Yanuar Zulkifli Harun
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Uji Aktivitas Senyawa Aktif Kunyit (Curcuma Longa l.) sebagai Kandidat Antidepresan dengan Metode In Silico Ahnafvian Thirza Niadi; Miranti Kania Dewi; Yanuar Zulkifli Harun
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1290

Abstract

Abstract. A major depressive disorder is a depressive mood disorder. It can become a more serious condition if not handled appropriately and it can even lead to suicidal ideation. Therefore, appropriate treatment is needed. The standard antidepressant drugs that are used today have several side effects that may reduce patient compliance and thus indirectly reduce the effectiveness of treatment. As a result, new treatments are needed that can be as effective as current medications but have fewer side effects. One of the alternative medicine candidates is turmeric (Curcuma longa L.). This study aimed to test the activity of the active compound of turmeric (Curcuma longa L.) as an antidepressant candidate using the in silico method. This study was a descriptive observational study in the form of in silico analysis with a computational model using the applications PubChem, Swiss Target Prediction, and STRING to analyze the interaction between the active compounds contained in turmeric and target proteins that act as an antidepressants.The results of the search, selection, and analysis of turmeric's active compounds were found a number of 3 target proteins, namely ACHE, BACE1, and MAOA. The active compounds contained in turmeric that have the potential as antidepressants using the in silico method are toluene, 1-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl) -7- (3,4-dihydroxyphenyl)-1,6-heptadiene -3,5-dione, curcumin. (curcumin I), demethoxycurcumin (curcumin II) and bisdemethoxycurcumin (curcumin III). Because of its performance in activating these three target proteins, turmeric has the potential to be used as an antidepressant. Abstrak. Major depressive disorder merupakan gangguan mood depresi, yang jika tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi lebih berat dan berpotensi menimbulkan keinginan bunuh diri pada pasiennya. Oleh karena itu pengobatan yang tepat sangat dibutuhkan. Obat standar antidepresan yang dipakai saat ini diketahui memiliki beberapa efek samping yang kemungkinan dapat menurunkan kepatuhan pasien dan secara tidak langsung akan menurunkan pula efektifitas pengobatan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya alternatif pengobatan yang memiliki efektifitas sama dengan obat standar namun memiliki efek samping yang minimal. Salah satu kandidat obat alternatif adalah kunyit (Curcuma longa L.). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji aktivitas senyawa aktif kunyit (Curcuma longa L.) sebagai kandidat antidepresan dengan metode in silico. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif berupa analisis in silico dengan model komputasi menggunakan aplikasi PubChem, Swiss Target Prediction dan STRING untuk menganalisis interaksi antara senyawa aktif yang terkandung dalam kunyit dengan protein target yang berperan sebagai antidepresan. Hasil pencarian, seleksi, serta analisis berdasarkan ikatannya dengan senyawa aktif kunyit ditemukan sejumlah 3 protein target yang memiliki potensi antidepresan yaitu ACHE, BACE1 dan MAOA. Kandungan senyawa aktif kunyit yang berpotensi sebagai antidepresan dengan metode in silico adalah toluene, 1-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl) -7- (3,4-dihydroxyphenyl)- 1,6 -heptadiene -3,5- dione, curcumin (curcumin I), demethoxycurcumin (curcumin II) dan bisdemethoxycurcumin (curcumin III). Kunyit memiliki potensi sebagai antidepresan melalui kerjanya dalam aktivasi dari ketiga protein target tersebut.
Diabetik Retinopati dan Penurunan Fungsi Kognitif pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Nadya Meisya Putri; Ieva Baniasih Akbar; Yanuar Zulkifli Harun
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6568

Abstract

Abstract. Diabetes Mellitus is a metabolic disease cause various complications. According to International Diabetes Federation, 9.3% population aged 20-79 years suffer from diabetes. In the eyes causing diabetic retinopathy which occurs in 35% of diabetic patients, and in the brain which causes an increase in cognitive impairment. Both of them are characterized by some mechanisms related to chronic hyperglycemia and insulin resistance such as neuroinflammation, vascular degeneration, glial activation, and other pathological mechanisms such as activation of reactive oxidative stress (ROS) and accumulation of advanced glycation end products (AGEs). ). The purpose of this study was to analyze the relationship between diabetic retinopathy and cognitive impairment at Soreang Hospital Outpatient Eye Clinic. The number of samples using total sampling with 74 research subjects. This study used an observational analytic method with a cross-sectional approach. Data collection was obtained from medical records and interviews using Mini-Mental State Examination (MMSE). The statistical test used the chi-square test. The results of the univariate test showed that the majority of diabetic retinopathy patients had nonproliferative diabetic retinopathy (NDPR) stages, while the majority of cognitive impairment in diabetic retinopathy patients had definitive cognitive impairment. The results of the analysis relationship between diabetic retinopathy and cognitive impairment obtained a value of p=0.001 (p<0.05) with a correlation coefficient test of r=0.418 which shows moderate relationship. In conclusion, There is a relationship between diabetic retinopathy and cognitive impairment at Soreang Hospital Outpatient Eye Clinic Abstrak. Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Menurut International Diabetes Federation terdapat 9,3% penduduk usia 20-79 tahun menderita diabetes. Peningkatan durasi dari diabetes dan kontrol gula darah yang buruk akan mengakibatkan terjadinya komplikasi salah satunya pada mata menyebabkan diabetik retinopati yang terjadi pada 35% pasien diabetes dan pada otak yang menyebabkan peningkatan penurunan fungsi kognitif. Baik diabetik retinopati dan penurunan fungsi kognitif dikarakteristikan oleh sejumlah mekanisme yang berhubungan akibat hiperglikemia kronik dan resistensi insulin seperti adanya neuroinflamasi, degenerasi vaskular, aktivasi glial, dan mekanisme patologis lainnya seperti aktivasi reactive oxidative stress (ROS) dan akumulasi advanced glycation end-products (AGEs). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara diabetik retinopati dengan penurunan fungsi kognitif di Klinik Mata Poli Rawat Jalan RSUD Soreang. Teknik pemilihan sampel menggunakan total sampling, dengan subjek penelitian sebanyak 74 pasien. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data diperoleh dari medical record dan wawancara menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE). Uji statistik menggunakan uji chi square. Hasil uji univariat didapatkan karakteristik pasien diabetik retinopati mayoritas memiliki stadium nonproliferative diabetic retinopathy (NDPR), sedangkan stadium penurunan fungsi kognitif pada pasien diabetik retinopati mayoritas memiliki stadium definitive gangguan kognitif. Hasil analisis hubungan antara diabetik retinopati dengan penurunan fungsi kognitif didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05) dengan uji koefisien korelasi r=0,418 yang menunjukan terdapat hubungan sedang. Terdapat hubungan antara diabetik retinopati dengan penurunan fungsi kognitif di Klinik Mata Poli Rawat Jalan RSUD Soreang.