Krishna Hutama
FSRD USAKTI

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENCIPTAAN COSPLAY TOKOH WAYANG 'LIMBUK' UNTUK SENI PERTUNJUKAN URBAN DI JAKARTA Putri Anggraeni Widyastuti; Yuke Ardhiati; Krishna Hutama
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 10 No. 1 (2013)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1321.554 KB) | DOI: 10.25105/dim.v10i1.935

Abstract

AbstractIn general beginner-level cosplayer and common people think that in cosplay events, cosplayers pklay as fictional and non-fictional characters from America or Japan. However, a similar event charged this perception somewhat. In Hellofest, cosplayers not only play as characters from Japan or America, but also from Indoensia. In this event, one can find cosplayers posing as characters inspired from wayang talesOf Course, this changes the principal meaning of cosplay itself. Cosplay is the art of playacting, not unlike theatre, as in cosplay can be considered as a part of urban art. To popularize this urban event, the wayang character "Limbuk" was created. This serves not only as a critic for cosplay in general, but it also serves as a solution for cosplayers with rotund bodies who are concerned with their body shapes. It also helps preserve the wayang tradition in this globalization era, while introducing this female punakawan to the peopleUsing qualitative reserach method with the grounded theory and phenomenology approaches, as well as supported by several theories, such as the post-modern theory, the writers tried to conceptualize the cosplay of the awayang character " Limbuk" for theatrical shown in Jakarta. The process itself is not so different from fashion designing in general AbstrakPada umumnya cosplayer pemula dan masyarakat awam hanya mengetahui bahwa dalam acara cosplay, cosplayer menampilkan karakter fiksi dan non fiksi dua dimensi dari Jepang atau amerika ke dalam bentuk tiga dimensi. akan tetapi , melihat seuah fenomena acara sejenis yang berbeda, mengubah pemikiran mengenai cosplay. acara tersebut adalah Hellofest, di mana para cosplayer mengenakan kostum dan dandanan karakter dari Jepang atau Amerika tetapi juga dari Indonesia. Di acara ini, dapat ditemui para cosplayer mengenakan kostum dan dandanan yang terinsipirasi dari tokoh pewayangan.Ini tentu saja mengubah pemahaman mengenai cosplay itu sendiri. Cosplay adalah seni bermain peran seperti layaknya teater, karena bagimanapun juga dalam acara cosplay terdapat kabaret yang diikuti oleh tim-tim cosplayer. Jadi tidak heran kalau cosplay merupakan bagian dari seni pertunjukan urban. Untuk meramiakan acara seni pertunjukan urban ini, maka dibuatlah penciptaan tokoh wayang Limbuk. Ini di samping sebagai kritik terhadap cosplay pada umumnya, juga sebagai solusi bagi cosplayer bertubuh gemuk, agar bisa ikut bagian dalam acara cosplay tanpa harus khawatir dengan bentuk tubuh. Di samping ini juga memlestarikan pewayangan di era globalisasi ini. Selain ini juga memperkenalkan dan mengapresiasi tokoh punkawan wanita ini kepada masyarakat.Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory dan fenomenologi, serta didukung dengan berbagai teori seperti teori postmodern, penulis mencoba membuat konsep penciptaaan cosplay tokoh wayang " Limbuk" untuk seni pertunjukan di Jakarta. Untuk proses penciptaaan cosplay karakter ini tidak jauh berbeda denga yang dilakukan desainer fashion pada umumnya
SENI RAGAM HIAS STAINED GLASS PADA BANGUNAN-BANGUNAN DI JAKARTA Krishna Hutama
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 2 No. 2 (2005)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1690.378 KB) | DOI: 10.25105/dim.v2i2.1266

Abstract

AbstrakStainned glass atau yang lebih dikenal di Indoensia dengan sebutan kaca patri/kaca timah secara teknis adalah rangkaian beragam kepingan kaca berwarna atau mozaik kaca berwarna yang berfungsi untuk tempat masuknya cahaya sekaligus sebagai unsur dekoratif gedung atau rumah seperti jendela atau panel-panel jendela. Pada bangunan gereja atau katedral makna estetis stained glass dipadukan dengan makna spritualnya, antara lain sebagai sumber cahaya agung Tuhan yang menyinari tiap ruang gereja.Tulisan ini mencoba mengetengahkan seni ragam hias stainned glass ( kaca patri) pada jendela bangungan-bangunan di Jakarta AbstractStainned glas known as "kaca patri' . Technically stainned glass is an arrangement of pieces of colored glass, mozaick coloured glass which acts as light entrance,also as a decorative element of a building, such as windows or window panels. Such building like church or Catedral, the aesthetics meaning of stainned glass is combined with the spiritua; meaning, such as God's source of light that illuminates every single chapter in the Church.The purpose of this passage is presentation of the art of stainned glass on windows of buildings in Jakarta
PENCITRAAN KRIYA SEBAGAI PRODUK SENI WISATA Krishna Hutama
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 4 No. 1 (2006)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.739 KB) | DOI: 10.25105/dim.v4i1.1314

Abstract

AbstractNeed of souvenir to supply demand from local and international tourist could be assumed that keris was one of craft commodity with good prospect. The impact of tourism very influential to change over the shape of craft according to the tourist demands. Keris from center of Java souvenir that available for tourist was transmission media value that realized as an impression for tourist about everything they have got as long as their traveling. In the marketing contexts, imagination or creation of value impressed that tharnsfererd on souvenir was an important aspect to make tourism marketing succesfull. So that Central Java keris could be an associative bridge to recognize the culture which is the tourism placed AbstrakPengaruh pariwisata sangat menentukan terhadap prubahan bentuk bentuk karya seni sesuai dengan keinginan para wisatawan. Dalam konteks pemasaran, pencitraan atau penciptaaan kesan , kesan nilai yang diproyeksikan pada cenderamata  merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pemasaran pariwisata.Dengan demikian cenderamata produk kriya dapat menjadi jembatan yang bersifat asosiatif dalam mengenal budaya pariwisata setempat.Kajian penilitian ini menyimpulkan bahwa pergeseran nilai dan fungsi produk kriya cenderung disebabkan oleh adanya kebutuhan-kebutuhan baru sesuai dengan tuntutan perubahan jaman.