Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan organisasi yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengembangkan potensi peserta didik hingga maksimal. Pengembangan kemampuan peserta didik tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran di kelas. Peserta didik dapat berhasil di kelas tidak terlepas dari kemampuan guru dalam merancang pembelajaran, kemampuan dalam mengelola kelas, merancang pendekatan, model dan metode pembelajaran serta kemampuan melakukan evaluasi yang baik. Tuntutan kurikulum 2013 adalah kemampuan peserta didik dalam mencapai high order thinking skills (HOTS), sementara guru masih mengalami kesulitan dalam pembuatan alat evaluasi berupa instrumen tes. Salah satu kemampuan yang termasuk kemampuan HOTS adalah kemampuan berpikir kritis. Pembuatan alat evaluasi yang memenuhi HOTS merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh guru, begitupun dalam pembuatan instrumen tes kemampuan berpikir matematis yang merupakan bagian dari kemampuan HOTS. Penyelesaian masalah tersebut membutuhkan kajian teoritis ataupun empiris yang dapat disajikan dalam bentuk penulisan naskah instrumen evaluasi berupa tes kemampuan berpikir kritis.. Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking skills (HOTS), permasalahan ini muncul sejak tahun 2017 bahwa pelaksanaan penyelenggaraan UNBK sudah menerapkan ujian dengan bentuk high order thinking skills (HOTS), keadaan ini menyebabkan peserta didik mengeluh dengan soal-soal yang diberikan terlalu sulit dan dipandang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan di kelas. Sementara di pihak lain banyak sekali permasalahan yang dihadapi guru selama melaksanakan pembelajaran, apalagi dalam pembuatan alat evaluasi tes HOTS khususnya soal kemampuan berpikir kritis, karena selama ini belum ada pendampingan dan pelatihan dalam pembuatan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Sekolah Menengah Pertama yang menjadi mitra merupakan sekolah yang terus berkembang dengan pendanaan untuk pengembangan fisik maupun untuk pengembangan guru-gurunya sangat bergantung dari dana yang berasal dari dana masyarakat khususnya dari siswa, maka sangat membutuhkan dorongan dan sekaligus bantuan dalam upaya meningkatkan kinerja para guru sehingga dapat menghasilkan pesera didik yang dapat dibanggakan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan pemerintah.