Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Is Online Learning Accessible During COVID-19 Pandemic? Voices and Experiences of UIN Sunan Kalijaga Students with Disabilities Ro'fah, Ro'fah; Hanjarwati, Astri; Suprihatiningrum, Jamil
Nadwa Vol 14, No 1 (2020): Islamic Education and Radicalism
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2020.14.1.5672

Abstract

The study seeks to examine the voices and experiences of students with disabilities in navigating online learning during the COVID-19. Based on in-depth interviews with thirty-four students with various disabilities of UIN Sunan Kalijaga, this study attempts to answer how these students experiencing online learning, what challenges they encounter, and what strategies they are using to navigate this new way of learning. Results show most students prefer conventional face-to-face learning, compared to the online learning one. Students reported various challenges they experienced, the most important of which is the high cost of internet access. Other challenges include the inaccessibility of the e-learning system with respect to the platform of online learning and the learning activities. Students also concerned with the absence of supports that they normally received from the university’s disability office (Pusat Layanan Difabel/ PLD). These challenges have encouraged students to seek help from family members, peers, and lecturers.Abstrak Studi ini berupaya untuk mengevaluasi pendapat dan pengalaman siswa penyandang cacat dalam menavigasi pembelajaran online selama COVID-19. Berdasarkan wawancara mendalam dengan tigapuluh empat mahasiswa dengan berbagai kecacatan di UIN Sunan Kalijaga, penelitian ini mencoba menjawab bagaimana para siswa ini mengalami pembelajaran online, tantangan apa yang mereka hadapi, dan strategi apa yang mereka gunakan untuk menavigasi cara belajar baru ini. Hasil menunjukkan sebagian besar siswa lebih suka pembelajaran tatap muka konvensional, dibandingkan dengan pembelajaran online. Siswa melaporkan berbagai tantangan yang mereka alami, yang terpenting adalah tingginya biaya akses internet. Tantangan lain termasuk tidak dapat diaksesnya sistem e-learning sehubungan dengan platform pembelajaran online dan kegiatan pembelajaran. Siswa juga khawatir dengan tidak adanya dukungan yang biasanya mereka terima dari Pusat Layanan Difabel (PLD) universitas. Tantangan-tantangan ini telah mendorong siswa untuk mencari bantuan dari anggota keluarga, teman sebaya, dan dosen
PERSEPSI PENYANDANG DISABILITAS DAN STAKEHOLDER UNTUK MEMPROMOSIKAN DAN MENGEMBANGKAN KOMUNITAS INKLUSIF DI DIY DAN ASIA TENGGARA Hanjarwati, Astri; Suprihatiningrum, Jamil; Aminah, Siti
Jurnal Sosiologi Reflektif Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jsr.v13i12.1625

