Pendidikan Nasional: Perspektif Islam Arif Munandar; Ridwan Ridwan; M Tahir
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan)
Publisher : Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jisip.v5i1.1766

Abstract

Sistem pendidikan nasional Indonesia disusun berlandaskan kebudayaan, pancasila dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional Indonesia. Pemerintah pendidikan telah mewarisi sistem pendidikan dan pengajaran  yang dualistis. Pertama, sistem pendidikan dan pengajaran sekolah-sekolah umum yang sekular adalah warisan pemerintah kolonial Belanda. Kedua, sistem pendidikan, pengajaran Islam yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Islam. Pada abad 18 perkembangannya menurun, agama Katolik dilenyapkan dan orang belanda tidak berhasrat lagi untuk mempengaruhi orang Islam masuk Kristen. Manusia Indonesia akan menjadi manusia yang paripurna atau insan kamil. Dengan dasar inilah Islam menjadi bagian penting dari pendidikan nasional.Ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah, Karakteristik pendidikan adalah penguasaan ilmu pengetahuan, pengembangan ilmu pengetahuan, penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, penyesuaian terhadap perkembangan jiwa, dan bakat anak, pengembangan kepribadian serta penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional.
Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA . Syaifullah; . Darwis; . Tahir
PEDAGOGOS : Jurnal Pendidikan Vol 3 No 2 (2021): Pedagogos : Jurnal Pendidikan
Publisher : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gg.v3i2.538

Abstract

Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan tentunya berada lini terdepan senantiasa meningkatkan pembelajaran yang bermutu di sekolah. Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan upaya bersama dalam mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah. Kunci utama dalam peningkata mutu pendidikan adalah komitmen bersama dan siap melakukan perubahan. Semua pihak, baik guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen tersebut, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas dan kualitas layanan pendidikan. Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan; 1) membantu para guru memahami, memilih, dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai; 2) menggerakkan para guru, para karyawan, para siswa, dan anggota masyarakat untuk mensukseskan program-program pendidikan di sekolah; 3) menciptakan sekolah sebagai lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis, nyaman. sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA . Syaifullah; . Darwis; . Tahir
PEDAGOGOS : Jurnal Pendidikan Vol 3 No 2 (2021): Pedagogos : Jurnal Pendidikan
Publisher : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.424 KB) | DOI: 10.33627/gg.v3i2.538

Abstract

Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan tentunya berada lini terdepan senantiasa meningkatkan pembelajaran yang bermutu di sekolah. Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan upaya bersama dalam mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah. Kunci utama dalam peningkata mutu pendidikan adalah komitmen bersama dan siap melakukan perubahan. Semua pihak, baik guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen tersebut, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas dan kualitas layanan pendidikan. Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan; 1) membantu para guru memahami, memilih, dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai; 2) menggerakkan para guru, para karyawan, para siswa, dan anggota masyarakat untuk mensukseskan program-program pendidikan di sekolah; 3) menciptakan sekolah sebagai lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis, nyaman. sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
Sosialisasi Pendidikan Seks Pada Anak Sejak Dini Di SDN 30 Kota Bima ST Nurbayan; Ida Waluyati; Nurnazmi Nurnazmi; Nikman Azmin; Arifuddin Arifuddin; M. Tahir
Jompa Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2022): Jompa Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.549 KB) | DOI: 10.55784/jompaabdi.Vol1.Iss1.49

Abstract

Maraknya pelecehan seksual yang terjadi di Kota dan Kabupaten Bima sangat meresahkan masyarakat karena dapat mengintimidasi dan merusak karakter dan secara sikologinya akan terganggu sepanjang perkembangannya. Data kekerasan dan pelecehan seksual sepanjang Tahun 2021 terdapat 14.517," kata Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang Darmawati dalam diskusi virtual, Rabu (19 Januari 2022). Kemudian di Kelurahan Nitu terdapat 14 anak dibawah umur yang menjadi korban pelecehan seksua. Reskrim Polres Bima Kota IPTU M Rayendra (2021) laporan kasus pelecehan seksual di Bima meningkat tajam pada bulan Juni 2021 di Kelurahan Nitu Kota Bima terdapat belasan siswi yang diduga dilecehkan dan dari hasil visum terdapat empat orang yang mengalami luka dibagian vital. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi pendidikan seks pada anak sejak dini dengan tujuan agar anak-anak manpu menjaga dirinya dan dapat menjaga otonomi tubuh mereka. Sasaran kegiatan ini adalah anak-anak yang berumur 11 samapai 12 tahun sebanyak 40 orang yang dibagi menjadi 2 kelompo. Metode yang digunakan terdiri dari 3 tahap yakni tahap awal dilakukan dengan menyusun jadwal, menetapkan tempat, mempersiapkan materi dan membentuk kelompok kegiatan, tahap pelaksanaan melakukan sosialisasi dengan pemberian materi dan tahap evaluasi dengan memberikan kuesioner yang sama seperti pada awal untuk memantau peningkatan pemahaman pendidikan seks sejak dini, otonomi tubuh. Adapun  pencapaian hasil yang diharapkan terlaksananya kegiatan dan adanya peningkatan pemahaman anak untuk menerapkan pendidikan seks dan ketercapaiannya 75% peningkatan dari pertanyaan yang diajukan diawal.
Kendala Ibu Dalam Menghadapi Anak Kecanduan Gadget Darwis Darwis; M. Tahir; ST. Nurbayan
Jurnal Sinestesia Vol. 12 No. 1 (2022)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ibu merupakan orang tua yang sangat berperan dalam perkembangan anaknya, sejak anak mulai bangun dipagi hari hingga anak-anak tidur di malam hari, memperhatikan menu makan, bentuk permainanya serta teman sepermainnya, tutur kata, sikap dan tingkah laku anak, peran ini dilakukan oleh ibu sejak anak menjadi bayi hingga anak-anak menjadi dewasa. Kemudian ditengah kehadiran alat tekhnologi sekarang membuat ibu-ibu mengalami kesulitan menghadapi anak-anak, disatu sisi anak-anak dilarang untuk mengenal teknologi, namun disisi lain, anak-anak sangat membutuhkan gadget, apalagi ditengah Covid-19 yang menimpah masyarakat sejak tahun 2019 lalu, anak-anak dituntut belajar dirumah dengan cara pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kendala Ibu Rumah Tangga menghadapi anak-anak kecanduan gadget. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif, informan penelitian sebanyak 8 ibu rumah tangga yang ditentukan secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, kemudian analisis data menggunakan display data, ferifikasi data dan uji keabsahan data, lalu kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah bahwa kendala Ibu dalam menanggulangi kecanduan gadget pada anak di karenakan faktor kesibukan orang tua, pendidikan orang tua yang rata-rata rendah, anak-anak menggunakan gadget sebagai alasan belajar jarak jauh, faktor pengaruh lingkungan, dan gadget menjadi kebutuhan pokok anak.