Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGGUNAAN METODE JALUR KRITIS PADA MANAJEMEN PROYEK (STUDI KASUS: PT. TREND COMMUNICATIONS INTERNATIONAL) Rosanti, Nurvelly; Setiawan, Erwin; Ayuningtyas, Asti
Jurnal Teknologi Vol 8, No 1 (2016): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manajemen proyek merupakan bagian yang penting dalam proyek pengembangan perangkat lunak, karenanya penggunaan teknologi untuk mendukung efektifitas dan efisiensi dari manajemen proyek. PT. Trend Communications International (TRENDcom) merupakan sebuah perusahaan penyedia jasa Project Management Office (PMO) dengan menawarkan keahlian mereka dalam mengelola proyek-proyek IT. Salah satu masalah yang mereka hadapi adalah dalam mengelola waktu. Keterlambatan proyek disebabkan oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan manusia, proses dan teknologi. Dari aspek teknologi, tidak adanya aplikasi yang mampu menyediakan informasi bagi manajer proyek dan timnya tentang aktifitas yang berpotensi menyebabkan keterlambatan proyek secara keselurahan, serta tugas yang sering terlewatkan tenggat waktunya merupakan penyebabnya. Dengan menggunakan Metode Jalur Kritis, sebuah aplikasi telah dibangun untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Aplikasi tersebut dapat menunjukan informasi jalur kritis atau jalur yang aktifitasnya perlu dimonitor dengan seksama sehingga dapat diprioritaskan dan fitur pengingat untuk aktifitas yang tenggat waktunya sudah dekat.
Penggunaan Metode Jalur Kritis pada Manajemen Proyek (Studi Kasus: PT. Trend Communications International) Rosanti, Nurvelly; Setiawan, Erwin; Ayuningtyas, Asti
Prosiding Seminar Nasional Teknoka Vol 1 (2016): Prosiding Seminar Nasional Teknoka ke - 1
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Project Management has been an important part of software development projects, therefore the use of technology to endorse effectiveness and efficiency of Project Management is a crucial aspect. PT. Trend Communications Internation (TRENDcom) is a company providing Project Management Office (PMO) service. Their main service is to provide expertise in managing Information Technology projects. One of the big issues they are facing is managing timeline. Late of delivery is caused by people, process and technology reasons. Technology-wise, the absence of application to let project manager and his PMO team the important activities that will cause delay on overall progress as well as the lack of reminder for their due project activities. Using Critical Path Method, an application is developed to address the issues. The application managed to give information of activities in a schedule which has big impact on overall delivery timeline and to provide reminder of due activities.
PERBANDINGAN DAYA ANTARA LAMPU BIASA DENGAN LAMPU TERJADWAL OTOMATIS DI GEDUNG GRIYA LEGITA UNIVERSITAS PERTAMINA Putra, Adam Marsono; Megandi, Megandi; Yasa, Nugi Gahara; Soraya, Shelvy Intan; Sahrul, Sahrul; Susanty, Meredita; Setiawan, Erwin
Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer Vol 10, No 1 (2019): JURNAL SIMETRIS VOLUME 10 NO 1 TAHUN 2019
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.98 KB) | DOI: 10.24176/simet.v10i1.2828

