Model cellular automata (MCA) telah digunakan untuk mensimulasikan penyebaran panas dalam fluida Newton tak mampu mampat di daerah sintetik dan perairan pantai sekitar outlet Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Tawar Kabupaten Bekasi. Dalam daerah model sintetik hanya proses adveksi dan difusi yang diperhatikan, dengan interaksi antar sel yang sedang dihitung (sel utama) dan sel di sekitarnya (sel tetangga) diberlakukan beberapa skenario pembobotan. Nilai bobot sel utama yang dipilih dalam proses adveksi adalah 0,10; 0,50; dan 0,90, dan untuk difusi 0,15; 0,20; dan 0,80, sementara pada adveksi-difusi dipilih kombinasi dari kedua bobot tersebut. Pola distribusi suhu hasil simulasi MCA menunjukkan kesesuaian yang baik dengan model analitik dan numerik, dimana perbedaannya terhadap model analitik adalah 3,79% untuk koefisien difusi yang kecil dan 2,42% untuk koefisien difusi besar. Sedangkan perbedaannya terhadap hasil model numerik adalah 9,39% (koefisien difusi kecil) dan 3,42% (koefisien difusi besar). Dalam simulasi MCA di perairan pantai Muara Tawar, penulis memperhatikan proses pertukaran panas antara laut dan udara selain proses adveksi dan difusi, dan skenario pembobotan adveksi yang dipakai sebesar 0,50 dan untuk difusi 0,15. Perbandingan dengan studi terdahulu menunjukkan pola penyebaran yang sama dengan perbedaan reratanya sebesar 0,13% pada saat menuju surut dan sekitar 0,25% saat menuju pasang. Kata Kunci: Model cellular automata, Adveksi, Difusi, Interaksi udara – laut, Daerah sintetik dan perairan pantai. Modelling of Thermal Dispersion in the Incompressible Newtonian Fluid by Using Cellular Automata Abstract Cellular automata model (CAM) has been adopted to simulate thermal dispersion in the incompressible Newtonian fluid in the synthetic domain and the coastal waters near of the Muara Tawar power plant at Bekasi region. In the synthetic model, only advection and diffusion processes are considered in which several weighting scenario are applied to represent the interaction between calculated cell (main cell) and its cells. The chosen weighting factors of the main cell in the case of advection are 0.10; 0.50; and 0.90, while for the case of diffusion are 0.15; 0.20; and 0.80. In the case of advection-diffusion, the chosen weighting factors are the combinations of the above. Patterns of temperature distribution obtained from simulations are in good agreement with analytical and numerical models. The differences to analytical model are 3.79% for small diffusion coefficient and 2.42% for that of large diffusion, while its difference to numerical model results are 9.39% (small diffusion coefficient) and 3.42% (large diffusion). In the case of CAM simulation of thermal dispersion in the coastal waters of the Muara Tawar Bekasi, we consider advection, diffusion and also heat exchange between sea and air, as well as using weighting scenarios of 0.50 and 0.15 for advection and diffusion, respectively. We found similar dispersion patterns as reported by another study with a difference of about 0.13% during ebb tide and 0.25 % during flood tide. Keywords : Cellular automata model, Advection, Diffusion, Sea – air interaction, Synthetic and coastal waters areas.