Abstract

 This research was conducted to investigate the perceptions of persons with disabilities and stakeholders regarding the promotion and development of Friendly and Inclusive Communities in Bantul Regency, DIY and Kendari City, Southeast Sulawesi. The study was designed using transformative mixed-method, with the framework of KIPA (Knowledge, Inclusion, Participation, and Access) as a theoretical framework core. The first step was carried out by an empirical survey through distributing questionnaires to 48 respondents in Bantul Regency and 52 respondents in Kendari City. The results of data analysis from questionnaire contents were processed through descriptive statistics to describe respondents' perceptions quantitatively. Quantitative results are used as a reference in qualitative data collection, namely through in-depth interviews with selected respondents. The results of the study show that both persons with disabilities and stakeholders have a positive perception of the promotion and development of a friendly and inclusive community in their area. Although knowledge about disability, inclusion and the issues that surround it is still limited, but both persons with disabilities and stakeholders claim the need for a Friendly and Inclusive Community to be realized. Repondents of persons with disabilities also added that participation and access to development by and for persons with disabilities needs to be improved both in terms of quantity and quality.Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi persepsi penyandang disabilitas dan stakeholders mengenai promosi dan pengembangan Komunitas Ramah dan Inklusif di Kabupaten Bantul, DIY dan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Penelitian didesain menggunakan transformative mixed-method, dengan kerangka KIPA (Knowledge, Inclusion, Participation, and Access) sebagai core theoretical framework. Langkah pertama dilakukan dengan survey empiris melalui penyebaran kuesioner kepada 48 responden di Kabupaten Bantul dan 52 responden di Kota Kendari. Hasil analisis data dari isian kuesioner diolah melalui statistik deskriptif untuk menggambarkan persepsi responden secara kuantitatif. Hasil kuantitatif dijadikan sebagai rujukan dalam pengambilan data secara kualitatif, yaitu melalui in-depth interview kepada responden terpilih. Hasil penelitian menunjukkan baik penyandang disabilitas maupun stakeholders memiliki persepsi yang positif terhadap promosi dan pengembangan Komunitas Ramah dan Inklusif di daerah mereka. Meskipun pengetahuan mengenai disabilitas, inklusi dan isu-isu yang melingkupinya masih terbatas, namun baik penyandang disabiltias dan stakeholders mengaku perlunya Komunitas Ramah dan Inklusif untuk diwujudkan. Reponden penyandang disabilitas juga menambahkan bahwa partisipasi dan akses pembangunan oleh dan untuk penyandang disabilitas perlu ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.   
Is Online Learning Accessible During COVID-19 Pandemic? Voices and Experiences of UIN Sunan Kalijaga Students with Disabilities Ro'fah, Ro'fah; Hanjarwati, Astri; Suprihatiningrum, Jamil
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 14, No 1 (2020): Islamic Education and Radicalism
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2020.14.1.5672

Abstract

The study seeks to examine the voices and experiences of students with disabilities in navigating online learning during the COVID-19. Based on in-depth interviews with thirty-four students with various disabilities of UIN Sunan Kalijaga, this study attempts to answer how these students experiencing online learning, what challenges they encounter, and what strategies they are using to navigate this new way of learning. Results show most students prefer conventional face-to-face learning, compared to the online learning one. Students reported various challenges they experienced, the most important of which is the high cost of internet access. Other challenges include the inaccessibility of the e-learning system with respect to the platform of online learning and the learning activities. Students also concerned with the absence of supports that they normally received from the university’s disability office (Pusat Layanan Difabel/ PLD). These challenges have encouraged students to seek help from family members, peers, and lecturers.Abstrak Studi ini berupaya untuk mengevaluasi pendapat dan pengalaman siswa penyandang cacat dalam menavigasi pembelajaran online selama COVID-19. Berdasarkan wawancara mendalam dengan tigapuluh empat mahasiswa dengan berbagai kecacatan di UIN Sunan Kalijaga, penelitian ini mencoba menjawab bagaimana para siswa ini mengalami pembelajaran online, tantangan apa yang mereka hadapi, dan strategi apa yang mereka gunakan untuk menavigasi cara belajar baru ini. Hasil menunjukkan sebagian besar siswa lebih suka pembelajaran tatap muka konvensional, dibandingkan dengan pembelajaran online. Siswa melaporkan berbagai tantangan yang mereka alami, yang terpenting adalah tingginya biaya akses internet. Tantangan lain termasuk tidak dapat diaksesnya sistem e-learning sehubungan dengan platform pembelajaran online dan kegiatan pembelajaran. Siswa juga khawatir dengan tidak adanya dukungan yang biasanya mereka terima dari Pusat Layanan Difabel (PLD) universitas. Tantangan-tantangan ini telah mendorong siswa untuk mencari bantuan dari anggota keluarga, teman sebaya, dan dosen
Islam - Science Integration Approach in Developing Chemistry Individualized Education Program (IEP) for Students with Disabilities Jamil Suprihatiningrum
Journal of Education and Learning (EduLearn) Vol 11, No 4: November 2017
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.819 KB) | DOI: 10.11591/edulearn.v11i4.7002

