Ganal Rudiyanto
FSRD USAKTI

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

RANCANAGAN ORNAMEN 'MOTIF-MOTIF URBAN' PADA KAIN TENUN NUSANTARA Dina Martin; Ganal Rudiyanto
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 10 No. 1 (2013)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1936.93 KB) | DOI: 10.25105/dim.v10i1.932

Abstract

Abstract Indoensia rich in ornaments, motifs and color of clothes weaving. This diversity is the influence of geographical factors, demograraphic and outsider influences. There are several working techniques, the most common technique is the tehnique of ikat weaving lungsi, the second is the technique of feed belt, tie the third is called multiple or double ikat tie. Sumba is one area in Indonesia is rich in decoration of ikat weaving. Researchers used a contructivist the existing motifs on weaving clothes , it used as the basis of creation, the science of aesthetics, science, phenomenology, and the science of design. Urban weaving motifs created by using a phenomenological observation motifs that exist in Sumba ikat, and observations made by researchers observed using the sense and reflect the basis for the creation of urban motifs woven fabric. To create new weaving patterns of urban motifs as the end of the result. AbtrakIndonesia kaya akan ragam hias, motif dan pewarnaan pada kain Nusantara . Keragaman ini merupakan pengaruh dari faktor geografis, demografis dan pengaruh luar. Ada beberapa teknik pengerjaan, teknik yang paling umum adalah teknik ikat lungsi, kedua adalah teknik ikat pakan, ikat yang ketiga adalah yang disebut dengan tenun ikat berganda atau dobel ikat. Sumba merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan ragam hias tenunnya. Peneliti menggunakan pardigma teori filsafat konstuktivisme Guba, secara ontologi, epistomologi dan metodologi.
PERIODISASI POLA-POLA PERUBAHAN PADA TENUN ULOS BATAK TOBA DI SUMATERA UTARA DAN TENUN GRINGSING DI TENGANAN BALI AGA DARI ABAD KE-19 SAMPAI ABAD KE-20 Ganal Rudiyanto
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 8 No. 2 (2011)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1360.294 KB) | DOI: 10.25105/dim.v8i2.994

Abstract

Abstract The changes that occur in community are also caused by human factors as an indicator. Nevertheless technology indicators and economic needs appear to be dominant in accelerating in the mid-19th century, a tendency towards a shift or change. these changes can run slowly and progressivelyThis paper describes the weaving looms culture periodicity of Toba Bataknese adn Balinese that began in modern times, the 19th century until the 20th century. Abstrak Bagaimanapun perubahan yang terjadi di dalam masyarakat juga disebabkan oleh banyak faktor-faktor sebagai suatu indikator . Walupun demikian indikator teknologi dan kebutuhan ekonomi napmak lebih dominan memberikan percepatan pada pertengahann abad ke-19, kecenderungan ke arah terjadinya pergeseran atau perubahan. Perubahan itu dapat berjalan secara progresif dan perlahan.Tulisan ini menggambarkan periodisasi budaya tenun Batak Toba dan Tenun Bali ini dimulai pada zaman modern, abad ke 19 sampai abad ke -20
GAYA SENI, PATRONASE DAN PROSES PELEMBAGAAN SENI KERAJINAN DI JEPARA DAN BALI Ganal Rudiyanto
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 5 No. 1 (2007)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.183 KB) | DOI: 10.25105/dim.v5i1.1231

Abstract

AbstractArt product is based on between the line meaning divided into four categories, which are: (1) art which is made as cultural symbol product, (2) have a meaning of faith in God, (3) have a meaning of local cultures, and ( 4) have a meaning of economics. From the four aspect, the writer is trying to compare, symbolic meaning which is implied in public art in Bali with industrial carving in Jepara, and also trying to know the form of the social construction of art.keywords: social structure afar!, comparisonAbstrakProduk seni berdasarkan makna yang tersirat dibagi menjadi empat kategori, yaitu: (1) seni yang dibuat sebagai produk simbol budaya, (2) bermakna kepercayaan, (3) bermakna adat istiadat setempat, dan (4) bermakna ekonomi. Dan i ke empat aspek tersebut penulis mencoba membandingkan, makna simbolis yang terkandung da lam karya seni masyarakat di Bali dengan industri kerajinan ukir di Jepara, serta mencoba mengetahui ben tuk konstruksi sosial seninya. Kata kunci: struktur sosial seni, perbandingan
ULOS: RAGAM HIAS DAN MAKNANYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT BATAK TOBA Ganal Rudiyanto
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 3 No. 1 (2005)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2179.651 KB) | DOI: 10.25105/dim.v3i1.1502

Abstract

Abstrak Ulos adalah sejenis kain adat hasil kerajinan tradisional suku bangsa Batak. Kerajinan Ulos merupakan salah satu di antara kerajinan keluarga yang dapat ditemukan di daerah Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Simalungun dan Tanah Karo. Ulos adalah kain adat sebagimana juga songket di daerah Melayu, yang dipakai pada saat upacara perkawinan, memdirikan dan memasuki rumah baru, upacara kematian, dan ksenian seperti Tot Tor serta upacara-upacara adat lainnya . Beberapa jenis tertentu dari ulos mempunyai nilai sakral dan magis sehingga ulos mempunyai fungsi dan peranan penting dalam kehidupan suku bangsa Batak.