Aliem Bahri, Aliem
Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, unismuh Makassar

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE SQ4R( Survey, Read, Review, Recite, Reflect ) DI KELAS VIII SMP. GUPPI SAMATA GOWA Bahri, Aliem
JURNAL PENDIDIKAN KONFIKS Vol 2, No 1 (2015): Bahasa dan Pengajaran
Publisher : Lembaga Perpustakaan Unismuh Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bersifat penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pemaparan data deskripsi kualitatif dan deskripsi kuantitatif.Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu: tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data proses pembelajaran setiap siklus dianalisis secara deskriptif kualitatif. Adapun data hasil pembelajaran dianalisis secara deskriptif kuantitatif.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 16 orang.Tindakan yang diberikan dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran pada siklus I. Adapun siklus II berupa tindakan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus I.Hasil analisis data yang dilakukan terhadap hasil penelitian pada siklus I dan siklus II disimpulkan bahwa, pembelajaran membaca intensif pada siswa kelas VIII-I SMP Guppi Samata Gowa dengan menggunkan metode SQ4R dapat meningkatkan kemampuan pada proses pembelajaran dan hasil pembelajaran membaca intensif. Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada guru agar senantiasa menggunakan metode yang dapat merangsang perhatian siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk belajar. Bagi peneliti lain dan mahasiwa yang menekuni pengajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapkan melakukan penelitian dalam bidang membaca dengan menggunakan metode lain, demikian pula dalam membaca intensif sehingga dapat ditemukan berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pembelajaran di sekolah. Kata Kunci: Membaca Intensif, Metode SQ4R This research was a classroom action research (PTK) with the presentation of data and descriptions kuantitatif. Qualitative research descriptions was conducted in two cycles. Each cycle consists of four phases: planning, action, observation, and reflection. Data learning process of each cycle were analyzed descriptively qualitative. The data were analyzed descriptively learning outcomes kuantitatif.Subjek this research is class VIII totaling 16 orang.Tindakan given is intended to determine the increase in the learning process and learning outcomes in cycle I. As for the second cycle in the form of corrective actions against deficiencies experienced in cycle I. Results of the data analysis of the results of the study in the first cycle and the second cycle is concluded that, teaching intensive reading in class VIII SMP-I Guppi Samata Gowa by using SQ4R method can improve the learning process and learning outcomes intensive reading. Conclusions based on these results, the researchers suggested to the teachers to always use the methods that can stimulate students attention so that the students were interested in learning. For other researchers and students who pursue teaching Indonesian language and literature are expected to conduct research in the areas of reading by using other methods, as well as in intensive reading so it can be found a variety of learning methods that can be used as learning in school.Keywords: Intensive Reading, Methods SQ4R
WRITING LESSONS IN GRADE 1 INDONESIAN THEMATIC TEXTBOOKS: A CONTENT ANALYSIS Sulfasyah, Sulfasyah; Bahri, Aliem; Saleh, Sitti Fithriani
Indonesian Journal of Applied Linguistics Vol 7, No 3 (2018): Vol. 7 No. 3, January 2018
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/ijal.v7i3.9789

Abstract

The Ministry of Education and Culture of Indonesia has launched a new curriculum, the 2013 Curriculum. It promotes a transition from a traditional learning approach to a more progressive one that appears to reflect a constructivist approach. To ensure the successful implementation of the new curriculum, the Ministry produced compulsory textbooks for teachers and students. This study is aimed at revealing the presentation of writing lessons in the compulsory textbooks for Grade 1 that reflects the underlying theory of the 2013 Curriculum. The study analysed the frequency of writing lessons in the textbooks. It also analysed the types and the focus of writing activities in the lessons by using a content analysis. The sample consisted of eight textbooks of Grade 1. Each book consists of 24 lessons. Therefore, 192 lessons were analysed in this study. The results of the content analysis show that writing lessons in the textbooks, to a great degree, are still influenced by a traditional view of learning, especially those in the first two books used in Semester 1. In fact, the new curriculum appears to promote a constructivist approach. The findings suggest that there was inconsistency between the theory underpinning the writing lessons in the textbooks and the theory required by the 2013 Curriculum. In light of these findings, the study considers practical implications to increase the teaching of writing in Grade 1 based on the 2013 Curriculum Framework.
PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ZONASI SEKOLAH DALAM PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) DI KEC. RAPPOCINI MAKASAR BAHRI, ALIEM; NAWIR, MUHAMMAD; SYAKUR, ABDAN; JUNAIDI, JUANIDI
Buana Pendidikan Jurnal Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Publisher : Fakultas Pedagogi dan Psikologi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/bp.vol16.no29.a2264

Abstract

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Namun fenomena yang terjadi saat ini terdapat kesenjangan yang cukup kasat mata karena maraknya sekolah negeri berlabel unggul yang digagas oleh pemerintah di hampir setiap daerah yang tentu membuka jurang kesenjangan yang begitu lebar dengan sekolah lain yang notabene berstatus tidak unggul. Sekolah unggulan terkesan hanya bisa dinikmati anak-anak dengan kemampuan akademik serta finansial tertentu. Orang tua murid pun berlomba untuk menyekolahkan anaknya di sekolah unggulan. Sehingga dampaknya ada sekolah yang banyak muridnya dan ada sekolah yang kekurangan. Tentu saja ketidakmerataan ini akan menimbulkan akses yang tidak baik pada dunia pendidikan nasional. Menyikapi hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan atau bentuk Lain Yang Sederajat. Dalam Permendikbud tersebut ditetapkan pemberlakuan sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru. Dalam sistem zonasi diatur bahwa sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah, paling sedikit sebesar 90 persen dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap persepsi guru terhadap pelaksanaan kebijakan zonasi sekolah dalam PPDB di Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan guru dan dinas terkait juga didukung oleh studi literatur yang berhubungan dengan kebijakan zonasi sekolah. Berdasarkan temuan peneliti, diterapkannya sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru menimbulkan pro kontra di kalangan guru. Ada yang setuju diterapkannya sistem zonasi agar predikat sekolah favorit hilang dan agar supaya meratanya pendidikan. Di sisi lain ada yang berpandangan bahwa sistem zonasi belum siap untuk diterapkan karena sumber daya manusia (Guru) belum memadai dan sarana prasarana di sekolah juga belum siap.