Abstract

The paper is based on a research which tries to explore, explain and describe Islam - science integration approach to develop an Individualized Education Program (IEP) for students with disabilities in chemistry lesson. As a qualitative case study, this paper is aimed at investigating how Islam - science integration approach can be underpinned for developing the IEP for Chemistry. Participants were recruited purposively and data were collected by interviews; documents’ analysis; and experts’ assessment (i.e. material experts, inclusive education experts, media experts, chemistry teachers and support teachers), then analyzed using content-analysis. The result shows Islam - science integration approach can be a foundation to develop the chemistry IEP by seeking support for the verses of the Qur'an and corresponding hadiths. Even although almost all the subject matter in chemistry can be integrated with Islamic values, this study only developed two contents, namely Periodic System of Elements and Reaction Rate.
Studi Komparasi Modul Kimia Berbasis Media Screen Reader Jaws dan Braille Terhadap Prestasi, Motivasi, dan Kemandirian Belajar Peserta Didik Difabel Netra Jamil Suprihatiningrum; Sholihah Nur Fitriyani
INKLUSI Vol. 1 No. 2 (2014)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.447 KB) | DOI: 10.14421/ijds.010205

Abstract

This study aimed to compare the achievement, motivation, and independent learning of blind students who use screen reader JAWS and braille module.This research was conducted at MAN Maguwoharjo Yogyakarta involving 5 blind students in the chemistry subject of academic year 2013/2014. One student is as an instrument validation test subject, two students as subjects in the experimental class and two students as subjects in the control class. The instruments used in this study are the observation sheet,multiple choice test, questionnaire responses, motivation scale, and independent learning scale. Data of student achievement, motivation and independence scale were analyzed using nonparametric statistical test of independent samples. The result shows that no significant difference between the achievement, motivation, and independence of blind students who use screen reader JAWS module and braille module.
Proses Pengembangan Tabel Periodik Unsur (TPU) Braille untuk Siswa Difabel Netra Nurma Setya Wardhani; Jamil Suprihatiningrum
INKLUSI Vol. 2 No. 1 (2015)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1019.818 KB) | DOI: 10.14421/ijds.020106

Abstract

One of the challenging subjects in chemistry for students with visual impairment is the periodic table, known in bahasa Indonesia as SistemPeriodikUnsur ( SPU). The common method of teaching currently used for this subject is lecture, with occasional use of tactile demonstration where the teacher or lecturer describes the visual component by drawing the object on thestudent’s palm or back. In short, students with visual impairment learn the periodic tableby relying heavilyon their memory.Based on this teaching challenge, this developmental research undertakesthe development of a Braille version of the periodictable that will enable a blind student to properly learn chemistry. This Braille model is an accessible, tactual based learning tool that enables blind students to learn independently through experience.[Salah satu materi pembelajaran kimia yang termasuk sulit diajarkan kepada siswa difabel netra adalah materi Sistem Periodik Unsur (SPU). Guru menyampaikan materi SPU kepada siswa difabel netra dengan metode ceramah. Guru memperkenalkan berbagai unsur dalam susunan periodik dengan bercerita dan sesekali memberikan gambaran dengan rabaan pada tangan atau punggung. Oleh karena itu, siswa difabel netra hanya mengandalkan ingatan dalam mempelajari materi tersebut.Pengembangan TPU Braille untuk siswa difabel netra ini diharapkan dapat menjadi media bagi siswa difabel netra untuk belajar kimia dan dapat memenuhi kebutuhan siswa difabel netra akan media dan alat bantu. Pengembangan TPU Braille untuk siswa difabel netra memenuhi media yang assestive bagi siswa difabel netra yang bersifat taktual. Siswa difabel netra dapat belajar dengan pengalaman mereka sendiri dan tidak merasa diperlakukan berbeda diantara yang lain sehingga motivasi dalam belajar kimia siswa difabel netra dapat tumbuh meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki.]
PRODADISA “Program Pemberdayaan Difabel Daksa” menuju Percontohan BKD (Balai Kerja Difabel) untuk Meningkatkan Kemandirian dan Life Skill Difabel Siti Aminah; Jamil Suprihatiningrum; Astri Hanjarwati
INKLUSI Vol. 2 No. 2 (2015)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.1 KB) | DOI: 10.14421/ijds.2209