Abstract

Pada artikel ini akan dibahas analisis perbandingan konsumsi listrik dari penggunaan lampu secara manual dan lampu secara terjadwal otomatis. Penggunaan lampu secara manual ialah lampu dinyalakan dan dimatikan menggunakan saklar tanpa adanya batasan waktu, sedangkan penggunaan lampu secara terjadwal otomatis ialah penggunaan lampu yang hanya akan menyala dan mati sesuai dengan jadwal penggunaan ruangan yang terdaftar. Adapun tujuan dari dibuatnya artikel ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari metode penggunaan lampu secara terjadwal otomatis dengan menganalisis apakah penggunaan lampu dengan metode tersebut dapat mengurangi konsumsi listrik atau tidak. Metode yang kami gunakan adalah perbandingan kuantitatif, dengan mengumpulkan data yang diperlukan untuk mendapatkan pengeluaran energi listrik untuk penerangan di gedung Griya Legita, kami membandingkan pengeluaran energi listrik ketika penggunaan lampu tidak terjadwal dan ketika penggunaan lampu dibuat terjadwal dengan sistem otomatis sepanjang Januari 2018. Hasil menunjukkan sistem lampu secara terjadwal otomatis memberikan efisiensi bekisar antara 1,5% hingga 94%. Pada bagian akhir dari artikel ini disimpulkan bahwa penggunaan lampu secara terjadwal otomatis dapat mengurangi konsumsi daya listrik di Gedung Griya Legita Universitas Pertamina meski tidak signifikan dikarenakan beberapa asumsi.
ESTABLISHING REQUIREMENT IN TEACHING NEW AND RENEWABLE ENERGY Susanty, Meredita; Yunita, Ariana; Setiawan, Erwin
Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer Vol 10, No 2 (2019): JURNAL SIMETRIS VOLUME 10 NO 2 TAHUN 2019
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.988 KB) | DOI: 10.24176/simet.v10i2.3368

Abstract

The distinctive shortage in the availability of skilled labor in new and renewable energy sector becomes the issue that has been prevented this country in achieving the national energy mix in 2015 and 2050. Although both formal and non-formal education initiatives already exist to foster new and renewable energy education, the number of graduates cannot outpace the number of required labor. The number of graduates and their competencies must be considered because local labors are facing intense competition with foreign labors due to ASEAN Economic Community policy. This research aims to find a solution to address the educational issue in new and renewable energy education. This research is using iterative methodology from the software engineering domain to identify issues and problems in new and renewable energy education in Indonesia and suggested alternatives to address it. Combination of techniques (questionnaire, interview, studying documentation, and research a similar product) is used in requirement elicitation stage in order to provide multiple perspectives.
Perbandingan Penggunaan Panel Surya dan Turbin Angin dalam Implementasi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Lingkungan Universitas Pertamina Fadillah, Riestiya Zain; Mahendra, Adhytia Ihza; Pangestu, Muhamad Benando; Afriansyah, Afriansyah; Rahman, Ahmad Fauzan; Muhasabah, Alzahid; Susanty, Meredita; Setiawan, Erwin
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1313.693 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v22i1.3247

