Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : INKLUSI

Studi Komparasi Modul Kimia Berbasis Media Screen Reader Jaws dan Braille Terhadap Prestasi, Motivasi, dan Kemandirian Belajar Peserta Didik Difabel Netra Jamil Suprihatiningrum; Sholihah Nur Fitriyani
INKLUSI Vol. 1 No. 2 (2014)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.447 KB) | DOI: 10.14421/ijds.010205

Abstract

This study aimed to compare the achievement, motivation, and independent learning of blind students who use screen reader JAWS and braille module.This research was conducted at MAN Maguwoharjo Yogyakarta involving 5 blind students in the chemistry subject of academic year 2013/2014. One student is as an instrument validation test subject, two students as subjects in the experimental class and two students as subjects in the control class. The instruments used in this study are the observation sheet,multiple choice test, questionnaire responses, motivation scale, and independent learning scale. Data of student achievement, motivation and independence scale were analyzed using nonparametric statistical test of independent samples. The result shows that no significant difference between the achievement, motivation, and independence of blind students who use screen reader JAWS module and braille module.
Proses Pengembangan Tabel Periodik Unsur (TPU) Braille untuk Siswa Difabel Netra Nurma Setya Wardhani; Jamil Suprihatiningrum
INKLUSI Vol. 2 No. 1 (2015)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1019.818 KB) | DOI: 10.14421/ijds.020106

Abstract

One of the challenging subjects in chemistry for students with visual impairment is the periodic table, known in bahasa Indonesia as SistemPeriodikUnsur ( SPU). The common method of teaching currently used for this subject is lecture, with occasional use of tactile demonstration where the teacher or lecturer describes the visual component by drawing the object on thestudent’s palm or back. In short, students with visual impairment learn the periodic tableby relying heavilyon their memory.Based on this teaching challenge, this developmental research undertakesthe development of a Braille version of the periodictable that will enable a blind student to properly learn chemistry. This Braille model is an accessible, tactual based learning tool that enables blind students to learn independently through experience.[Salah satu materi pembelajaran kimia yang termasuk sulit diajarkan kepada siswa difabel netra adalah materi Sistem Periodik Unsur (SPU). Guru menyampaikan materi SPU kepada siswa difabel netra dengan metode ceramah. Guru memperkenalkan berbagai unsur dalam susunan periodik dengan bercerita dan sesekali memberikan gambaran dengan rabaan pada tangan atau punggung. Oleh karena itu, siswa difabel netra hanya mengandalkan ingatan dalam mempelajari materi tersebut.Pengembangan TPU Braille untuk siswa difabel netra ini diharapkan dapat menjadi media bagi siswa difabel netra untuk belajar kimia dan dapat memenuhi kebutuhan siswa difabel netra akan media dan alat bantu. Pengembangan TPU Braille untuk siswa difabel netra memenuhi media yang assestive bagi siswa difabel netra yang bersifat taktual. Siswa difabel netra dapat belajar dengan pengalaman mereka sendiri dan tidak merasa diperlakukan berbeda diantara yang lain sehingga motivasi dalam belajar kimia siswa difabel netra dapat tumbuh meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki.]
PRODADISA “Program Pemberdayaan Difabel Daksa” menuju Percontohan BKD (Balai Kerja Difabel) untuk Meningkatkan Kemandirian dan Life Skill Difabel Siti Aminah; Jamil Suprihatiningrum; Astri Hanjarwati
INKLUSI Vol. 2 No. 2 (2015)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.1 KB) | DOI: 10.14421/ijds.2209

Abstract

Jumlah difabel daksa di kabupaten Bantul termasuk dalam kategori tinggi dibandingkan daerah lain, terutama pascagempa tahun 2006. Meskipun pemerintah telah memperhatikan keberlanjutan hidup yang layak bagi difabel, namun sampai saat ini, program pemberdayaan yang dilakukan pemerintah belum memberikan dampak yang signifikan bagi kemandirian dan life skills bagi para difabel daksa. Salah satu lembaga difabel yang berperan dalam program pemberdayaan ini adalah Paguyuban Bangkit Bersama (PBB). Forum ini merupakan wadah dari perwakilan DPO seluruh (17) kecamatan di Kabupaten Bantul. FPDB sudah memiliki berbagai macam kegiatan pemberdayaan, diantaranya pembuatan dan reparasi sepatu roda, kerajinan anyaman bambu, dan pembuatan meja kursi untuk cafe. Sayangnya, FPDB belum memiliki manajemen SDM yang bagus dan tertata rapi, di samping hasil produk dari program pemberdayaan yang sebenarnya sudah layak jual, namun proses pemasaran yang kurang dapat menarik pasar. Oleh karenaitu, melalui Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini akan diusulkan PRODADISA (Program Pemberdayaan Difabel Daksa) yang meliputi kegiatan assessment, kelanjutan program yang diselenggarakan PBB, dan evaluasi program pemberdayaan difabel yang selama ini telah dilakukan oleh PBB bersama pemda kabupaten Bantul. Tujuan PRODADISA adalah untuk: meningkatkan kemampuan difabel daksa anggota PBB dalam hal manajemen SDM; membentuk masyarakat difabel yang mandiri dalam berwirausaha; memberikan pelatihan teknologi informasi kepada anggota FPDB dalam mendukung usahanya; memberikan pelatihan menjahit dan pengembangan produk jahit yang marketable. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah FPDB menjadi percontohan Balai Kerja Difabel (BKD), sehingga sustainability kegiatan dapat terus terjaga.
Persepsi Siswa Difabel terhadap Praktik Pendidikan Inklusif di SMA Inklusi di Yogyakarta Jamil Suprihatiningrum
INKLUSI Vol. 3 No. 2 (2016)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.852 KB) | DOI: 10.14421/ijds.030204