Abstract

Jumlah difabel daksa di kabupaten Bantul termasuk dalam kategori tinggi dibandingkan daerah lain, terutama pascagempa tahun 2006. Meskipun pemerintah telah memperhatikan keberlanjutan hidup yang layak bagi difabel, namun sampai saat ini, program pemberdayaan yang dilakukan pemerintah belum memberikan dampak yang signifikan bagi kemandirian dan life skills bagi para difabel daksa. Salah satu lembaga difabel yang berperan dalam program pemberdayaan ini adalah Paguyuban Bangkit Bersama (PBB). Forum ini merupakan wadah dari perwakilan DPO seluruh (17) kecamatan di Kabupaten Bantul. FPDB sudah memiliki berbagai macam kegiatan pemberdayaan, diantaranya pembuatan dan reparasi sepatu roda, kerajinan anyaman bambu, dan pembuatan meja kursi untuk cafe. Sayangnya, FPDB belum memiliki manajemen SDM yang bagus dan tertata rapi, di samping hasil produk dari program pemberdayaan yang sebenarnya sudah layak jual, namun proses pemasaran yang kurang dapat menarik pasar. Oleh karenaitu, melalui Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini akan diusulkan PRODADISA (Program Pemberdayaan Difabel Daksa) yang meliputi kegiatan assessment, kelanjutan program yang diselenggarakan PBB, dan evaluasi program pemberdayaan difabel yang selama ini telah dilakukan oleh PBB bersama pemda kabupaten Bantul. Tujuan PRODADISA adalah untuk: meningkatkan kemampuan difabel daksa anggota PBB dalam hal manajemen SDM; membentuk masyarakat difabel yang mandiri dalam berwirausaha; memberikan pelatihan teknologi informasi kepada anggota FPDB dalam mendukung usahanya; memberikan pelatihan menjahit dan pengembangan produk jahit yang marketable. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah FPDB menjadi percontohan Balai Kerja Difabel (BKD), sehingga sustainability kegiatan dapat terus terjaga.
Persepsi Siswa Difabel terhadap Praktik Pendidikan Inklusif di SMA Inklusi di Yogyakarta Jamil Suprihatiningrum
INKLUSI Vol. 3 No. 2 (2016)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.852 KB) | DOI: 10.14421/ijds.030204

Abstract

The rationale behind this study is how students with disabilities’ perception towards the inclusive education and inclusive teaching practices. As a qualitative single case study, two participants (student with hearing loss and visual impairment) were involved to give their depth explanation about inclusive practices in one secondary inclusive school in Yogyakarta. These participants were recruited by purposive technique sampling. Data were gathered by open-ended interview, documents’ analysis, and direct observation for building and learning media. Data then were analyzed using content-analysis technique. The results show students with disabilities have a positive perception towards the inclusive practices in their school. They claimed, this practice would be valuable if: the school provides learning materials in different modalities and teachers offers multiple ways in teaching. Furthermore, system support and shaping the inclusive culture is necessary to realize the inclusive education and teaching practices.[Penelitian ini mencoba untuk mengungkap persepsi siswa difabel mengenai praktik pendidikan dan pembelajaran inklusif di salah satu SMA Inklusi di Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan mengambil satu studi kasus yang melibatkan dua orang siswa difabel (Tuli dan tuna netra) sebagai responden melalui teknik purposive sampling. Data diungkap dengan wawancara semi terbuka, analisis dokumen dan observasi terhadap bangunan fisik dan media pembelajaran. Data kemudian dianalisis menggunakan teknik content-analysis. Hasil penelitian menunjukkan siswa memiliki persepsi yang cukup baik terhadap pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran inklusif. Menurut siswa, praktik pembelajaran inklusif akan lebih bermakna jika aksesibilitas terhadap materi-materi pelajaran semakin dipermudah dengan menyediakan berbagai macam sumber belajar yang bervariasi, termasuk cara guru dalam menyampaikan pelajaran perlu menggunakan berbagai metode. Selain itu, dukungan sistem dan penciptaan budaya inklusif juga harus selalu dipupuk agar warga sekolah mampu mewujudkan praktik pendidikan dan pembelajaran inklusif yang seharusnya.]
Pengalaman Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif dalam Menyediakan Pembelajaran Sains Jamil Suprihatiningrum
INKLUSI Vol. 8 No. 2 (2021)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ijds.080203

