Laelatul Anisah, Laelatul
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary Banjarmasin

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

MODEL LAYANAN INFORMASI KARIR DENGAN TEKNIK FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN PERENCANAAN KARIR SISWA SMK DI KABUPATEN DEMAK Anisah, Laelatul
JURNAL KONSELING GUSJIGANG Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Konseling Gusjigang Juni 2015
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.731 KB) | DOI: 10.24176/jkg.v1i1.292

Abstract

Masalah dari penelitian ini adalah layanan informasi karir dilaksanakan kurang maksimal yang mengakibatkan siswa kurang dalam mendapatkan informasi khususnya dalam bidang karir sehingga siswa tidak dapat menetapkan tujuan karirnya. Tujuan penelitian ini: (1) mengetahui kondisi faktual pelaksanaan layanan informasi karir di Kabupaten Demak, (2) mengetahui kondisi faktual tingkat perencanaan karir siswa di SMK N 1 Sayung, (3) menghasilkan model layanan informasi karir dengan teknik field trip untuk meningkatkan perencanaan karir siswa SMK, (4) mengetahui keefektifan model layanan informasi karir dengan teknik field trip untuk meningkatkan perencanaan karir siswa SMK N 1 Sayung. Penelitian ini menggunakan pendekatan research and development (R&D). Hasil uji coba lapangan menunjukkan tingkat perencanaan karir siswa mengalami peningkatan. Skor pre test 113 poin sedangkan skor post test 149 poin sehingga meningkat sebesar 36 poin. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan perencanaan karir.
KOMPETENSI PROFESIONAL KONSELOR DALAM PENYELENGGARAAN PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING Anisah, Laelatul
JURNAL KONSELING GUSJIGANG Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Konseling Gusjigang Juni 2016
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.816 KB) | DOI: 10.24176/jkg.v2i1.557

Abstract

?Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat kompetensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi konselor berdasarkan standar kualifikasi akademik terdiri dari empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Dimana masing-masing kompetensi memiliki makna yang berbeda yang harus dimiliki oleh seorang konselor/ guru BK. Kompetensi pedagogik berkaitan dengan pengelolaan proses pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa; kompetensi kepribadian berkaitan dengan etika akademik seorang konselor/ guru BK dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling; kompetensi sosial berkaitan dengan komunikasi dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling; dan kompetensi profesional berkaitan dalam menguasai bidang keilmuan bimbingan dan konseling. Kompetensi profesional seorang konselor/ guru BK dalam menguasai bidang keilmuan bimbingan dan konseling seorang konselor/ guru BK mampu melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling guna meningkatkan mutu pelayanan bimbingan dan konseling, salah satunya yaitu dengan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK)
Peningkatan Kapasitas Terapi Berhenti Merokok Bagi Tenaga Kesehatan Melalui Hypnoteraphy Di Puskesmas Tohari, Sabit; Anisah, Laelatul
MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 2 (2018): September
Publisher : MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.65 KB) | DOI: 10.31100/matappa.v1i2.130

Abstract

Tujuan dari kegiatan ini yaitu (1) melatih para tenaga medis dapat berhenti merokok melalui hypnoterapy, (2) meningkatkan potensi yang ada dalam diri tenaga medis. Subjek dalam kegiatan ini adalah tenaga medis di Pukesmas dan relawan berhenti merokok. Metode kegiatan yang dilakukan dengan pelatihan yaitu dengan memberikan pengenalan mengenai hypnoteraphy kemudian melakukan simulasi mengenai hypnoteraphy yang difokuskan untuk mengurangi merokok. Adapun tahapan dari hypnotreraphy yaitu pre induction, induction, deeping, sugestion, termination, post hipotic, normal. Hasil kegiatan pelatihan ini peserta yaitu melatih para tenaga medis dalam menanggulangi berhenti merokok dan meningkatkan potensi yang ada dalam diri para peserta kegiatan yaitu tenaga medis. Saran dalam kegiatan ini yaitu (1) perlunya waktu kegiatan yang lebih lama agar dalam melaksanakan simulasi, (2) perlunya tindak lanjut berkenaan dengan hypnoteraphy di puskesmas agar biasa diterapkan dan termonitoring sehingga keterampilannya dapat meningkat sesuai dengan jam terbang yang sudah dimiliki, (3) perlunya kegiatan lanjutan berkenaan dengan hypnoteraphy karena pelatihan baru sampai di dasar hypnoteraphy belum sampai teknik
KOMPETENSI PROFESIONAL KONSELOR DALAM PENYELENGGARAAN PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING Anisah, Laelatul
JURNAL KONSELING GUSJIGANG Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Konseling Gusjigang Juni 2016
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24176/jkg.v2i1.557