Abstract

ABSTRACT Health risk characteristics expressed as a Risk Quotient (RQ) can be carried out through an environmental health risk analysis (ARKL) approach. This approach can estimate the public health risk caused by the concentration of risk agents of particulates consisting of PM2.5, PM10, and TSP. The research on the fluctuation of ambient air particulate pollutant and its risk to public health was conducted in each sub-district of Bogor City. Author identified a total of 360 respondents to determine the community anthropometric variable of exposures for time, frequency, and duration. There are several steps that need to be carried out to obtain the RQ value, namely identification of hazards from particulate risk agents, analysis of the dose-response in the form of Reference Concentration (RFC), analysis of the exposure obtained based on anthropometric variables, and the concentration of risk agents as well as characteristics of risk levels. The risk level characteristic shows that the RQ value of TSP is always the highest one, followed by PM10 and PM2.5. The respective RQ values of TSP for male and female residents are 1.85 and 1.53. Cumulatively, the male and female population in Tanah Sareal produced the highest RQ values. Those are 4.44 and 3.36, respectively. At the same time, the lowest cumulative RQ was obtained for male and female residents in East Bogor with RQ values of 2.96 and 2.54. The RQ value of each risk agent or the cumulative RQ that is more than 1 (RQ> 1) is stated to have or has a health risk, so it needs to be controlled, while the RQ value which is less than one (1) is displayed not to need to be controlled but needs to be maintained. Keywords: particulate, risk level, exposure assessment, anthropometric characteristic, environmental health risk assessment   ABSTRAK Karakteristik risiko kesehatan yang dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ) dapat dilakukan melalui pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Pendekatan ini dapat mengestimasi risiko kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh konsentrasi agen risiko yaitu PM2,5, PM10, dan TSP di tiap-tiap kecamatan di Kota Bogor. Penulis mengidentifikasi sebanyak 360 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan untuk menentukan variabel antropometri masyarakat di Kota Bogor, waktu paparan, frekuensi paparan, serta durasi paparan. Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk memperoleh nilai RQ, yaitu identifikasi bahaya dari agen risiko partikulat, analisis dosis-respon berupa Reference Concentration (RfC), analisis pajanan yang diperoleh berdasarkan variabel antropometri dan konsentrasi agen risiko serta karakteristik tingkat risiko. Karakteristik tingkat risiko menunjukkan nilai RQ TSP selalu paling tinggi diikuti PM10, dan terendah adalah RQ PM2,5 dengan nilai tertinggi TSP untuk penduduk laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 1,85 dan 1,53. Secara kumulatif, penduduk laki-laki dan perempuan di Tanah Sareal menghasilkan nilai RQ tertinggi masing-masing sebesar 4,44 dan 3,36. Sedangkan RQ kumulatif terendah diperoleh untuk penduduk laki-laki dan perempuan di Bogor Timur dengan nilai RQ 2,96 dan 2,54. Nilai RQ tiap agen risiko ataupun RQ kumulatif yang lebih dari 1 (RQ>1) dinyatakan memiliki atau terdapat risiko kesehatan sehingga perlu dikendalikan, sementara nilai RQ yang masing kurang dari satu dinyatakan tidak perlu dikendalikan tetapi perlu dipertahankan. Kata kunci: partikulat, tingkat risiko, analisis pajanan, karakteristik antropometri, analisis risiko kesehatan lingkungan
Produksi Nasi Instan Berbasis Diversifikasi Pangan Lokal Ubi Ungu Sebagai Pangan Darurat Fungsional Setiawan, Erwin; Hidayatulloh, Alpin; Widiastuti, Tania
Journal of Food and Culinary Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jfc.v3i2.3922

Abstract

Konsumsi beras di Indonesia masih sangat tinggi karena mayoritas penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, hal tersebut membuat Indonesia harus mengimpor beras dari luar negeri. Selain itu Indonesia juga menjadi negara yang rawan terjadi bencana alam, keterbatasan bahan pokok dan peralatan memasak menjadi penyebab utama kurangnya pemenuhan gizi saat bencana alam.  Pemanfaatan bahan baku umbi lokal sebagai produk diversifikasi menjadi beras instan. Penyusunan artikel ilmiah ini bersifat paparan, yaitu dengan menjelaskan Produksi Nasi Instan Berbasis Diversifikasi Pangan Lokal Umbi Ungu Sebagai Pangan Darurat Fungsional. Metode perumusan masalah dengan cara mengumpulkan beberapa masalah yang timbul dari latar belakang serta disusun secara sistematik. Penyusunan perumusan masalah menggunakan metode analisa dengan objek beras analog dari ubi ungu sebagai nasi instan dan mencoba mengaitkan dengan potensi dalam pengembangan produk pangan darurat yang bersifat fungsional. Pengumpulan data merujuk beberapa literatur berupa jurnal penelitian, prosiding, dan buku referensi. Penulis melakukan metode analisis dan pemecahan masalah dengan beberapaa tahapan yaitu memahami konsep permasalahan dengan menemukan kata kunci, merumuskan masalah yang akan dibahas, mengumpulkan data melalui studi literatur, melakukan diskusi lanjutan, mengurai rumusan masalah dengan menggunakan kata kunci, serta menemukan solusi dan menarik kesimpulan. Tujuan artikel ilmiah ini untuk memaparkan terobosan untuk pembuatan nasi instan berbahan dasar umbi lokal sebagai pemenuhan gizi. Metode analisa dengan objek beras analog dari ubi ungu sebagai nasi instan dan mencoba mengaitkan dengan potensi dalam pengembangan produk pangan darurat yang bersifat fungsional. Dari hasil pemaparan dapat disimpulkan bahwa ubi ungu bisa dijadikan sebagai bahan baku nasi instan serta memilki zat gizi yang baik untuk pemenuhan gizi pada manusia
Perbandingan Penggunaan Panel Surya dan Turbin Angin dalam Implementasi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Lingkungan Universitas Pertamina Fadillah, Riestiya Zain; Mahendra, Adhytia Ihza; Pangestu, Muhamad Benando; Afriansyah, Afriansyah; Rahman, Ahmad Fauzan; Muhasabah, Alzahid; Susanty, Meredita; Setiawan, Erwin
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1313.693 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v22i1.3247