Abstract

This article focuses on the investigations towards challenges and obstacles faced by Schools Providing Inclusive Education (SPIE) in creating inclusive science learning for students with disabilities. Under the qualitative research lense, three SPIE (Sekolah Mutiara, Permata and Berlian) in the Special Province of Yogyakarta were involved and thirteen respondents (principals, science teachers, support teachers) were selected through purposive sampling technique. Data were collected by in-depth interviews and followed by a Focus Group Discussion (FGD) with six science teachers. Collected data were then analyzed through coding, categorization, and four themes were generated. The findings show that types of disabilities possessed by students are very diverse, so that teachers need more effort and time to manage class. Support for the teachers and science learning media were limited. Another finding shows that contradictions between policies on inclusive education resulted in the confusion of implementing inclusive education in school level. Artikel ini membahas tantangan dan hambatan yang ditemui oleh Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif (SPPI) dalam menyediakan pembelajaran sains untuk siswa difabel. Tiga SPPI di Daerah Istimewa Yogyakarta dicakup dalam penelitian ini, dengan tiga belas responden yang terdiri atas kepala sekolah, guru sains, guru pendamping kelas (GPK). Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) bersama enam guru sains. Hasil analisis data menunjukkan di ketiga SPPI, variasi tipe dan jenis disabilitas yang dimiliki oleh siswa sangat beragam, sehingga guru membutuhkan tenaga dan waktu lebih banyak untuk mengelola pembelajaran. Daya dukung sekolah masih kurang dan perlu ditingkatkan terutama di area jumlah GPK dan media pembelajaran yang sesuai untuk siswa dengan jenis disabilitas tertentu. Sekolah Berlian menunjukkan iklim pembelajaran yang lebih inklusif dibanding yang lain. Ditemukan adanya kontradiksi antar-kebijakan pemerintah mengenai pendidikan inklusif, yang mengakibatkan pelaksana pendidikan inklusif di sekolah mengalami kebingungan.
Is Online Learning Accessible During COVID-19 Pandemic? Voices and Experiences of UIN Sunan Kalijaga Students with Disabilities Ro'fah Ro'fah; Astri Hanjarwati; Jamil Suprihatiningrum
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 14, No 1 (2020): Islamic Education and Radicalism
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2020.14.1.5672

Abstract

The study seeks to examine the voices and experiences of students with disabilities in navigating online learning during the COVID-19. Based on in-depth interviews with thirty-four students with various disabilities of UIN Sunan Kalijaga, this study attempts to answer how these students experiencing online learning, what challenges they encounter, and what strategies they are using to navigate this new way of learning. Results show most students prefer conventional face-to-face learning, compared to the online learning one. Students reported various challenges they experienced, the most important of which is the high cost of internet access. Other challenges include the inaccessibility of the e-learning system with respect to the platform of online learning and the learning activities. Students also concerned with the absence of supports that they normally received from the university’s disability office (Pusat Layanan Difabel/ PLD). These challenges have encouraged students to seek help from family members, peers, and lecturers.Abstrak Studi ini berupaya untuk mengevaluasi pendapat dan pengalaman siswa penyandang cacat dalam menavigasi pembelajaran online selama COVID-19. Berdasarkan wawancara mendalam dengan tigapuluh empat mahasiswa dengan berbagai kecacatan di UIN Sunan Kalijaga, penelitian ini mencoba menjawab bagaimana para siswa ini mengalami pembelajaran online, tantangan apa yang mereka hadapi, dan strategi apa yang mereka gunakan untuk menavigasi cara belajar baru ini. Hasil menunjukkan sebagian besar siswa lebih suka pembelajaran tatap muka konvensional, dibandingkan dengan pembelajaran online. Siswa melaporkan berbagai tantangan yang mereka alami, yang terpenting adalah tingginya biaya akses internet. Tantangan lain termasuk tidak dapat diaksesnya sistem e-learning sehubungan dengan platform pembelajaran online dan kegiatan pembelajaran. Siswa juga khawatir dengan tidak adanya dukungan yang biasanya mereka terima dari Pusat Layanan Difabel (PLD) universitas. Tantangan-tantangan ini telah mendorong siswa untuk mencari bantuan dari anggota keluarga, teman sebaya, dan dosen