Abstract

The rationale behind this study is how students with disabilities’ perception towards the inclusive education and inclusive teaching practices. As a qualitative single case study, two participants (student with hearing loss and visual impairment) were involved to give their depth explanation about inclusive practices in one secondary inclusive school in Yogyakarta. These participants were recruited by purposive technique sampling. Data were gathered by open-ended interview, documents’ analysis, and direct observation for building and learning media. Data then were analyzed using content-analysis technique. The results show students with disabilities have a positive perception towards the inclusive practices in their school. They claimed, this practice would be valuable if: the school provides learning materials in different modalities and teachers offers multiple ways in teaching. Furthermore, system support and shaping the inclusive culture is necessary to realize the inclusive education and teaching practices.[Penelitian ini mencoba untuk mengungkap persepsi siswa difabel mengenai praktik pendidikan dan pembelajaran inklusif di salah satu SMA Inklusi di Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan mengambil satu studi kasus yang melibatkan dua orang siswa difabel (Tuli dan tuna netra) sebagai responden melalui teknik purposive sampling. Data diungkap dengan wawancara semi terbuka, analisis dokumen dan observasi terhadap bangunan fisik dan media pembelajaran. Data kemudian dianalisis menggunakan teknik content-analysis. Hasil penelitian menunjukkan siswa memiliki persepsi yang cukup baik terhadap pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran inklusif. Menurut siswa, praktik pembelajaran inklusif akan lebih bermakna jika aksesibilitas terhadap materi-materi pelajaran semakin dipermudah dengan menyediakan berbagai macam sumber belajar yang bervariasi, termasuk cara guru dalam menyampaikan pelajaran perlu menggunakan berbagai metode. Selain itu, dukungan sistem dan penciptaan budaya inklusif juga harus selalu dipupuk agar warga sekolah mampu mewujudkan praktik pendidikan dan pembelajaran inklusif yang seharusnya.]
Pengalaman Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif dalam Menyediakan Pembelajaran Sains Jamil Suprihatiningrum
INKLUSI Vol. 8 No. 2 (2021)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ijds.080203

Abstract

This article focuses on the investigations towards challenges and obstacles faced by Schools Providing Inclusive Education (SPIE) in creating inclusive science learning for students with disabilities. Under the qualitative research lense, three SPIE (Sekolah Mutiara, Permata and Berlian) in the Special Province of Yogyakarta were involved and thirteen respondents (principals, science teachers, support teachers) were selected through purposive sampling technique. Data were collected by in-depth interviews and followed by a Focus Group Discussion (FGD) with six science teachers. Collected data were then analyzed through coding, categorization, and four themes were generated. The findings show that types of disabilities possessed by students are very diverse, so that teachers need more effort and time to manage class. Support for the teachers and science learning media were limited. Another finding shows that contradictions between policies on inclusive education resulted in the confusion of implementing inclusive education in school level. Artikel ini membahas tantangan dan hambatan yang ditemui oleh Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif (SPPI) dalam menyediakan pembelajaran sains untuk siswa difabel. Tiga SPPI di Daerah Istimewa Yogyakarta dicakup dalam penelitian ini, dengan tiga belas responden yang terdiri atas kepala sekolah, guru sains, guru pendamping kelas (GPK). Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) bersama enam guru sains. Hasil analisis data menunjukkan di ketiga SPPI, variasi tipe dan jenis disabilitas yang dimiliki oleh siswa sangat beragam, sehingga guru membutuhkan tenaga dan waktu lebih banyak untuk mengelola pembelajaran. Daya dukung sekolah masih kurang dan perlu ditingkatkan terutama di area jumlah GPK dan media pembelajaran yang sesuai untuk siswa dengan jenis disabilitas tertentu. Sekolah Berlian menunjukkan iklim pembelajaran yang lebih inklusif dibanding yang lain. Ditemukan adanya kontradiksi antar-kebijakan pemerintah mengenai pendidikan inklusif, yang mengakibatkan pelaksana pendidikan inklusif di sekolah mengalami kebingungan.