Abstract

ABSTRACT Health risk characteristics expressed as a Risk Quotient (RQ) can be carried out through an environmental health risk analysis (ARKL) approach. This approach can estimate the public health risk caused by the concentration of risk agents of particulates consisting of PM2.5, PM10, and TSP. The research on the fluctuation of ambient air particulate pollutant and its risk to public health was conducted in each sub-district of Bogor City. Author identified a total of 360 respondents to determine the community anthropometric variable of exposures for time, frequency, and duration. There are several steps that need to be carried out to obtain the RQ value, namely identification of hazards from particulate risk agents, analysis of the dose-response in the form of Reference Concentration (RFC), analysis of the exposure obtained based on anthropometric variables, and the concentration of risk agents as well as characteristics of risk levels. The risk level characteristic shows that the RQ value of TSP is always the highest one, followed by PM10 and PM2.5. The respective RQ values of TSP for male and female residents are 1.85 and 1.53. Cumulatively, the male and female population in Tanah Sareal produced the highest RQ values. Those are 4.44 and 3.36, respectively. At the same time, the lowest cumulative RQ was obtained for male and female residents in East Bogor with RQ values of 2.96 and 2.54. The RQ value of each risk agent or the cumulative RQ that is more than 1 (RQ> 1) is stated to have or has a health risk, so it needs to be controlled, while the RQ value which is less than one (1) is displayed not to need to be controlled but needs to be maintained. Keywords: particulate, risk level, exposure assessment, anthropometric characteristic, environmental health risk assessment   ABSTRAK Karakteristik risiko kesehatan yang dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ) dapat dilakukan melalui pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Pendekatan ini dapat mengestimasi risiko kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh konsentrasi agen risiko yaitu PM2,5, PM10, dan TSP di tiap-tiap kecamatan di Kota Bogor. Penulis mengidentifikasi sebanyak 360 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan untuk menentukan variabel antropometri masyarakat di Kota Bogor, waktu paparan, frekuensi paparan, serta durasi paparan. Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk memperoleh nilai RQ, yaitu identifikasi bahaya dari agen risiko partikulat, analisis dosis-respon berupa Reference Concentration (RfC), analisis pajanan yang diperoleh berdasarkan variabel antropometri dan konsentrasi agen risiko serta karakteristik tingkat risiko. Karakteristik tingkat risiko menunjukkan nilai RQ TSP selalu paling tinggi diikuti PM10, dan terendah adalah RQ PM2,5 dengan nilai tertinggi TSP untuk penduduk laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 1,85 dan 1,53. Secara kumulatif, penduduk laki-laki dan perempuan di Tanah Sareal menghasilkan nilai RQ tertinggi masing-masing sebesar 4,44 dan 3,36. Sedangkan RQ kumulatif terendah diperoleh untuk penduduk laki-laki dan perempuan di Bogor Timur dengan nilai RQ 2,96 dan 2,54. Nilai RQ tiap agen risiko ataupun RQ kumulatif yang lebih dari 1 (RQ>1) dinyatakan memiliki atau terdapat risiko kesehatan sehingga perlu dikendalikan, sementara nilai RQ yang masing kurang dari satu dinyatakan tidak perlu dikendalikan tetapi perlu dipertahankan. Kata kunci: partikulat, tingkat risiko, analisis pajanan, karakteristik antropometri, analisis risiko kesehatan lingkungan