Abstract

?Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat kompetensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi konselor berdasarkan standar kualifikasi akademik terdiri dari empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Dimana masing-masing kompetensi memiliki makna yang berbeda yang harus dimiliki oleh seorang konselor/ guru BK. Kompetensi pedagogik berkaitan dengan pengelolaan proses pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa; kompetensi kepribadian berkaitan dengan etika akademik seorang konselor/ guru BK dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling; kompetensi sosial berkaitan dengan komunikasi dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling; dan kompetensi profesional berkaitan dalam menguasai bidang keilmuan bimbingan dan konseling. Kompetensi profesional seorang konselor/ guru BK dalam menguasai bidang keilmuan bimbingan dan konseling seorang konselor/ guru BK mampu melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling guna meningkatkan mutu pelayanan bimbingan dan konseling, salah satunya yaitu dengan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK)
EFEKTIVITAS KONSELING MOTIVATIONAL INTERVIEWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA BROKEN HOME DI SMP NEGERI 1 PELAIHARI Anisah, Laelatul; Aminah, Aminah; Farial, Farial
AL-ULUM : Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 6, No 1 (2020): Edisi April
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/alsh.v6i1.3022

Abstract

Motivation is an important thing in the learning process. The existence of student motivation in learning will make the learning process more enjoyable, communication smoother, reducing student anxiety, increasing creativity and learning activities. Mc. Donald in Sardiman (2008: 73) argues that motivation is a change in energy in a person which is characterized by the appearance of "feeling" and preceded by a response to the existence of goals. With the high motivation to learn, students will be able to achieve optimal self development in their learning achievement which is one of the main goals in learning. Based on the results of a discrete analysis of the percentage of learning motivation after providing individual counseling services with motivational interviewing techniques has increased. The average level of broken home student learning motivation in SMP Negeri 1 Pelaihari becomes 66.11% in the high category, where 64% or 23 people with a high enough category and 36% or 13 people in the Medium category and no longer found students who are at low category. From the results of the data processing, it is known that there is an increase of 10.53% where in the preservice delivery the motivation level is an average of 55.58% to 66.11%. This proves that after providing individual counseling services with motivational interviewing techniques student learning motivation can increase. Besides that based on the results of the hypothesis analysis test data obtained t count = 11.51 and t table = 1.994, so t arithmetic> t table .. This shows that "there are differences in the level of student motivation before and after getting individual counseling services with techniques motivational interviewing ".
Peningkatan Kapasitas Terapi Berhenti Merokok Bagi Tenaga Kesehatan Melalui Hypnoteraphy Di Puskesmas Tohari, Sabit; Anisah, Laelatul
MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 2 (2018): September
Publisher : STKIP Andi Matappa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31100/matappa.v1i2.130

Abstract

Tujuan dari kegiatan ini yaitu (1) melatih para tenaga medis dapat berhenti merokok melalui hypnoterapy, (2) meningkatkan potensi yang ada dalam diri tenaga medis. Subjek dalam kegiatan ini adalah tenaga medis di Pukesmas dan relawan berhenti merokok. Metode kegiatan yang dilakukan dengan pelatihan yaitu dengan memberikan pengenalan mengenai hypnoteraphy kemudian melakukan simulasi mengenai hypnoteraphy yang difokuskan untuk mengurangi merokok. Adapun tahapan dari hypnotreraphy yaitu pre induction, induction, deeping, sugestion, termination, post hipotic, normal. Hasil kegiatan pelatihan ini peserta yaitu melatih para tenaga medis dalam menanggulangi berhenti merokok dan meningkatkan potensi yang ada dalam diri para peserta kegiatan yaitu tenaga medis. Saran dalam kegiatan ini yaitu (1) perlunya waktu kegiatan yang lebih lama agar dalam melaksanakan simulasi, (2) perlunya tindak lanjut berkenaan dengan hypnoteraphy di puskesmas agar biasa diterapkan dan termonitoring sehingga keterampilannya dapat meningkat sesuai dengan jam terbang yang sudah dimiliki, (3) perlunya kegiatan lanjutan berkenaan dengan hypnoteraphy karena pelatihan baru sampai di dasar hypnoteraphy belum sampai teknik