Agus Nugroho Ujianto
FSRD Universitas Trisakti

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

UNSUR-UNSUR GRAFIS DALAM KOMIK WEB Andrew Yonkie; Agus Nugroho Ujianto
Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain Vol. 2 No. 2 (2017): Jurnal Dimensi DKV : Seni Rupa dan Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.279 KB) | DOI: 10.25105/jdd.v2i2.2184

Abstract

AbstractThe Graphic Elements in Webcomics. Webcomics now exist as a form of replacement for conventional comics. Webcomics suited for the current generation who values timesaving products and services. Comic artists also begin to shift toward webcomics to express their creative flair in the stories they want to present, utilizing beautiful art styles and adjust to the new layout found in webcomics. This paper discuss 3 (three) webcomics originally from Indonesia in fantasy genre which are Super Santai, Nusantara Droid War, and Mantradeva. Each webcomics has unique character and storyline that their readers favor. Those webcomics analyzed with qualitative methods to explore the graphic elements. The graphic elements are the style of illustration, layout, colors, and typography. The result is each webcomics has their unique characteristics in illustrationstyle and storyline that attracts young readers.AbstrakUnsur-unsur Grafis Dalam Komik Web. Komik web sekarang muncul sebagai semacam pengganti komik konvensional. Komik web dianggap lebih cocok untuk generasi masa kini yang lebih melirik produk dan layanan yang praktis. Penulis komik juga mulai beralih ke komik web untuk mengeskpresikan kreativitas mereka di dalam cerita yang ingin mereka buat, memanfaatkan gaya gambar yang indah dan menyesuaikan layout baru yang ditemukan dalam komik web. Makalah ini membahas3 (tiga) komik web asli Indonesia dengan genre fantasi yaitu Super Santai, Nusantara Droid War, dan Mantradeva. Masing-masing komik web tersebut memiliki keunikan karakter dan cerita sehingga digemari oleh banyak pembacanya. Ketiga komik web tersebut dianalisis dengan metode kualitatif berdasarkan unsur-unsur grafisnya yaitugaya ilustrasi, layout, warna, dan tipografi. Hasil dari analisis adalah setiap komik web memiliki ciri khas masing-masing dalam gaya ilustrasi dan cerita yang khas sehingga mampu menarik perhatian pembaca muda.
Pengembangan Motif Batik Semarangan Menggunakan Tipografi sebagai Gagasan Visual Brian Alvin Hananto; Achmad Syarief; Agus Nugroho ujianto
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 1 No. 1 (2018): Jurnal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.225 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v1i1.3874

Abstract

AbstractIn the past 10 years, as production knowledge evolved and consumption increased, batik is flourished in Indonesia either through self-development business or county’s development centre programme. One of the promising development centre project is Semarang Batik Village (Kampung Batik Semarang) that produce both traditional motif of Semarang’s Batik (Semarangan) and contemporary motifs using visuals of popular icon of Semarang such as culinary, architectural, and tourism spot objects. Based on the premise of batik as visual medium, the research developed new and contemporary Semarangan batik using typography as visual elements. It conducted in 2 (two) phases: first phase was using literature review, on site observation and interview with batik craftsmen at Kampung Batik Semarang. Second phase was the designing process on the purpose to visualize motif through digital means. Results of batik development are 5 (five) new contemporary motifs of Batik Semarangan that each produce in 2 (two) tone colours.AbstrakDalam dasawarsa terakhir teknologi produksi, desain motif dan konsumsi batik telah berkembang pesat di hampir seluruh pelosok Indonesia baik melalui program pengembangan usaha batik mandiri maupun pengembangan sentra batik daerah. Salah satu proyek sentra batik daerah yang menunjukkan perkembangan positif adalah Kampung Batik Semarang, yang direvitalisasi setelah sempat menghilang di masa penjajahan Belanda-Jepang. Melalui kampung batik Semarang diproduksi kembali motif-motif batik Semarangan lama serta motif-motif Semarangan baru/kontemporer melalui visualisasi ikon populer kota Semarang seperti kuliner, bangunan arsitektural, dan situs wisata. Berdasarkan premis batik sebagai medium visual, dalam penelitian dikembangkan motif batik Semarangan baru/kontemporer dengan memanfaatkan elemen visual tipografi. Proses penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) fase yaitu fase pertama memanfaatkan kajian kepustakaan mengenai Batik Semarangan, serta observasi dan wawancara pada pelaku produksi batik di Kampung Batik Semarang. Fase kedua proses perancangan dan visualisasi motif batik secara digital. Hasil pengembangan berupa 5 (lima) motif batik yang menggunakan 2 (dua) pewarnaan untuk masing-masing motif.