I.B. Putera Manuaba, I.B. Putera
Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MAKNA PERLAWANAN KULTURAL DALAM PUISI INDONESIA MUTAKHIR Manuaba, I.B. Putera
ATAVISME Vol 12, No 1 (2009): ATAVISME, Edisi Juni 2009
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.829 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v12i1.152.1-7

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji bentuk perlawanan kultural yang ada dalam puisi Indonesia mutakhir serta manfaatnya. Penelitian telah menemukan beberapa bentuk perlawanan kultural dalam puisi-puisi Indonesia, termasuk perlawanan terhadap ketidakadilan sosial, demoralisasi, modernisasi, kekuasaan, kekerasan dan penindasan, serta pendidikan yang tidak mencerdaskan. Perlawanan-perlawanan budaya tersebut mengandung makna sebagai berikut. Pertama, untuk membangun masyarakat bangsa yang lebih mementingkan keadilan sosial. Kedua, untuk menciptakan sebuah masyarakat bermoralitas tinggi. Ketiga, untuk meraih kemajuan dan modernisasi dalam kehidupan di segala bidang tetapi tetap menghargai rasa kemanusiaan antarumat manusia. Keempat, bertujuan untuk membuat hidup masyarakat lebih sejahtera dan bahagia. Kelima, untuk menyarankan dan memandu gaya hidup dan budaha antikekerasan. Keenam, untuk membangun kehidupan yang toleran dan egaliter. Ketujuh, untuk mendorong pendidikan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat supaya lebih pandai dan siap setiap saat untuk menghadapi tantangan dalam hidup mereka. Abstract: The research?s aim is to study any form of cultural resistance existing in the contemporary Indonesian poems and its significance. The research has found some forms of the cultural resistance taking place in the Indonesian poems, including the resistance againts the social injustice, demoralization, modernization, power, violence and oppression, and devastating and weakening education. The cultural resistances have a sense of the following. First, to build the society nation which emphasizes more on the social justice. Second, to create a society upholding high morality. Third, to accomplish any advancement and modernization in life and in any field but remain respecting the humanity sense among human kinds. Fourth, aim to make people better off and live happily. Fifth, to advise and guide the antiviolence way of life and culture. Sixth, to build tolerant and egalitarian life. And finally, sixth, to encourage the education oriented on empowering people to be smart and being always ready in coving with challenges being faced any time in their life. Keywords: poem, cultural resistance, sense
MITOS, MASYARAKAT ADAT, DAN PELESTARIAN HUTAN Manuaba, I.B. Putera; Satya Dewi, Trisna Kumala; Kinasih, Sri Endah
ATAVISME Vol 15, No 2 (2012): ATAVISME, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.526 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v15i2.63.235-246

Abstract

Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi mitos yang diyakini masyarakat adat sekitar kawasan hutan lindung Baluran dan Gilimanuk, (2) mengkaji fungsi sosial mitos yang diyakini masyarakat adat kawasan hutan Baluran dan Gilimanuk dalam pelestarian hutan, dan (3) merumuskan model pelestarian hutan yang berbasis mitos (kearifan lokal). Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan sosiologi sastra yang dipertajam dengan pendekatan etnografis; dengan memanfaatkan data penelitian mitos yang hidup dalam masyarakat adat sekitar kawasan hutan lindung Baluran dan Gilimanuk beserta masyarakat pendukungnya. Adapun model analisisnya adalah kualitatif deskriptif. Temuan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, dalam masyarakat adat kawasan hutan Baluran dan Gilimanuk, terdapat mitosĀ­mitos yang masih diyakini masyarakatnya. Kedua, mitos memiliki fungsi sosial bagi masyarakat adat karena dapat menggerakkan tindakan sosial masyarakatnya untuk melakukan pelestarian hutan. Ketiga, model yang ditawarkan adalah model pelestarian hutan yang berbasis keyakinan masyarakat pada mitos (dengan nilaiĀ­nilai kearifan lokal). Abstract: This research aims to (1) identify the myth believed by indigenous people living around protected forests of Baluran and Gilimanuk, (2) study the social function of myth believed by indigenous people of Baluran and Gilimanuk forest areas in terms of forest conservation, and (3) formulate a model of forest conservation based on myth (local wisdom). This research uses the approach of sociology of literature, perfected by ethnographic approach. The data are the myths existing among indigenous people living around the protected forests of Baluran and Gilimanuk along with the supporting community. The analysis model is descriptive qualitatative. The research has found three findings. First, among the indigenous people in the area of Baluran and Gilimanuk forest, there are myths which are still believed by the community. Second, myth has social functions for indigenous people for its ability to encourage social actions of the community to manage forest conservation. Third, the proposed model is forest conservation model based on the community?s belief in myths (along with the local wisdom values). Key Words: myth (local wisdom values), indigenous people, forest conservation